critical thinking adalah

Berpikir Kritis Adalah: Pengertian, Karakteristik, dan Manfaatnya

Thinking asian woman.

Pengertian Berpikir Kritis

Pengertian berpikir kritis menurut para ahli, aspek-aspek berpikir kritis, karakteristik berpikir kritis, manfaat berpikir kritis.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terkadang manusia dilatih agar bisa berpikir kritis (critical thinking). Cara ini dilakukan agar manusia dapat mengatasi berbagai masalah dengan menemukan jalan keluar secara cepat dan tepat.

Berpikir kritis akan sangat berguna ketika kamu menempuh pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi, dunia kerja, hingga ranah politik. Dengan selalu berpikir kritis, kamu bisa menganalisis, mempertimbangkan, lalu menyimpulkan suatu hal.

Lantas, apa yang dimaksud dengan berpikir kritis? Lalu apa manfaat yang didapat dari berpikir kritis? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk kritis dan objektif dalam mempertimbangkan informasi, argumen, dan bukti yang diberikan. Dalam hal ini, berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam argumen atau bidang informasi tertentu.

Mengutip situs ung.ac.id, kemampuan berpikir kritis membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kemauan untuk menggali lebih dalam serta mempertimbangkan semua informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan atau mengekspresikan pandangan. Lalu, orang yang berpikir kritis juga sering mempertanyakan asumsi atau sudut pandang sebelum membuat kesimpulan.

Sejumlah ahli dari berbagai negara telah memaparkan pemahamannya masing-masing tentang berpikir kritis, yakni sebagai berikut:

Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

2. John Dewey

Berpikir kritis adalah cara seseorang untuk aktif, gigih, dan memiliki pertimbangan yang cermat mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima, lalu dipandang dari berbagai sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang dilakukan manusia secara sadar dan sengaja, yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi berita serta pengalaman dengan sikap yang reflektif.

Masih mengutip dari situs yang sama, setidaknya ada lima aspek yang menjadi parameter kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki setiap individu, yaitu:

1. Elementary Clarification

Aspek ini memberikan penjelasan sederhana dengan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan.

2. Basic Support

Dalam hal ini, berpikir kritis dapat membangun keterampilan dasar dengan mempertimbangkan kredibilitas sumber dan melakukan pertimbangan observasi.

3. Inference

Pada aspek ini, seseorang yang berpikir kritis dapat menarik kesimpulan dengan menyusun dan mempertimbangkan deduksi, menyusun dan memperimbangkan induksi, serta menyusun keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.

4. Advanced

Dalam aspek advanced, berpikir kritis dapat memberikan penjelasan lebih lanjut dengan mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi serta mengidentifikasi asumsi.

5. Strategic and Tactics

Aspek yang terakhir adalah strategic and tactics, di mana berpikir kritis dapat menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Dalam E-jurnal milik uin.ac.id, ada sejumlah karakteristik pada seseorang yang berpikir kritis, yakni sebagai berikut:

1. Watak (Dispositions)

Karakteristik yang pertama adalah watak, di mana seseorang yang berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, menghormati adanya perbedaan pendapat, teliti, serta memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis, seseorang harus mempunyai kriteria. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari berbagai sumber, namun tetap memiliki kriteria yang berbeda. Apabila menerapkan standarisasi, maka perlu berdasarkan relevansi, keakuratan fakta, sumber kredibel, teliti, dan tidak bias.

3. Argumen (Argument)

Pada karakteristik ini, orang yang berpikir kritis memiliki sejumlah argumen yang dilandasi oleh data dan fakta. Berpikir kritis turut meningkatkan keterampilan dalam hal pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

4. Pertimbangan atau Pemikiran (Reasoning)

Orang yang berpikir kritis memiliki kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan maupun data.

5. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang adalah cara seseorang dalam memandang atau menafsirkan segala hal di dunia. Dengan begitu, mereka akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang dapat berbeda-beda.

6. Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)

Karakteristik ini merupakan cara seseorang dalam menentukan kriterianya. Prosedurnya meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, serta mengidentifikasi masalah.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh jika kamu mulai berpikir kritis, di antaranya:

  • Meningkatkan kreativitas
  • Lebih mudah dan tenang dalam menyelesaikan berbagai masalah
  • Mengetahui potensi diri hingga sejauh mana
  • Dapat berkomunikasi dengan baik dengan banyak orang
  • Memiliki pemikiran yang terbuka (open minded), namun di sisi lain tidak mudah termakan sejumlah informasi baru yang belum pasti kebenarannya.

Nah, itu dia penjelasan mengenai berpikir kritis mulai dari pengertian, aspek-aspek, karakteristik, dan manfaatnya. Semoga artikel ini dapat membantu detikers!

10 Kalimat yang Sering Diucapkan Pemikir Tingkat Tinggi, Kamu Termasuk?

Fenomena 'halo effect' dalam menilai seseorang, kamu pernah melakukan, pakar ugm soroti ancaman ai terhadap hak kekayaan intelektual, manfaat berpikir matematis bagi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih kritis, "university war" dan inovasi pendidikan matematika, miris 5 orang ini cuma mau minum soda hingga nyaris kritis, eksil dan terhapusnya satu generasi intelektual indonesia, negara tanpa ruang kelas: model pendidikan masa depan.

Hasil Uber Cup 2024: Ruzana Menang, Indonesia ke Perempatfinal

Universitas Indonesia

critical thinking adalah

Universitas Gadjah Mada

critical thinking adalah

Universitas Syiah Kuala

critical thinking adalah

Universitas Diponegoro

critical thinking adalah

Universitas Sumatera Utara

critical thinking adalah

serupa.id

seni belajar untuk hidup

Berpikir Kritis – Pengertian, Karakteristik, Indikator & Manfaat

critical thinking adalah

Berpikir merupakan aktivitas mental yang menjadikan kita sebagai manusia. Descartes, seorang filsuf ternama Perancis pernah berkata bahwa “Aku berpikir maka aku ada”. Ungkapan tersebut sejatinya ingin membuktikan bahwa hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan manusia itu sendiri. Maksudnya, gagasan pemikiran manusia sendiri yang menjadikan kita manusia.

Dalam belajar, berpikir merupakan lalapan sehari-hari yang harus dilakukan. Tanpa berpikir, berbagai hal yang kita pelajari tidak akan pernah menerap dan tidak akan memberikan perubahan berarti bagi potensi diri. Oleh karena itu, berpikir merupakan aspek yang harus diperhatikan di dunia pendidikan.  Akan tetapi sebetulnya berpikir saja tidaklah cukup. Hal tersebut karena berpikir yang produktiflah yang akan memberikan dampak perubahan pada berbagai keputusan dan tindakan yang kita lakukan.

Dalam bidang pendidikan, terdapat istilah yang tidak pernah lepas dari konteks ihwal pentingnya berpikir ini. Istilah tersebut adalah berpikir kritis. Apa itu berpikir kritis? Bagaimana cirinya jika seseorang sedang melakukannya? Apa saja tujuan dan manfaatnya? Berikut adalah berbagai uraian yang akan mengupas tuntas mengenai berpikir kritis, mula dari pengertian, karakteristik, indikator, tujuan, dan manfaatnya.

Pengertian Berpikir

Berpikir merupakan salah satu hal yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya. Bukan hanya antarmanusia saja, berpikir juga menjadi salah satu pembeda manusia dari makhluk lain, dengan alat utama bahasa. Binatang tidak memiliki bahasa (hanya semantik saja) oleh karena itu, mereka tidak dapat berpikir.

Menurut Helmawati (2019, hlm. 99) pengertian berpikir secara umum dilandasi oleh asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu yang merujuk pada suatu tindakan pemikiran, ide-ide, atau pengaturan ide. Pengaturan atau manajemen ide dapat berupa pertimbangan untuk menentukan benar atau salah, penalaran khusus, hingga penyelesaian masalah.

Berpikir adalah proses yang diakletis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita (Ahmadi dan Supriyono dalam Najla, 2016). Dapat dikatakan bahwa secara otomatis kita akan bertanya dan menjawabnya sendiri pada saat kita sedang berpikir.

Sementara itu, menurut Santrock (dalam Rahmawati, 2014) berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Proses Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Artinya, berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan hampir oleh seluruh aktivitas mental atau intelektual kita.

Dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah proses aktivitas mental atau intelektual yang menghasilkan representasi mental baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks meliputi aktivitas tanya-jawab, penalaran, dan pemecahan masalah dalam rangka mendapatkan pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Pengertian Kritis

Tentunya, dalam konteks berpikir kritis, istilah “kritis” di sini bukanlah mengacu pada keadaan genting atau gawat yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha. Istilah kritis di sini mengacu pada bersifat tidak lekas percaya, atau selalu berusaha untuk menemukan kekeliruan dalam suatu penganalisisan.

Kata kritis berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos dan kriterior. kata “kritiko” berarti pertimbangan sedangkan kata “kriterior” mengandung makna ukuran baku atau standar. Sehingga secara etimologi kata “kritis” mengandung makna pertimbangan yang didasarkan pada suatu ukuran yang baku atau standar.

Kritis sebagaimana digunakan dalam istilah “berpikir kritis” memiliki konotasi pentingnya pemikiran yang mengarah pada pertanyaan isi atau pada masalah yang memprihatinkan. Kritis dalam konteks ini tidak hanya berarti suatu penolakan atau sesuatu yang negatif saja. Ada yang positif dan berguna, misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan yang harus diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis (Helmawati, 2019, hlm. 103).

Pengertian Berpikir Kritis

Berdasarkan pengertian dari “berpikir” dan “kritis” yang telah diuraikan di atas, pengertian berpikir kritis atau  critical thinking  adalah proses aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan interaksi secara kompleks meliputi aktivitas tanya-jawab, penalaran, dan pemecahan masalah untuk membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah.

Pernyataan di atas sejalan dengan Nurhasanah, dkk (2020, hlm. 7) yang berpendapat bahwa berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses yang terjadi pada alam pikir seseorang dalam membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi yang telah dikoleksi dan dihasilkan dari observasi, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran yang mempengaruhi tindakan yang dilakukan.

Sementara itu, menurut Hermawati (2019, hlm. 91) berpikir kritis merupakan sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur serta secara sistematis guna memahami informasi yang secara mendalam, sehingga kemudian membentuk sebuah keyakinan tentang kebenaran dari informasi yang didapatkan atau pendapat-pendapat yang disampaikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu aktivitas mental atau intelektual yang dilakukan secara teratur dan sistematis yang melibatkan kesadaran dalam membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi mengenai kebenaran atau kesahihannya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan persoalan.

Karakteristik Pemikir Kritis

Kita dapat mengenali seseorang yang berpikir kritis dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik  tertentu dari berpikir kritis. Menurut Hasanudin (2017, hlm. 277-278) seorang pemikir kritis memiliki sejumlah karakteristik antara lain sebagai berikut.

  • Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting, merumuskan dengan jelas dan teliti.
  • Mengumpulkan dan menilai informasi-informasi yang relevan, dengan menggunakan gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan efektif.
  • Menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat dan mengujinya dengan menggunakan kriteria dan standar yang relevan.
  • Berpikir terbuka dengan menggunakan berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari mengenali, menilai, dan mencari hubungan-hubungan antara semua asumsi implikasi akibat-akibat praktis.
  • Mampu mengatasi kebingungan, mampu membedakan antara fakta, teori, opini, dan keyakinan.

Indikator Berpikir Kritis

Kita juga dapat mengenali seseorang yang berpikir kritis dengan memperhatikan indikator-indikator tertentu dari berpikir kritis. Facione (2015, hlm. 9-10) mengemukakan bahwa indikator kemampuan inti dalam berpikir kritis terdiri dari 6, yaitu Interpretasi ( Interpretation ). Analisis ( Analysis ), Evaluasi ( Evaluation ), Kesimpulan ( Inference ), Penjelasan ( Explanation ), dan Pengaturan diri ( Self – Regulation ). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing indikator berpikir kritis.

  • Interpretasi Memahami dan mengekspresikan makna atau signifikansi dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilaian, kebiasaan atau adat, kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan, prosedur-prosedur, atau kriteria.
  • Analisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang diharapkan dan aktual di antara pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi, atau opini-opini.
  • Evaluasi Menaksir kredibilitas pertanyaan-pertanyaan atau representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial atau maksud di antara pertanyaan-pertanyaan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya.
  • Kesimpulan Mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan-dugaan dan hipotesis mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya.
  • Penjelasan Menyatakan hasil atau alasan kemampuan membenarkan suatu alasan berdasarkan bukti, konsep metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang berupa argumen yang meyakinkan.
  • Pengaturan diri Kesadaran untuk memonitor proses kognisi diri sendiri, elemen-elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan kemampuan dalam menganalisis kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi, dan koreksi (Facione, 2015, hlm. 9-10).

Sementara itu, menurut Ennis (2015, hlm. 2) terdapat 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dirangkum dalam 5 tahapan sebagai berikut.

  • Klarifikasi dasar ( basic clarification ) Tahapan ini terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan.
  • Memberikan alasan untuk suatu keputusan ( the bases for the decision ) Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) menilai kredibilitas sumber informasi dan (2) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi.
  • Menyimpulkan ( inference ) Tahapan ini terdiri atas tiga indikator (1) membuat deduksi dan menilai deduksi, (2) membuat induksi dan menilai induksi, (3) mengevaluasi.
  • Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification) Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mendefinisikan dan menilai definisi dan (2) mengidentifikasi asumsi. 5. Dugaan dan keterpaduan ( supposition and integration ) Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator (1) menduga, dan (2) memadukan.

Manfaat dan Tujuan Berpikir Kritis

Menurut Keynes (2008) tujuan dari berpikir kritis adalah mencoba mempertahankan posisi objketif. Ketika berpikir kritis, maka akan menimbang semua sisi dari semua argumen di mana mengevaluasi kekuatan dan kelemahan. Hal yang paling utama dari berpikir kritis ini adalah bagaimana argumen yang dikemukakan benar-benar objektif.

Sementara itu, manfaat berpikir kritis pada aspek performa akademis menurut Eliana Crespo (2012) yaitu, memahami argumen dan kepercayaan orang lain, mengevaluasi secara kritis argumen dan kepercayaan itu, mengembangkan dan mempertahankan argumen dan kepercayaan sendiri yang didukung dengan baik.  Selain membuat argumen, berpikir kritis sangatlah penting di dalam pendidikan berdasarkan beberapa pertimbangan di bawah ini.

  • Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi ( respect a person ). Hal ini memberikan perkembangan pribadi peserta didik sepenuhnya karena mereka merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan hak-haknya dalam perkembangan pribadinya.
  • Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya.
  • Perkembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmu-ilmu eksak dan kealaman serta mata pelajaran lainnya yang secara tradisional dianggap dapat mengembangkan berpikir kritis.
  • Berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan di dalam kehidupan demokrasi. Demokrasi hanya dapat berkembang apabila warga negaranya dapat berpikir kritis di dalam masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi (Zakiah dan Lestari, 2019, hlm. 5-7).
  • Ennis R.H. (2015) Critical Thinking: A Streamlined Conception. In: Davies M., Barnett R. (eds) The Palgrave Handbook of Critical Thinking in Higher Education. Palgrave Macmillan, New York. https://doi.org/10.1057/9781137378057_2
  • Facione P. A. (2015). Critical Thinking: What it is and why it counts. Measured Reasons and the California Academic Press, Millbrae, CA.
  • Helmawati. (2019). Pembelajaran dan penilaian berbasis HOTS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Nurhasanah, S., Arasti, A., Susanti, F. D., Rumperiai, M. G., & Hindun, I. (2020). Pengembangan Instrumen Penilaian Berpikir Kritis Siswa SMA pada Pembelajaran CBL. Prosiding Seminar Nasional V 2019Peran Pendidikan Dalam Konservasi Dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, 347-353. Malang, Indonesia: Kota Tua.
  • Rahmawati, Nita Dewi. (2014). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Heuristik Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 6 Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta.
  • Zakiah, Linda & Lestari, Ika. (2019). Berpikir Kritis Dalam Konteks Pembelajaran. Bogor: Erzatama Karya Abadi.

Artikel Terkait

Gabung ke percakapan.

Alhamdulillah, dapat banyak pencerahan setelah membaca artikel ini, terima kasih khususnya kepada penulis artikel ini,

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Tinggalkan Komentar

Critical Thinking: Pengertian, Manfaat, Cara Membentuk, dan Contohnya

Accidentally learning SEO, and want to learn more about Google algorithm, optimization and still trying to see another magic from content.

H1_critical_thinking_adalah.jpg

Kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah critical thinking . Sebuah pola pikir yang banyak direkomendasikan untuk diasah ketika kamu akan bekerja atau menempuh pendidikan. Namun, tahukah kamu apa arti critical thinking sebenarnya? Apakah hanya sekedar berpikir kritis saja dan apakah bedanya dengan analytical thinking ? 

Nah , agar kamu lebih jelas dalam kedua pola pikir tersebut, pastikan kamu membaca artikel ini hingga selesai, ya. Akan dijelaskan mengenai pengertian hingga apa saja contoh critical thinking yang bisa kamu kenali. Selamat membaca!

Apa itu critical thinking ?

critical thinking adalah

Arti critical thinking adalah berpikir kritis di bahasa Indonesia. Secara mendetail, critical thinking artinya sebuah kemampuan berpikir secara rasional, menghubungkan antara ide dengan pemikiran logis sehingga menghasilkan keputusan terbaik. Pola pikir ini tidak hanya berfokus pada satu pemikiran saja.

Seseorang yang memiliki pola pikir satu ini akan mempertanyakan berbagai macam kemungkinan yang terjadi sehingga menimbulkan solusi-solusi baru. Secara tidak langsung, critical thinking memungkinkan kamu melakukan identifikasi, berargumen, dan menyelesaikan masalah sekaligus.

Baca juga: Mengenal Design Thinking: 4 Elemen dan Cara Mengaplikasikan

Bedanya critical thinking dengan analytical thinking

critical thinking adalah

Selain berpikir kritis, ada juga istilah analytical thinking . Meski kebanyakan orang menganggap keduanya merupakan hal yang sama, namun ternyata kedua pola pikir ini memiliki sisi yang berbeda. Perbedaan critical thinking dan analytical thinking yang paling dasar adalah tujuan dari masing-masing pola pikir.

Critical thinking adalah pola pikir yang digunakan untuk meyakinkan apakah sebuah keputusan telah sesuai dan rasional. Pola pikir ini akan membuka kemungkinan-kemungkinan lain sehingga akan lebih selektif dalam mencermati sebuah keputusan. Sedangkan analytical thinking adalah pola pikir yang menganalisis sebuah fakta hingga mendetail. Pemikiran ini akan meneliti lebih jauh mengenai satu keputusan saja, misalnya dengan mempertimbangkan baik dan buruknya sebuah keputusan tanpa mengeksplor keputusan lain.

Baca juga:  6 Contoh analytical skills dan cara meningkatkannya

Manfaat critical thinking

critical thinking adalah

Critical thinking memiliki beberapa manfaat bagi individu yang memilikinya maupun perusahaan yang memiliki karyawan dengan kompetensi ini. Simak selengkapnya berikut ini.

  • Menggali berbagai kemungkinan untuk mendapatkan hal terbaik
  • Meningkatkan kreativitas tiap individu
  • Keputusan yang ditentukan punya alasan yang sagat kuat
  • Keputusan yang tepat akan membawa perkembangan yang baik bagi perusahaan
  • Menekan kemungkinan buruk yang terjadi karena sudah dipertimbangkan secara matang
  • Dapat menyelesaikan masalah yang kompleks dengan keputusan yang singkat

Baca juga: Computational Thinking: Pengertian, 4 Landasan, Manfaat, dan Contohnya

Cara membentuk critical thinking

critical thinking adalah

Melihat bagaimana pola pikir ini bisa membawa manfaat bagi tiap individu maupun lingkup secara besar, tidak ada salahnya kamu mencoba membentuk critical thinking mulai sekarang. Bagaimana caranya? Cek beberapa tahap berikut ini, yuk !

1. Analisis 5W + 1H

Ketika kamu mendapatkan sebuah kasus atau fakta, coba telaah pernyataan tersebut dengan 5W + 1H, yang terdiri dari what , why , when , who , where , dan how . Misalkan ada sebuah perusahaan yang akan melakukan ekspansi ke sebuah daerah, dan ditentukanlah daerah A. Nah , kamu bisa jabarkan topik tersebut menjadi seperti ini: 

  • Who (Siapa). Siapa yang memberikan ide tersebut? Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap project ini?
  • When (Kapan). Kapan ekspansi akan dilakukan? Apakah momennya tepat atau tidak?
  • Where (Dimana). Dimana letak kantor cabang akan dibangun? Apakah sudah strategis? 
  • Why (Mengapa). Mengapa tempat dan momen tersebut harus dipilih untuk ekspansi? 
  • What (Apa). Apa tantangan yang akan dihadapi? Misal lokasi tersebut rawan banjir, dan lain-lain. Apakah bisa digunakan untuk berkembang dalam jangka panjang?
  • How (Bagaimana). Bagaimana cara mengatasi tantangan yang ada di tempat tersebut? Bagaimana cara mengembangkan kantor cabang dalam jangka pendek?

2. Buka kesempatan untuk menerima pemikiran lain

Terkadang setiap orang punya ide atau pendapat yang berbeda dengan keputusan yang ada. Coba beri ruang untuk menyampaikan ide dan pendapat dari orang lain. Agar lebih efisien, tentukan batas waktu kapan keputusan harus segera didapatkan sehingga orang-orang yang berada di tim kamu akan lebih kritis untuk segera mengumpulkan idenya.

3. Coba identifikasi argumen yang berbeda denganmu

Dari ide yang telah terkumpul, tidak semua bisa digunakan. Pilih beberapa ide yang berbeda serta paling memungkinkan untuk dipertimbangkan. Kemudian identifikasi menggunakan cara yang sama atau mintalah timmu untuk menjelaskan mengapa mengutarakan ide tersebut.

4. Kenali kelebihan dan kekurangan tiap keputusan

Setiap keputusan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya. Maka, jangan lupa untuk menimbang apa kelebihan dan kekurangan yang akan didapatkan jika menggunakan keputusan tersebut. Semakin mendetail kamu bisa menghitung kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, maka akan semakin baik. Namun pastikan masih dalam satu pembahasan yang sama, ya.

5. Berikan pendapat dan fakta yang mendukung

Untuk menguatkan sebuah keputusan, cobalah untuk memberi pendapat serta fakta yang mendukung. Mungkin jika strategi tersebut sudah pernah dilakukan, carilah data pendukung di internet berupa berita atau kumpulan statistik yang berkaitan dengan permasalahan yang kamu bahas.

Baca juga: 12 Cara berpikir positif di tempat kerja yang penting untuk diterapkan

Nah , sekarang kamu sudah memahami arti hingga perbedaan critical thinking dengan analytical thinking . Dengan pola pikir ini, kamu bisa lebih terbuka dalam menerima pendapat dan lebih kritis dengan perkembangan yang bisa memajukan bisnis kamu. Selain itu, critical thinking juga akan meningkatkan value kamu sebagai individu.

Kalau kamu ingin mendapatkan informasi serupa yang menarik, baca artikel lainnya di EKRUT Media atau tonton video menarik yang ada di YouTube official EKRUT. Dan, jika kamu sedang mencari informasi lowongan kerja di perusahaan atau startup ternama di Indonesia, klik sign up di EKRUT sekarang juga!

critical thinking adalah

  • skillsyouneed.com
  • phylosophy.hku.hk

whatsapp

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

Artikel terkait.

H1.jpg

5 Contoh Biografi Diri Sendiri untuk Peluang dan Perkembangan Karier

Alvina Vivian

H1_1._Cara_Menulis_Artikel_yang_Baik_Untuk_Pemula.jpg

10 Cara Menulis Artikel yang Baik dan Benar untuk Pemula

Anisa Sekarningrum

ucapan_perpisahan_kerja_-_EKRUT.jpg

Tips Menyampaikan Kata-kata Perpisahan Kerja yang Berkesan beserta Contohnya

Maria Tri Handayani

Ekrut Signup Banner

twitter-icon

Apa Itu Berpikir Kritis? Ini Manfaat dan Cara Mengasahnya

Apa Itu Berpikir Kritis?

  • Analisis Informasi
  • Evaluasi argumen
  • Pemecahan masalah
  • Pengambilan keputusan

2. Manfaat Berpikir Kritis

  • Pengambilan keputusan yang lebih baik
  • Memecahkan masalah secara efektif
  • Pemahaman yang lebih mendalam
  • Komunikasi yang lebih efektif
  • Kemandirian

3. Cara Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis

  • Latihan analisis
  • Diskusi dan debat
  • Pencarian informasi
  • Pertanyaan yang mendalam
  • Evaluasi diri
  • Terbuka terhadap sudut pandang orang lain

Halodoc , Jakarta – Berpikir kritis adalah kemampuan intelektual untuk memberikan argumen atau mengevaluasi sebuah informasi dengan cara yang sistematis dan rasional. 

Artinya, seseorang yang memiliki kemampuan ini tidak menerima sebuah informasi begitu saja. Mereka akan menganalisis, memeriksa dan merumuskan penilaiannya berdasarkan pemikiran yang lebih mendalam. Yuk, kenali lebih dalam tentang kemampuan ini!

Ada sejumlah aspek yang saling terkait dalam kemampuan berpikir kritis . Aspek-aspek ini, antara lain:

1. Analisis Informasi

Salah satu elemen penting dari berpikir kritis adalah kemampuan untuk memilah dan memahami informasi.

Kemampuan ini termasuk mengidentifikasi informasi yang relevan dan tidak relevan dalam suatu konteks. 

Ketika seseorang mampu menganalisis informasi secara mendalam, ia dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau situasi.

2. Evaluasi argumen

Kemampuan ini juga melibatkan evaluasi argumen atau pernyataan yang orang lain sampaikan.

Misalnya dengan mengidentifikasi logika di balik argumen tersebut, menilai bukti-bukti pendukung, dan mengidentifikasi kelemahan argumen. 

Mengevaluasi dengan cermat merupakan langkah penting untuk mengambil keputusan secara bijak. Jangan sampai salah, Ini Perbedaan Berpikir Kritis dan Overthinking .

3. Pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah juga masuk dalam aspek berpikir kritis. Ketika suatu masalah muncul, seseorang yang berpikir kritis akan menguraikannya terlebih dahulu.

Mereka juga akan menganalisis faktor-faktor yang terlibat dan kemudian mengidentifikasi solusi apa yang paling efektif untuk menyelesaikannya. 

4. Pengambilan keputusan

Berpikir kritis merupakan dasar dari pengambilan keputusan yang baik. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat memilah informasi dengan cermat, mempertimbangkan berbagai argumen, dan mengevaluasi bukti-bukti yang ada. 

Semua hal tersebut bisa membantu seorang individu untuk membuat keputusan yang tepat dan rasional. 

Manfaat Berpikir Kritis

Mengapa berpikir kritis penting? Karena kemampuan ini membawa berbagai manfaat yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Contoh manfaatnya, antara lain:

1. Pengambilan keputusan yang lebih baik

Salah satu manfaat terbesar dari berpikir kritis adalah mampu membuat keputusan yang lebih baik.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manfaat ini bisa diperoleh dari menganalisis bukti-bukti secara cermat.

Dengan begitu, seseorang bisa menghindari keputusan yang impulsif atau asumsi semata. Artinya, keputusan yang diperoleh berdasarkan logika dan fakta sehingga lebih rasional. 

2. Memecahkan masalah secara efektif

Kemampuan ini juga bermanfaat untuk memecahkan masalah dengan cara yang lebih efektif.

Ketika seseorang berpikir secara kritis, mereka akan menganalisis suatu masalah,  mengidentifikasi penyebabnya, dan mencari solusi yang masuk akal.

Semuanya merupakan aspek yang sangat penting dan memberikan dampak signifikan. 

3. Pemahaman yang lebih mendalam

Ketika berpikir kritis, seseorang otomatis memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap topik atau masalah tertentu.

Sebab, mereka akan mengidentifikasi latar belakang, konteks, dan implikasi dari suatu sebuah informasi terlebih dahulu..

4. Komunikasi yang lebih efektif

Manfaat lainnya yaitu seseorang bisa berkomunikasi lebih efektif. Pasalnya, mereka yang berpikir kritis umumnya mampu menyampaikan argumen dengan lebih jelas dan persuasif. 

Hal ini akan sangat terlihat ketika individu tersebut bicara dalam suati diskusi atau debat dengan orang lain. 

5. Kemandirian

Berpikir kritis mendorong seseorang untuk lebih mandiri dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan .

Kemampuan ini memungkinkan individu untuk menilai informasi sendiri dan tidak bergantung pada pandangan orang lain. Mereka akan membuat keputusan berdasarkan penilaian pribadi.

Cara Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis bukanlah sebuah bakat yang telah ada sejak lahir. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan. Caranya dengan:

1. Latihan analisis

Salah satu cara terbaik untuk mengasah kemampuan ini yaitu berlatih analisis. Kamu bisa memilih sebuah artikel, buku atau argumen seseorang untuk dianalisis.

Baca dengan cermat dan identifikasi poin-poin kunci. Kamu juga perlu memeperhatikan logika dalam konteks tersebut serta bukti-bukti yang ada. Kemudian kamu bisa menulisnya dan mendiskusikannya. 

2. Diskusi dan debat

Cara lainnya yaitu melakukan diskusi dan debat. Ketika kamu terlibat dalam sebuah percakapan, kamu diharuskan untuk memberikan argumen, mendengarkan pendapat orang lain dan mengidentifikasi bukti yang ada.

3. Pencarian informasi

Selanjutnya, usahakan selalu mencari informasi tambahan sebelum menyusun pendapat atau membuat keputusan. 

Tujuannya untuk mengumpulkan berbagai sudut pandang dan bukti yang relevan sebelum kamu membuat suatu penilaian. 

4. Pertanyaan yang mendalam

Saat menghadapi informasi atau argumen, jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. 

Tanyakan mengapa informasi ini penting, siapa yang mengemukakannya, apa bukti yang mendukungnya, dan apakah ada argumen yang berlawanan.

5. Evaluasi diri

Jangan berhenti untuk terus mengevaluasi diri dalam mengasah kemampuan berpikir kritis. Setelah membuat keputusan atau memberikan pendapat, coba refleksikan apakah kamu telah melakukan analisis yang baik.

Dengan begitu, kamu bisa menilai hal apa saja yang perlu kamu perbaiki atau yang bisa ditingkatkan. Bukan untuk orang dewasa saja, ketahui Manfaat Berpikir Kritis Bagi Anak yang Masih Sekolah .

6. Terbuka terhadap sudut pandang orang lain

Terakhir, selalu terbuka terhadap sudut pandang dan pendapat lain. Hal ini membantu kamu untuk melihat masalah dari berbagai perspektif dan menghindari bias.

Itulah penjelasan mengenaik bepikir kritis yang perlu kamu ketahui.

Butuh saran kesehatan? Jangan ragu menghubungi dokter di aplikasi Halodoc . Tunggu apa lagi, download aplikasinya sekarang juga!

Foundation of Critical Thinking. Diakses pada 2023. What is Critical Thinking?

The foundation for critical thinking. diakses pada 2023. defining critical thinking., journal of developmental education. diakses pada 2023. critical thinking: the nature of critical and creative thought., berlangganan artikel halodoc, topik terkini, artikel terkait.

Ini 7 Rekomendasi Obat Penenang yang Aman atas Anjuran Dokter

Critical Thinking – Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu adalah critical thinking atau yang kerap disebut dengan sebuah proses berpikir kritis dalam setiap keadaan yang ada. Mungkin Grameds bertanya-tanya, apa pentingnya seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis. Atau mungkin pertanyaan lain seperti apakah perlu menerapkan kemampuan berpikir ini dalam kehidupan sehari-hari?

Nah, secara umumnya ketika seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, maka orang tersebut bisa menjadi lebih pandai dalam mengambil keputusan, penerima informasi, pemecahan masalah, dan hal lain. Perlu diketahui juga jika setiap orang memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Maka dari itu terkadang ada istilah beda sudut pandang atau beda pemikiran antara satu orang dengan lainnya.

Agar Grameds juga semakin paham tentang kemampuan berpikir ini, maka tak ada salahnya untuk membaca penjelasan seputar critical thinking pada artikel ini. Semua tentang berpikir kritis akan dijelaskan lebih dalam pada artikel ini.

Table of Contents

Pengertian Critical Thinking

Secara garis besar, critical thinking adalah sebuah kemampuan untuk bisa berpikir lebih jernih dan lebih rasional terhadap apa yang harus dilakukan maupun terhadap apa yang harus dipercaya.

Bisa juga critical thinking dimaknai sebagai sebuah pola pikir yang dimiliki oleh individu agar tidak menerima informasi secara mentah-mentah.

Diperlukan sebuah pola pikir untuk mengevaluasi dan menganalisis kebenaran dari informasi tersebut. Tentunya mereka yang sudah bisa berpikir kritis juga akan lebih tepat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang sedang dialami.

Selain itu ada beberapa kemampuan lain ketika seseorang bisa menerapkan keterampilan critical thinking dalam kehidupannya. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

  • Bisa lebih mudah memahami hubungan antara logika dan gagasan.
  • Bisa melakukan identifikasi, membangun, sekaligus melakukan evaluasi terhadap argumen.
  • Bisa melakukan deteksi terhadap ketidak kositenan dan kesalahan umum dalam bernalar.
  • Mampu menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi secara sistematis.
  • Bisa melakukan identifikasi relevansi dan pentingnya sebuah gagasan.
  • Mampu merenungkan sebuah pembenaran terhadap keyakinan sekaligus nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang.

Kemampuan berpikir kritis bukanlah tentang seberapa banyak informasi yang dimiliki oleh seseorang. Bahkan belum tentu seseorang yang memiliki ingatan yang begitu baik dan tahu begitu banyak fakta memiliki critical thinking dalam dirinya. Namun critical thinking adalah sebuah pola pikir untuk mengetahui bagaimana konsekuensi terhadap apa yang mereka tahu.

Mereka yang memiliki kemampuan berpikir ini biasanya akan lebih tahu bagaimana memanfaatkan informasi yang diterima sebagai metode penyelesaian sebuah masalah. Selain itu mereka juga bisa mencari informasi yang relevan.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Perbedaan Critical Thinking dan Analytical Thinking

Setelah tahu apa itu critical thinking, berikutnya adalah penjelasan tentang critical thinking dengan analytical thinking. Meski keduanya tampak sama, namun sebenarnya kedua kemampuan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, lho.

Agar Grameds lebih paham lagi tentang perbedaan antara keduanya, maka penjelasan yang ada di bawah ini akan mempermudah kamu untuk mengetahui perbedaan dari kedua kemampuan tersebut.

critical thinking adalah

1. Pemanfaatan Fakta yang Ada

Baik itu critical thinking maupun analytical thinking sama-sama menggunakan fakta untuk proses evaluasi terhadap informasi yang ada. Meski begitu metode yang digunakan keduanya sangatlah berbeda.

Dimana critical thinking akan menggunakan fakta sebagai bantuan membentuk opini sekaligus menentukan apakah ide yang ada memang benar-benar masuk akal. Sedangkan untuk analytical thinking adalah menggunakan fakta sebagai pendukung bukti.

Dari dua penjelasan tersebut sudah bisa diambil kesimpulan jika kedua jenis kemampuan berpikir ini memiliki dua metode yang berbeda dalam pemanfaatan fakta yang ada.

2. Tujuan yang Berbeda

Berikutnya adalah dari segi tujuan, dimulai dari critical thinking yang memiliki tujuan untuk individu dalam mempertahankan argumen yang bisa menjadi dukungan terhadap sudut pandang tertentu.

Critical thinking juga akan mempermudah seseorang dalam memberikan motivasi kepada orang lain dan juga tujuan hidupnya. Sedangkan tujuan dari analytical thinking terbilang cukup berbeda dari critical thinking.

Dimana tujuan dari analytical thinking adalah untuk menyelesaikan sebuah masalah yang begitu kompleks. Selain itu analytical juga bisa membantu seseorang dalam melakukan analisis terhadap situasi yang sedang terjadi.

Adanya critical thinking juga bisa membuat individu menemukan ide-ide baru. Selain itu analytical thinking juga bisa membantu seseorang untuk bisa mengumpulkan sekaligus menafsirkan suatu data untuk pemahaman yang lebih lanjut. Mereka juga akan bisa mencoba untuk mengembangkan sekaligus yakin terhadap persepsi sebuah ide.

3. Proses Berpikir

Dari segi proses berpikir keduanya juga memiliki perbedaan yang cukup menonjol. Di mana critical thinking memiliki proses berpikir melingkar. Sedangkan untuk analytical thinking akan menggunakan proses berpikir linier serta lebih fokus.

Mereka yang menggunakan critical thinking kebanyakan akan berputar secara terus-menerus terhadap suatu ide hingga mendapatkan kesimpulan. Sedangkan seseorang yang menerapkan analytical thinking lebih cenderung untuk bisa berfikir dari satu pemikiran ke pemikiran berikutnya. Rutenya adalah formasi lurus dari satu pemikiran ke pemikiran berikutnya.

critical thinking adalah

Cara Membentuk Kemampuan Berpikir Kritis

critical thinking adalah

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dari satu orang dengan orang lain itu berbeda. Namun untuk menumbuhkan kemampuan berpikir ini sebenarnya bisa dilakukan dengan beberapa tahap.

Jika Grameds belum begitu tahu bagaimana cara membentuk kemampuan critical thinking, ada beberapa poin di bawah ini yang akan membantu kamu agar lebih mudah meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

1. Kenali Masalah yang Ada

Hal pertama yang bisa Grameds lakukan dalam meningkatkan kemampuan critical thinking adalah mengenali atau mengidentifikasi masalah yang ada. Masalah bisa terjadi biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor psikologis, faktor orang terdekat seperti teman maupun keluarga, lalu ada juga faktor lingkungan yang bisa jadi mempengaruhi terjadinya suatu masalah.

Dalam proses identifikasi masalah yang ada, kamu dituntut untuk bisa lebih memahami diri sendiri. Dimulai dari faktor apa yang menyebabkan permasalahan tersebut terjadi, dampak apa saja yang bisa ditimbulkan dari masalah yang ada terhadap kamu dan orang sekitar. Lalu posisi kamu dalam permasalahan tersebut adalah sebagai apa.

2. Menentukan Skala Prioritas

Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Namun bagi Grameds yang ingin berlatih meningkatkan kemampuan critical thinking sebaiknya mulailah menentukan skala prioritas terhadap masalah yang ada.

Dimulai dari mengenali masalah yang begitu mendesak, masalah yang bisa ditunda, hingga masalah yang bisa diselesaikan pada sesi paling akhir. Tentunya ketika skala prioritas suatu masalah sudah bisa kamu ketahui dengan baik. Maka kamu bisa dengan mudah mencapai target yang ingin dicapai.

3. Mengumpulkan Informasi

Ketika Grameds sudah mengetahui bagaimana prioritas masalah-masalah yang sedang ada, kamu bisa mencoba untuk memulai mengumpulkan informasi sembari melakukan analisa. Dapatkan informasi sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang sedang ingin diselesaikan.

Grameds bisa mendapatkan berbagai macam informasi dari berbagai sumber, mulai dari buku, jurnal, internet, studi lapangan maupun pengalaman dan berbagai macam sumber lainnya. Semakin banyak informasi atau pengetahuan yang kamu miliki, maka kamu akan meminimalisasi kemungkinan-kemungkinan tertipu. Bahkan kemampuan analisis yang kamu miliki juga akan turut berkembang dengan bertambahnya pengetahuan.

4. Mengenali Persepsi Orang Lain

Dalam suatu masalah yang sedang dipecahkan, terkadang ada banyak persepsi atau argumen orang lain yang muncul. Pada saat hal tersebut terjadi, sebaiknya kamu tidak begitu saja langsung memakannya mentah-mentah.

Lakukan proses analisis terhadap setiap argumen yang ada. Karena hal inilah penting bagi kamu untuk bisa memperbanyak ilmu pengetahuan agar tidak mudah tertipu terhadap argumen orang lain. Berikan sedikit rasa curiga atau tidak percaya agar kamu bisa melakukan proses analisis terhadap argumen yang ada dengan lebih dalam lagi.

5. Lakukan Analisis Terhadap Setiap Data

Ketika kamu menerima sebuah data, sebaiknya jangan langsung percaya begitu saja. Pastikan untuk selalu melakukan analisis terhadap data tersebut. Selain itu menemukan informasi lain yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan sekaligus mampu menunjang setiap data yang telah kamu peroleh sebelumnya.

critical thinking adalah

6. Pengambilan Keputusan

Ketika lima tahap sebelumnya telah dilakukan, maka kamu bisa melanjutkan dengan melakukan pengambilan keputusan. Dengan beberapa tahapan atau cara di atas, kamu akan semakin mudah dalam meningkatkan kemampuan critical thinking dalam diri sendiri.

Selain itu ketika kemampuan critical thinking yang kamu miliki sudah meningkat, maka kamu bisa membantu orang lain untuk menyelesaikan permasalahan mereka sekaligus mencari jalan keluar yang terbaik terhadap masalah tersebut.

critical thinking adalah

Pentingnya Kemampuan Critical Thinking bagi Karyawan

Kemampuan critical thinking tak hanya bisa membantu kamu dalam menyelesaikan permasalahan pribadi saja. Namun kemampuan critical thinking juga sangat penting ketika kamu sedang dalam posisi sebagai seorang karyawan.

Banyak sekali lho manfaat yang diberikan oleh kemampuan critical thinking jika dimiliki oleh seorang karyawan. Mungkin Grameds juga belum begitu menyadari pentingnya critical thinking, namun agar kamu tahu lebih lanjut, maka penjelasan di bawah ini akan bisa membantu.

1. Mampu Meningkatkan Kinerja Tim

Dalam dunia kerja penting sekali memiliki kemampuan critical thinking. Mulai dari atasan hingga karyawan harusnya sama-sama memiliki kemampuan critical thinking. Sebab ketika semua orang dalam dunia kerja memiliki kemampuan critical thinking, maka kemudahan proses penjualan, produksi hingga aktivitas lapangan akan bisa didapatkan.

Oleh karena itu sejak awal rekrutmen calon karyawan, pihak perusahaan akan memberikan beberapa pertanyaan yang mengacu ke arah kemampuan critical thinking dari calon karyawan tersebut. Bahkan ketika karyawan baru sudah diterima sekalipun. Pihak perusahaan tetap akan memberikan pengembangan skill critical thinking dari setiap karyawan yang ada.

Sebab perusahaan-perusahaan yang berkualitas akan tahu jika semua proses yang ada di dalam perusahaan bisa berjalan dengan lancar karena dipengaruhi banyak faktor seperti kemampuan critical thinking.

2. Produk Berkualitas Bisa Dihasilkan dengan Baik

Setiap karyawan yang memiliki kemampuan critical thinking juga bisa membuat sebuah produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas tinggi menuntut ketelitian dalam proses pengerjaanya. Bahkan seluruh detail barang maupun jasa sebelum didistribusikan kepada pihak konsumen akan dianalisis terlebih dahulu, apakah barang maupun jasa sudah benar-benar dibutuhkan oleh target pasar.

3. Bisa Mempermudah Menyelesaikan Konflik Antarkaryawan

Bukan hanya performa dalam kinerja seorang karyawan saja, adanya kemampuan critical thinking juga akan mempermudah seseorang dalam lingkup perusahaan untuk bisa menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi antar karyawan. Tentunya penyelesain yang dilakukan dengan bantuan kemampuan critical thinking akan lebih damai dan tidak condong ke salah satu pihak.

critical thinking adalah

4. Tak Mudah Tertipu

Mereka yang memiliki kemampuan critical thinking bisa dibilang tidak akan mudah tertipu oleh informasi yang didapatkannya. Dimana kemampuan critical thinking bisa membuat seorang individu bisa berpikir lebih logis, rasional, dan beralasan.

Selain itu mereka yang memiliki kemampuan critical thinking juga bisa membuat seseorang mengambil sebuah fakta berdasarkan analisis yang begitu dalam. Mereka juga tidak akan mudah percaya begitu saja terhadap informasi yang ada tanpa analisa yang begitu logis, bernalar dan rasional.

5. Menjadikan Individu yang Lebih Baik

Mereka yang sudah memiliki kemampuan critical thinking biasanya akan bisa menerima pendapat orang lain, berpikir terbuka dan tidak kaku. Ketika seseorang bisa melakukan hal tersebut, maka ia akan lebih mudah dihormati di lingkungan kerjanya.

Ketika ada seseorang yang bisa menerima pendapat orang lain, kamu akan lebih mudah dianggap sebagai rekan kerja yang baik.Dan jika hal tersebut bisa berjalan dengan begitu lancar dalam jangkauan waktu yang lama, maka kondisi lingkungan kerja kamu akan lebih kondusif dan hasil yang diberikan juga akan lebih produktif. Hal ini juga menunjukkan jika kemampuan critical thinking memang begitu penting bagi lingkungan kerja.

6. Memicu Sisi Kreativitas Individu

Agar bisa mendapatkan solusi terbaik dan kreatif terhadap masalah yang ada di tempat kerja bukan hanya diperlukan ide-ide baru saja. Pasalnya Grameds juga harus lebih tahu secara detail terkait dengan ide baru tersebut.

Apakah memang ide baru tersebut begitu cocok atau relevan sebagai solusi untuk menghadapi masalah yang ada atau malah sebaliknya. Agar bisa mencari ide yang relevan dan pas terhadap masalah yang ada bisa dibantu dengan kemampuan critical thinking.

Dengan kemampuan critical thinking seseorang bisa memilah mana ide terbaru yang paling relevan untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada. Bahkan pengubahan ide baru agar bisa lebih relevan juga bisa terwujud dengan baik ketika dilakukan dengan bantuan kemampuan critical thinking.

7. Critical Thinking Sebuah Kemampuan Tanpa Batas

Memiliki kemampuan critical thinking memang begitu penting sekali bagi individu. Jika kamu bekerja dalam lingkup penelitian, hukum, manajemen, maupun keuangan, kemampuan critical thinking memang sangat dibutuhkan. Akan tetapi kemampuan critical thinking bukan hanya bisa digunakan pada dunia kerja saja, namun kemampuan critical thinking bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

8. Membantu Penyesuaian Diri Seseorang Terhadap Lingkungan Baru

Adanya kemampuan critical thinking bisa membuat seseorang bisa lebih mudah menyesuaikan diri terhadap kondisi atau lingkungan baru. Dengan adanya critical thinking, seorang karyawan bisa lebih mudah melakukan analisa informasi, mengintegrasikan pengetahuan, hingga memecahkan masalah.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan jika kemampuan critical thinking memang begitu dibutuhkan oleh semua orang. Baik dalam lingkup kerja maupun kehidupan pribadi, penerapan kemampuan critical thinking memang bisa menunjang kehidupan yang lebih baik.

Jika Grameds ingin membaca buku-buku terkait critical thinking, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com . Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Hendrik Nuryanto

Kategori Ilmu Berkaitan Psikologi

  • Buku Pedoman HRD & SDM
  • Buku Psikologi Best Seller
  • Buku Psikologi Pendidikan
  • Buku Soal CPNS
  • Buku Soal Psikotes
  • Soal Psikotes Polri
  • Soal Psikotes TNI

Artikel Psikologi

  • Affirmasi Pagi
  • Affirmasi Islami
  • Affirmasi Dalam Hubungan
  • Anger Issue
  • Berdamai Dengan Diri Sendiri
  • Berpikir Positif
  • Berpikir Kreatif dan Inovatif
  • Broken Home
  • Cara Agar Tidak Insecure
  • Cara Agar Tidak Mudah Menangis
  • Cara Menjadi Dewasa
  • Cara Menjadi Orang Ikhlas
  • Cara Mengenal Diri Sendiri
  • Cara Mencintai Diri Sendiri
  • Cara Menjadi Orang Cuek
  • Cara Menhilangkan Banyak Pikiran
  • Cara Menghadapi Orang dengan Trust Issue
  • Cara Meditasi Yang Benar
  • Cara Melatih Mental
  • Ciri Orang Yang Sombong
  • Critical Thinking
  • Contoh Hard Skill
  • Contoh Self Control
  • Duck Syndrome
  • Eksibisionis, Pedofilia, Fetisme
  • Emosi Tidak Stabil
  • Fixed Mindset
  • Guilt Tripping
  • Hantu Seram
  • Highly Sensitive Person
  • Kepribadian Ganda
  • Manajemen Stres
  • Menangis Tanpa Sebab
  • Mengapa Kutu Buku Pakai Kacamata
  • Mindfulness
  • Mood Booster
  • Maladaptive Daydreaming
  • Konsep Diri
  • Perbedaan Introvert dan Ekstrovert
  • Percaya Diri
  • Perfeksionis
  • Sikap Pesimis
  • Pengertian Hard Skill
  • Perkembangan Emosi
  • Penyebab Kenapa Afirmasi Gagal
  • Philophobia
  • Pikiran Negatif
  • Playing Victim
  • Regulasi Emosi
  • Sifat Manipulatif
  • Self Awarness
  • Self Afirmasi
  • Self Control
  • Self Development
  • Self Diagnosis
  • Self Efficacy
  • Self Esteem
  • Self Healing
  • Self Healing Terbaik
  • Self Improvement
  • Self Management
  • Strict Parents
  • Self Reward
  • Self Reminder
  • Sikap Optimis
  • Tanggung Jawab
  • Trauma Healing
  • Trust Issue
  • Overthinking

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

critical thinking adalah

Written by Sevilla

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Linkedin saya Sevilla

Manfaat Berpikir Kritis dan Cara Melakukannya

Berpikir kritis menjadi salah satu soft skill yang harus kamu miliki. Pasalnya, kemampuan ini berpengaruh besar terhadap banyak aspek kehidupanmu, lho . Meski begitu, berpikir kritis tidak serta-merta muncul begitu saja ya, melainkan perlu diasah.

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara rasional, menganalisis permasalahan secara objektif, dan mengevaluasi informasi dengan baik. Jadi, dengan berpikir kritis, kita bisa mendapatkan hasil yang tepat sesuai dengan fakta dan masuk di akal.

Manfaat Berpikir Kritis dan Cara Melakukannya - Alodokter

Ciri-ciri orang yang berpikir kritis adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki keinginan yang kuat untuk mencari kebenaran, skeptis terhadap informasi yang belum jelas, berpikiran terbuka, dan mampu menghubungkan antara ide yang satu dengan lainnya.

Ini Lho Manfaat Berpikir Kritis

Seseorang dengan pemikiran kritis umumnya lebih unggul dan mampu bersaing dengan orang lain, baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan, atau sosial. Mereka yang mampu berpikir kritis juga akan mendapatkan manfaat-manfaat berikut ini:

  • Mudah memecahkan masalah
  • Mengambil keputusan dengan tepat
  • Melihat masalah dari berbagai perspektif
  • Menemukan ide dan peluang baru
  • Meningkatkan kreativitas
  • Terhindar dari hoaks
  • Lebih siap menghadapi tantangan hidup
  • Lebih peka dan tidak menganggap remeh suatu hal
  • Tidak mudah dimanfaatkan orang lain
  • Memahami kemampuan diri
  • Menumbuhkan rasa percaya diri dan sikap mandiri
  • Meningkatkan kepuasan hidup

Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Melihat banyaknya manfaat berpikir kritis, rasanya sayang sekali jika kemampuan ini tidak diasah, ya? Terlebih, ada dampak buruk yang mungkin bisa terjadi kalau kamu hanya berpikir pendek, seperti mudah termakan infomasi palsu dan mengambil keputusan yang salah.

Sedangkan pada anak-anak, mereka yang tidak mengasah kemampuan berpikir kritis malah berisiko mengalami gangguan perilaku pada anak , lho .

Lantas, seperti apa sih cara menjadi orang yang punya pemikiran kritis? Nah , berikut ini adalah cara yang bisa kamu lakukan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis:

1. Identifikasi masalah

Langkah pertama dalam berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya. Kamu perlu pisahkan mana saja informasi yang berupa fakta, asumsi, ataupun penilaian yang bias. Setelahnya, barulah kamu bisa menyelidiki masalah lebih dalam lagi.

2. Ajukan banyak pertanyaan

Rasa ingin tahu yang tinggi menjadi kunci utama dalam berpikir kritis. Oleh karena itu, mulailah biasakan diri untuk mempertanyakan hal yang kamu jumpai. Banyak bertanya di sini bisa dilakukan dengan cara bertanya kepada diri sendiri atau orang lain.

Kamu bisa bertanya menggunakan prinsip 5W1H, yaitu what , who , when , why , where , dan how . Pastikan kamu mempertanyakan sesuatu yang penting dan dibutuhkan saja ya, bukan gosip yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

3. Perbanyak referensi dengan membaca

Dalam berpikir kritis, kamu harus memperbanyak pengetahuanmu, yang salah satunya bisa diperoleh dengan membaca . Namun, pastikan kamu mendapatkan informasi dari sumber yang terpercaya.

Jadi, selain banyak bertanya, kamu juga harus banyak membaca, ya. Jangan sampai, kamu mempertanyakan banyak hal tetapi tidak memiliki pengetahuan apa pun seperti yang dijelaskan dalam peribahasa, “ tong kosong nyaring bunyinya ”.

4. Pertimbangkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi

Jangan asal memutuskan suatu hal. Dalam berpikir kritis, kamu perlu mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Lihatlah sesuatu dengan pikiran terbuka dan hindari asumsi pribadi.

Jadi, saat kamu berniat melakukan suatu tindakan atau hendak mengambil keputusan, pikirkan dengan detail bagaimana dampaknya bagi hidupmu atau orang lain dan pertimbangkan juga segala risikonya. Di saat yang sama, sediakan pula rencana cadangan sebagai antisipasi.

5. Fokus pada tujuan dan perbanyak evaluasi

Latih dirimu untuk terus fokus dan konsentrasi pada hal yang ingin kamu capai. Pintar-pintarlah mencari cara agar dirimu tidak terdistraksi oleh hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan tujuanmu.

Selain itu, pastikan juga kamu perbanyak evaluasi dari hasil berpikirmu. Cari tahu juga apakah kesimpulan yang kamu ambil memiliki data pendukung atau hanya bersifat argumentatif.

Nah , itulah manfaat berpikir kritis dan cara mengasahnya. Ingat ya, tidak ada sesuatu yang bisa kamu miliki secara instan. Perbanyaklah latihan agar kamu semakin pandai berpikir kritis.

Jika kamu mengalami kesulitan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis atau selalu kesulitan dalam membuat keputusan, kamu bisa konsultasikan hal ini kepada psikolog untuk mendapatkan saran yang tepat.

Wechsler, et al. (2018). Creative and Critical Thinking: Independent or Overlapping Components?. Thinking Skills and Creativity. 27, pp. 114–122. Schmaltz, R. M., Jansen, E., & Wenckowski, N. (2017). Redefining Critical Thinking: Teaching Students to Think like Scientists. Frontiers in Psychology. 8, pp. 459. Erstad, W. Rasmussen University (2018). 6 Critical Thinking Skills You Need to Master Now. Monash University (2020). Critical Thinking. Dwyer, C. Pschology Today (2021). Want to Develop Your Critical Thinking in the New Year? Dwyer, C. Pschology Today (2020). 3 Core Critical Thinking Skills Every Thinker Should Have. Dwyer, C. Pschology Today (2017). 5 Tips for Critical Thinking. Gordon, S. Verywell Family (2021). How to Teach Your Child to Be a Critical Thinker.

critical thinking adalah

Critical Thinking: Arti, Manfaat dan Bagaimana Pelaksanaannya

' src=

Critical thinking merupakan sebuah langkah yang umumnya diperlukan dalam berbagai hal. Demikian pula jika ingin menjalankan sebuah bisnis yang lebih optimal, tentu harus didahului adanya critical thinking yang tepat dan terencana.

Tentu saja hal ini banyak membuat orang ingin tahu lebih dalam apa yang membuat kita harus dapat berpikir kritis, bagaimana langkah dan caranya serta apa yang ingin dicapai dalam pemikiran jenis tersebut? Nah, jika ini menjadi pertanyaan yang serupa dalam benak Anda, sebaiknya ketahui dan pahami lebih dalam mengenai critical thinking tersebut.

Berpikir Kritis

Ini 10 Manfaat Berpikir Positif bagi Kesehatan Anda

Pernahkah Anda bertanya, mengapa Anda ingin berpikir kritis? Mengapa Anda harus memikirkan masalahnya dengan keras dan mencari solusi? Jika Anda hanya berpikir secara dangkal dan menolak untuk berpikir lebih dalam, apa yang akan terjadi? Beberapa pertanyaan ini melibatkan semacam pemahaman, pemikiran kritis.

Sebelum penelitian lebih lanjut, ada baiknya untuk memahami bahwa pikiran dibentuk oleh konsep dan proses pikiran. Semakin banyak Anda memikirkannya, semakin kritis jadinya, dan otak Anda akan menjadi lebih pintar dan lebih pintar. Berpikir adalah proses kerja otak saat menganalisis dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk setiap keputusan, merumuskan konsep, penalaran, dan pemecahan masalah.

Uniknya, cara berpikir satu orang dengan orang lain tidak persis sama. Inilah yang disebut sudut pandang berbeda atau sudut pandang berbeda. Jika Anda ingin berpikir kritis, maka berlatih setiap hari adalah ide yang bagus. Biasakan mengingat atau menyelesaikan setiap masalah setiap hari. Jika perlu, sisihkan beberapa menit setiap hari agar Anda berpikir dan berpikir kritis.

Apakah yang dimaksud dengan Critical Thinking (Pemikiran Kritis) itu?

Berpikir kritis adalah teknik yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang masuk akal berdasarkan informasi yang diperoleh dan diproses. Menurut www.wabisabilearning.com, berpikir kritis diartikan sebagai pemikiran yang jernih, rasional, logis, dan mandiri. Ini tentang meningkatkan keterampilan berpikir melalui analisis, evaluasi dan rekonstruksi. Karakteristik berpikir kritis:

  • memiliki rasa ingin tahu.
  • kreativitas.

Pemikir kunci yang menangani masalah akan mencoba menemukan informasi yang relevan, mengajukan pertanyaan yang bermakna, mempertimbangkan pandangan alternatif, menggunakan logika dan alasan, menghindari asumsi dan mempertimbangkan semua peluang.

Lalu, Apa Bedanya dengan Pemikiran Analitis?

Seperti dikutip dari www.wabisabilearning.com, pemikiran analitis adalah tindakan untuk memecah hal-hal kompleks menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Karakteristik Berpikir Analitis:

  • Penghubung.

Orang dengan kemampuan berpikir analitis biasanya mampu mengidentifikasi masalah, menemukan fakta dan bukti yang relevan, menyederhanakan informasi, dan menggunakan logika dan alasan. Orang dengan kemampuan berpikir analitis biasanya mengevaluasi opini dan opini mereka, menarik kesimpulan, dan kemudian memperoleh pengetahuan baru.

Apakah yang dimaksud Pemikiran Kreatif?

Kemampuan untuk memiliki pemikiran kreatif atau pemikiran kreatif seseorang dapat menghasilkan dan menerapkan pemikiran orang dalam konteks tertentu, dapat melihat situasi dengan cara yang berbeda, menemukan masalah, dan menemukan serta menciptakan cara baru untuk menghasilkan keluaran yang lebih baik.

  • Karakteristik berpikir kreatif.
  • berpikiran terbuka.
  • Berpengetahuan luas.

Menurut definisi berpikir kritis, berpikir analitis dan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam klasifikasi Bloom Anderson yang direvisi, HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (yaitu, kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) sebenarnya sama dengan ketiga keterampilan berpikir ini. Keterampilan lunak ini adalah fokus dari kurikulum global dan sangat diminati di lingkungan kerja saat ini. Keterampilan berpikir ini akan mempersiapkan seseorang untuk berkarir di luar perguruan tinggi.

Arti Critical Thinking

Critical thinking sendiri artinya yaitu berpikir secara kritis dalam memandang suatu hal. Apabila diterapkan di dalam bisnis, maka berpikir tentang berbagai aspek penting yang bisa membantu menumbuhkan kemajuan bisnis terssebut. Dengan cara berpikir yang kritis dan optimal ini, tentu akan diperoleh ide-ide segar dan inovasi baru yang terbaik untuk membantu supaya bisnis berjalan lebih baik dan lebih maksimal. Mulai dari awal tahapan hingga sampai pada pelaksanaan, dengan adanya langkah berpikir kritis ini tentu saja dapat memberikan masukan serta pandangan yang jauh lebih menyeluruh dalam mengoptimalkan sebuah usaha.

critical thinking adalah

Tentunya ada banyak hal yang bisa didapatkan pada seseorang dengan jalan berpikir yang lebih baik. Mulai dari manfaat serta bagaimana langkah yang harus diterapkan. Bagi seorang pemula, tentu ini bisa menjadi gambaran yang tepat dalam menjalankan bisnisnya serta menambah pendapatan dengan optimal. Pengambilan keputusan dalam tiap saat melangkahkan dan mengarahkan bisnis serta usaha dalam mengembangkan bisnis ini pastinya membutuhkan poin-poin penting seperti yang akan dijabarkan di dalam paragraph berikut di bawah ini.

Definisi Berpikir Kritis

Berpikir kritis mengacu pada kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau diyakini. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk berpartisipasi dalam refleksi dan berpikir mandiri. Orang dengan keterampilan berpikir kritis dapat melakukan hal berikut:

  • Pahami hubungan logis antar ide.
  • Identifikasi, susun, dan evaluasi parameter.
  • Temukan inkonsistensi dan kesalahan umum dalam penalaran.
  • Pecahkan masalah secara sistematis.
  • Tentukan relevansi dan pentingnya ide.
  • Pertimbangkan legitimasi keyakinan dan nilai seseorang.
  • Pemikiran kritis tidak ada hubungannya dengan pengumpulan informasi.

Orang yang memiliki ingatan yang baik dan mengetahui banyak fakta belum tentu memiliki pemikiran kritis. Selain itu, orang yang berpikiran kritis dapat menyimpulkan hasil berdasarkan apa yang dia ketahui. Ia juga tahu bagaimana menggunakan informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah, dan menemukan sumber informasi yang relevan untuk disampaikan kepada dirinya sendiri.

Manfaat Critical Thinking

Pada pelaksanaannya, tentu saja ada banyak poin manfaat yang bisa didapatkan saat menerapkan pola pikir kritis dalam menjalankan usaha. Banyak pebisnis pemula yang sering kurang menyadari hal tersebut.

Anda tidak dapat mengacaukan pemikiran kritis dengan argumen atau pemikiran kritis tentang orang lain. Karena pada dasarnya berpikir kritis memiliki banyak manfaat bagi diri sendiri dan orang di sekitar Anda. Mulai dari penemuan kesalahan dan penalaran yang salah, berperan penting dalam penalaran kooperatif dan tugas-tugas konstruktif, membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori dan memperkuat argumentasi.

Secara Umum

Berpikir kritis juga dapat meningkatkan alur kerja dan meningkatkan intuisi sosial. Berikut ulasan lengkap manfaat berpikir kritis dalam karir Anda:

  • Berpikir kritis adalah aset yang tidak akan pernah habis. Apa pun karier yang Anda geluti saat ini, kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional sangatlah penting. Jika Anda bekerja di bidang penelitian, pendidikan, hukum, manajemen atau keuangan, maka berpikir kritis jelas sangat penting. Namun, Anda juga perlu mengetahui bahwa berpikir kritis tidak terbatas pada bidang subjek tertentu. Pemikiran yang baik dan pemikiran kritis adalah aset dari setiap profesi saat ini.
  • Berpikir kritis mempercepat proses karyawan beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja Ekonomi pengetahuan global didorong oleh informasi dan teknologi. Pegawai dituntut mampu merespon perubahan ekonomi dan teknologi yang terjadi secara cepat dan efektif. Dengan pemikiran kritis karyawan, dia akan mampu menganalisis informasi dan mengintegrasikan berbagai pengetahuan untuk memecahkan masalah.
  • Berpikir kritis dapat meningkatkan kreativitas Untuk menghasilkan pendekatan kreatif dalam memecahkan masalah di tempat kerja, tidak hanya ide baru yang dibutuhkan. Namun, Anda juga harus memperhatikan detail, apakah ide yang dihasilkan berguna dan apakah relevan dengan tugas saat ini. Berpikir kritis memainkan peran penting dalam mengevaluasi ide-ide baru, memilih ide-ide terbaik, dan kemudian membuat perubahan jika perlu.
  • Pemilik pemikiran kritis bisa menjadi rekan kerja yang baik. Saat Anda berpikiran terbuka, tidak terkekang dan mau menerima pendapat orang lain, tentunya Anda akan lebih dihormati oleh rekan kerja Anda. Biasanya, di lingkungan kerja, ketika Anda bersedia menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka, niscaya Anda akan dianggap sebagai rekan kerja yang baik. Selain itu, jika Anda secara otomatis menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, otomatis lingkungan kerja Anda juga akan meningkat, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, yang tentunya akan membawa hasil kerja yang lebih tinggi.
  • Ketidakpercayaan Berpikir kritis memungkinkan pemiliknya untuk berpikir secara logis, rasional dan rasional. Setiap fakta yang Anda dapatkan didasarkan pada analisis fakta yang mendalam. Inilah yang membuat pemilik yang berpikiran kritis lebih kecil kemungkinannya untuk ditipu atau ditipu oleh orang lain. Di sisi lain, berpikir kritis membuat Anda lebih selektif dalam menangani informasi yang ada. Jika tidak ada logika, rasionalitas dan analisis rasional, Anda tidak akan langsung percaya.

Perluasan Ide

Dengan berpikir kritis akan lebih mudah untuk melihat ide-ide cemerlang baru yang bisa dikembangkan supaya dapat memperoleh penyegaran dalam pemasaran maupun penciptaan produk. Umumnya berpikir kritis mendorong seseorang untuk mendapatkan pemikiran baru yang cemerlang baik untuk memulai bisnis maupun untuk mempertahankannya.

Inovasi Terbaru

Dengan critical thingking, tentu saja hal ini membantu bagi yang membutuhkan jalan keluar masalah bisnis yang dikerjakan. Sama halnya dengan membangun inovasi baru yang paling tepat dan sesuai untuk dilakukan. Oleh sebab itu membiasakan diri berpikir di luar semestinya ini adalah jalan terbaik untuk mendapatkan masukan baru untuk mengembangkan bisnis yang ada.

critical thinking adalah

Penambahan Pendapatan

Ada banyak hal yang bisa dimaksimalkan dalam menjalankan sebuah bisnis. Oleh sebab itu melalui pikiran yang kritis, secara tidak langsung membantu supaya bisnis bisa bertambah besar dan otomatis pemasukan serta keuntungan perusahaan makin bertambah. Disini tentu memberikan pendapatan serta keuntungan positif bagi kemajuan usaha yang sedang dilakukan.

Kreativitas Maksimal

Melakukan pemikiran yang kritis dan optimal membantu meningkatkan kreativitas. Banyak jalan dan langkah baru yang bisa ditempuh saat mencoba untuk menuangkan pikiran yang berbeda. Apalagi jika dilakukan bersama-sama akan banyak ide yang muncul serta kreativitas dalam berbagai macam hal.

Tujuan Critical Thinking

Melaksanakan ide-ide kritis tentu saja bukan asal dan sembarangan saja. Banyak pebisnis melakukan hal tersebut untuk berbagai macam tujuan. Mulai dari mengembangkan ide bisnis yang dijalankan hingga yang paling penting untuk menyelamatkan jalannya sebuah bisnis yang sedang berjalan. Pengembangan bisnis ini diperlukan supaya dapat meningkatkan potensi pendapatan, makin mengenalkan usaha dan bisnis yang dikelola pada banyak konsumen baru di pasaran. Sehingga makin banyak pula hasil yang bisa didapatkan oleh jenis bisnis yang dijalankan tersebut.

Tidak hanya itu saja, ada kalanya bisnis memiliki masa-masa yang kurang baik dan menyenangkan. Dengan berpikir luas dan kritis, tentu akan didapatkan ide-ide segar yang baru untuk melaksanakan berbagai cara dalam memastikan bisnis berjalan lebih baik dan mengubah konsep yang sedang diterapkan dengan konsep baru yang lebih menguntungkan. Ini dapat membantu mengubah kondisi pasar dan pemasaran produk yang sedang lesu dan melemah menjadi meningkat lebih baik. Oleh sebab itu jangan sepelekan kemampuan untuk memiliki sudut pandang secara kritis ini dalam menjalankan sebuah usaha dari awal hingga akhir.

Langkah-Langkah Penerapan Critical Thinking

Banyak orang bisa berpikir, namun sulit untuk menerapkan. Ini bukan hal yang baru, ada banyak kejadian seperti ini dimana pengusaha memiliki ide yang cemerlang namun susah untuk menerapkan. Demikian halnya saat memulai pikiran dan bertindak kritis terhadap sebuah perspektif. Pastinya diperlukan langkah-langkah sesuai untuk memastikan hal tersebut bisa diterapkan secara nyata. Bagi yang bingung untuk memulainya, berikut gambaran langkah dalam berpikir kritis, mencari ide serta mewujudkannya.

  • Mulailah dengan membuat beberapa poin yang ingin dikembangkan. Sehingga lebih mudah dan terfokus saat ingin mencari apa yang bisa dikembangkan dalam poin tersebut.
  • Catatlah ide-ide penting yang terwujud dan sisihkan mana yang bisa diaplikasikan dan mana yang terlalu sulit untuk diwujudkan.
  • Pilih inovasi dan ide yang mudah serta cobalah untuk menerapkan dalam skala kecil. Sehingga dari sini bisa dilakukan penilaian apakah ide yang didapatkan bisa terwujud lebih lanjut.
  • Jika berhasil maka terus lakukan dan jangan berhenti. Wujudkan dalam skala yang jauh lebih besar. Sehingga secara tidak langsung inovasi dan ide yang semula kecil ini bisa menjadi maksimal.

Tips Meningkatkan Critical Thinking

Sebagian besar orang telah salah menilai arti kata ‘pintar’ itu sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa anak yang mampu menyerap informasi dan mengingatnya dengan cepat merupakan seorang anak yang pandai. Hm, benarkah demikian?

Well, hal ini mungkin bukan sesuatu yang sepenuhnya salah. Beberapa orang menganggap bahwa kemampuan seseorang dalam mengingat pelajaran atau suatu pengetahuan baru adalah tanda bahwa orang tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi atau kecakapan intelektual yang memadai.

Namun, dalam hal critical thinking, hal tersebut bukanlah suatu kebenaran yang mutlak. Professor – professor besar di sleuruh dunia lebih mengajarkan seseorang untuk ‘bisa’ daripada hanya sekedar tahu.

Pemikiran Kritis

Kemampuan mengingat tidak selamanya akan berjalan sempurna. Akan datang masa dimana kemampuan tersebut perlahan berkurang hingga terdistorsi atau bahkan menghilang sepenuhnya.

Alih – alih mengingat sesuatu, dosen atau guru lebih mengedepankan seorang siswa untuk bisa menyelesaikan suatu persoalan dengan baik. Tidak perlu menghapal karna diperbolehkan membuka buku. Hal ini bertujuan untuk menilai kemampuan berpikir seorang siswa, bukan kemampuan mengingatnya.

critical thinking

Saat menjalani masa perkuliahan, akan lebih penting bagi seorang mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam mengevaluasi keadaan daripada hanya sekedar tahu bahwa disana terdapat permasalahan tanpa bisa menyelesaikannya.

Dan bagi yang telah melewati masa – masa perkuliahan, tentu akan sadar bahwa kemampuan memecahkan masalah jauh lebih dibutuhkan daripada hanya sekedar menghapal suatu rumus yang jumlahnya ribuan.

Nah, dalam ulasan kali ini, kita akan berfokus pada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan critical thinking itu sendiri.

Secara garis besar, critical thinking dapat diartikan sebagai proses memahami serta mengolah informasi melalui kerja yang sistematis untuk mendapatkan jawaban dari berbagai persoalan yang ada.

Definisi tersebut hanya mencakup sedikit dari banyaknya proses yang harus dilakukan dalam critical thinking itu sendiri. Berikut adalah urutan cara memahami suatu informasi dengan menggunakan critical thinking, antara lain adalah :

  • Menangkap Konsep informasi
  • Menganalisa informasi
  • Mensistesis informasi yang didapat
  • Mengevaluasi informasi

Informasi itu sendiri dapat diambil dari :

  • Pemecahan masalah

critical thinking

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan critical thinking, antara lain adalah :

Selalu Mencari Dasar Suatu Pertanyaan

Salah satu quotes yang paling terkenal dari Stephen J. Dubner adalah “Dunia berjalan dengan rumit, namun apakah semua permasalahan membutuhkan jawaban yang rumit?”

Pernahkah anda tersesat dalam mengerjakan suatu soal? Well, bayangkan saja ketika mengerjakan sebuah soal matematika yang tampak rumit luar biasa. Anda bahkan melakukan berbagai cara untuk menyelesaikannya namun belum berhasiil hingga bahkan melupakan inti pertanyaan itu sendiri.

Untuk menghindari ‘tersesat’ dalam pertanyaan, anda bisa kembali pada basic pertanyaan itu sendiri. Kenali sebenarnya apa yang diinginkan oleh persoalan tersebut kemudian menurunkannya dengan mencari variable yang tidak diketahui satu per satu.

Berikut ini adalah beberapa guidelines, atau pedoman yang bisa diambil dalam menemukan kunci dasar suatu permasalahan, antara lain adalah :

  • Apa yang telah anda ketahui
  • Darimana anda mengetahui variable tersebut
  • Apa yang sebenarnya ingin dibuktikan
  • Apa yang harus anda cari

Beberapa pertanyaan terkadang bisa menjebak. Dimana jawaban yang diinginkan tidaklah sesulit yang anda bayangkan. Selalu cari jawaban paling sederhana dari pertanyaan yang ada.

critical thinking

Pertanyakan Asumsi Dasar

Tahukah anda bahwa penemu – penemu besar di dunia melakukan penelitian dengan satu pertanyaan dasar. Mereka mempertanyakan apakah asumsi yang dipakai semua orang serupakan sebuah asumsi yang pasti benar.

Mempertanyakan sebuah asumsi memang terkadang memusingkan, namun hal ini bisa dilakukan dengan sangat mudah melalui metode mempertanyakan kembali asumsi awal yang digunakan. Apakah asumsi tersebut benar atau salah. Atau Apakah keyakinan anda mengenai mana yang salah dan benar adalah sebuah keputusan mutlak yang tidak bisa diganggu gugat oleh prinsip apapun.

  • Memproses Informasi dengan Benar

Otak manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memecahkan masalah. Meski terkadang hal inilah yang membuat seseorang kesulitan untuk menggunakan critical thinking secara tidak sadar.

Otak kita telah deprogram oleh sistem yang sebelumnya dianut oleh individu tersebut. Mempelajari hal yang baru yang bahkan mempertanyakan asumsi awal atau merombak dasar pemikiran akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Heuristic merupakan bagian dari otak yang berfungsi sebagai mental shortcut atau bagian otak yang mengolah segala informasi yang sedang terjadi di sekitar anda. Hal ini merupakan suatu hal yang otomatis akan terjadi dan reflek dilakukan.

Contohnya adalah ketika kita sedang melawan hewan buas atau sebagainya, secara otomatis otak kita akan memberikan impuls untuk menangani masalah tersebut. Entah dengan menggunakan senjata atau cara lainnya agar selamat.

Nah, hal inilah yang terkadang menjadi situasi yang menyulitkan dalam critical thinking. Otak yang telah terprogram dengan sistem sebelumnya akan cenderung bias terhadap suatu permasalahan. Contohnya adalah ketika anda menyukai apel, maka secara otomatis apel akan Nampak jauh lebih enak daripada nanas tanpa mempertanyakan lebih lanjut mengapa apel bisa jauh lebih baik daripada nanas itu sendiri.

critical thinking

Melihat Dari Sudut Pandang yang Baru

Satu hal yang bisa dilakukan ketika ‘macet’ dalam menyelesaikan suatu masalah adalah dengan melihat dari sudut pandang yang baru. Misalkan, dalam suatu persamaan linier diketahui bahwa nilai x mempengaruhi y, namun bagaimana jika y ternyata juga mempengaruhi nilai x?

Contoh lain yang bisa diambil adalah mempertanyakan mana yang lebih dulu keluar, ayam atau telur? Secara gamblang banyak orang akan mengatakan bahwa ayamlah yang harus keluar terlebih dahulu agar telur dapat terjadi. Tapi kemudian, secara tidak sadar anda akan mulai berpikir bahwa ayampun pastilah harus mulai dari sesuatu bukan?

Tidak mungkin ayam akan langsung keluar menjadi ayam. Jadi, bukankah seharusnya telur keluar terlebih dahulu dari ayam? Pertanyaan ini tidak akan ada habisnya karna selalu berulang secara terus – menerus.

Meski terkadang metode membalik pertanyaan tidak selamanya benar, namun bisa jadi hal ini dapat membantu anda dalam menemukan penyelesaian melalui jalan yang berbeda.

Evaluasi Bukti yang Sudah Ada

Dalam menyelesaikan suatu masalah, tidak ada salahnya untuk belajar dari orang lain. Mengadopsi cara menyelesaikan suatu permasalahan bukan hal yang salah apalagi terlarang. Tidak ada alasan yang menguntungkan untuk mengerjakan semuanya sendiri apabila orang lain telah memberikan dasar pengerjaan yang benar dan berhasil.

Yang perlu anda lakukan hanyalah mengevaluasi kembali bukti atau cara yang sudah ada serta menyesuaikannya dengan persoalan yang anda miliki. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang bisa anda lakukan dalam berpikir kritis untuk menggunakan bukti yang sudah ada. Siapa yang mengumpulkan bukti tersebut dan bagaimana cara bukti tersebut dikumpulkan.

Critical thinking atau berpikir secara kritis terutama dalam hal pengembangan bisnis adalah sesuatu yang sebaiknya dicoba untuk dilakukan. Terutama bagi pebisnis pemula, sangat penting berpikir di luar kebiasaan untuk menemukan banyak hal yang baru. Sehingga bisnis dapat berjalan lebih optimal. Sama halnya di dalam perusahaan, perlu pengaturan yang tepat dan sesuai dalam berbagai macam hal. Misalnya saja dalam penggajian atau payroll karyawan. Sebaiknya gunakan produk yang tepat untuk memastikan sistem payroll yang tersistem dan terpadu dengan tepat. Misalnya melalui penggunaan JojoPayroll .

Dengan JojoPayroll , maka bisa diperoleh aneka ragam manfaat menarik, mulai dari cetak slip gaji otomatis. Kemudian keuntungan dalam hal pemotongan pajak serta BPJS yang sesuai secara otomatis. Tidak perlu melakukan secara manual, menghemat waktu yang diperlukan serta jauh lebih efektif untuk dilakukan.

critical thinking

Tentu saja semua ini dapat terlaksana berkat berbagai macam fitur menarik yang terdapat di dalam JojoPayroll . Mulai dari fitur Adjustable Payday & Working Period, Adjustable Tax Configuration, Automatic Prorate for New Joiners, Customized Allowance Component, Allowance by Organization Chart, Customized Deduction Component , hingga berbagai macam fitur menarik lainnya. Oleh sebab itu tidak perlu ragu lagi, segera saja gunakan JojoPayroll .

Yuk pakai aplikasi payroll dari Jojonomic sekarang. Dapatkan gratis demo 14 hari!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Related Articles

Juli 21, 2021

Kompensasi Gaji Karyawan Terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)

Aplikasi payroll terbaik di indonesia yang mudah digunakan perusahaan.

Juli 20, 2021

Aplikasi Hitung Gaji Dan Bonus Karyawan Terbaik di Indonesia

Privacy overview.

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. These cookies ensure basic functionalities and security features of the website, anonymously.

Functional cookies help to perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collect feedbacks, and other third-party features.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

Advertisement cookies are used to provide visitors with relevant ads and marketing campaigns. These cookies track visitors across websites and collect information to provide customized ads.

Other uncategorized cookies are those that are being analyzed and have not been classified into a category as yet.

facebook_pixel

LinovHR Logo

  • Pengembangan SDM
  • Berita Terkini

></center></p><ul><li>People Dev , Performance</li></ul><h2>Ini Dia 4 Contoh Critical Thinking dan Cara Mengembangkannya!</h2><ul><li>Admin LinovHR</li></ul><p>Bagikan Artikel Ini :</p><p><center><img style=

Pernahkah muncul sebuah pertanyaan dalam benak Anda, kenapa Anda harus berpikir kritis? Kenapa Anda harus berpikir keras dalam menghadapi sebuah masalah dan mencari solusinya?

Apa akibatnya jika Anda hanya berpikir dangkal saja dan tidak mau berpikir lebih dalam? Beberapa pertanyaan tersebut mengacu pada sebuah pengertian, critical thinking.

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya Anda mengetahui bahwa sebuah pemikiran dibentuk dari gagasan dan proses mental.

Semakin keras Anda berpikir, semakin kritis Anda, maka otak Anda akan semakin terasah dan tajam. Berpikir merupakan proses kerja otak Anda dalam melakukan analisa dan pengumpulan terhadap informasi-informasi yang dibutuhkan dalam setiap pengambilan keputusan, pembuatan sebuah konsep, penalaran, serta pemecahan sebuah masalah.

Uniknya, cara berpikir satu orang dengan orang lain tidak ada yang persis sama. Inilah yang kemudian lebih dikenal dengan beda persepsi atau beda sudut pandang.

Jika Anda ingin memiliki critical thinking, ada baiknya Anda berlatih setiap hari. Biasakan dengan mengingat atau memecahkan setiap masalah secara rutin setiap harinya.

Jadi, apa itu critical thinking? Mengapa hal ini sangat penting untuk dimiliki? Untuk mengetahui jawabannya, mari simak pembahasan ini hingga selesai.

  • Cara Membentuk

Pengertian Critical Thinking

Critical thinking adalah kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya. Critical thinking mencakup kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri.

Seseorang dengan keterampilan critical thinking dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Memahami hubungan logika antara gagasan
  • Mengidentifikasi, membangun, dan mengevaluasi argumen
  • Mendeteksi ketidakkonsistenan dan kesalahan umum dalam bernalar
  • Menyelesaikan masalah secara sistematis
  • Mengidentifikasi relevansi dan pentingnya gagasan
  • Merenungkan sebuah pembenaran keyakinan dan nilai-nilai dalm diri seseorang.

Critical thinking bukanlah masalah mengumpulkan informasi. Seseorang dengan ingatan yang baik dan mengetahui banyak fakta, belum tentu memiliki critical thinking. Lebih jauh, seorang critical thinking mampu menyimpulkan sebuah konsekuensi dari apa yang dia ketahui.

Dia juga tahu bagaimana cara memanfaatkan informasi yang telah didapatkannya untuk menyelesaikan masalah, mencari sumber informasi yang relevan untuk disampaikan pada dirinya-sendiri.

Critical Thinking vs Analytical Thinking

Critical Thinking

Meskipun terkadang sering dianggap satu hal yang sama, ternyata critical thinking dan analytical thinking memiliki beberapa perbedaan.

Berikut ini adalah ulasan mengenai perbedaan dari keduanya.

Penggunaan Fakta

Kedua gaya berpikir ini memeriksa fakta untuk membantu mengevaluasi informasi tetapi dengan cara yang berbeda.

Mereka yang menerapkan analytical thinking pada suatu situasi menggunakan fakta untuk mendukung bukti.

Namun, mereka yang menerapkan critical thinking mengandalkan fakta untuk membantu mereka membentuk opini dan menentukan apakah sebuah ide masuk akal.

Analytical thinking sangat membantu untuk menemukan solusi untuk masalah yang kompleks dan menganalisis situasi. Seseorang dapat menggunakan keterampilan ini untuk melakukan brainstorming ide-ide baru.

Hal ini juga membantu untuk mengumpulkan dan menafsirkan data untuk pemahaman lebih lanjut. Dalam situasi di mana seseorang mencoba mengembangkan keyakinan dan persepsi tentang sebuah ide.

Critical thinking cenderung lebih efektif. Jenis pemikiran ini membantu individu mempertahankan argumen yang mendukung sudut pandang tertentu. Anda dapat menggunakannya untuk memahami apa yang memotivasi mereka dan menentukan tujuan mereka.

Proses Berpikir

Perbedaan lain antara  critical thinking dan analytical thinking adalah arah yang digunakan individu untuk berpikir tentang sebuah informasi. analytical thinking lebih linier dan terfokus, sedangkan critical thinking lebih melingkar.

Seseorang yang menggunakan analytical thinking, cenderung berpindah dari satu pemikiran ke formasi lurus berikutnya. Mereka yang  menggunakan critical thinking biasanya bergerak terus-menerus di sekitar ide sampai mereka mencapai kesimpulan.

Baca Juga: Awas Hindari Overthinking dengan Hal ini

Manfaat Critical Thinking dalam Karir

Anda tidak bisa menyalah artikan critical thinking sebagai pemikiran yang argumentatif atau kritis terhadap orang lain. Karena pada dasarnya, critical thinking memiliki banyak manfaat bagi diri Anda dan orang lain di sekitar Anda.

Mulai dari mengungkap kekeliruan dan penalaran yang buruk, memainkan peranan penting dalam penalaran kooperatif dan tugas-tugas yang bersifat konstruktif, membantu memperoleh pengetahuan, meningkatkan teori, hingga memperkuat sebuah argumen.

Critical thinking juga dapat meningkatkan proses kerja dan meningkatkan intuisi sosial. Berikut adalah ulasan lengkap tentang manfaat critical thinking dalam karir yang sekarang Anda miliki:

1. Pemikiran Kritis adalah Aset yang Tidak Akan Pernah Habis

Kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional sangat penting untuk dimiliki, terlepas dari apapun profesi pekerjaan Anda saat ini. Jika Anda bekerja di bidang penelitian, pendidikan, hukum, manajemen, atau keuangan, maka critical thinking jelas sangat penting.

Akan tetapi, Anda juga perlu tahu bahwa critical thinking tidak terbatas pada bidang subjek tertentu saja. Mampu berpikir dengan baik dan memiliki critical thinking adalah aset untuk karir apapun yang Anda miliki saat ini.

2. Pemikiran Kritis Mempercepat Proses Penyesuaian Diri Seorang Karyawan Terhadap Perubahan di Lingkungan Kerjanya

Pengetahuan ekonomi secara global didorong oleh informasi dan teknologi. Seorang karyawan dituntut untuk mampu menghadapi perubahan ekonomi dan teknologi yang terjadi secara cepat dan efektif. 

Dengan critical thinking yang dimiliki oleh seorang karyawan, ia akan mampu menganalisis informasi, mengintegrasikan pengetahuan yang beragam dalam memecahkan sebuah masalah.

3. Pemikiran Kritis dapat Meningkatkan Kreativitas

Untuk menghasilkan solusi kreatif dari sebuah masalah yang terjadi di tempat kerja, tidak hanya dibutuhkan ide-ide baru. Namun, Anda juga harus memperhatikan detailnya, apakah ide-ide yang dihasilkan tersebut berguna dan relevan terhadap tugas yang ada.

Critical thinking memainkan sebuah peranan penting dalam mengevaluasi ide-ide baru, memilih yang terbaik, kemudian mengubahnya jika memang diperlukan.

4. Orang yang Berpikir Kritis dapat Menjadi Rekan Kerja yang Baik

Ketika Anda berpikiran terbuka, tidak kaku, dan mau menerima pendapat orang lain, tentu Anda akan lebih mudah dihormati oleh rekan kerja Anda. Biasanya, di lingkungan kerja, saat Anda mau menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka, Anda pasti dianggap sebagai rekan kerja yang baik. 

Lebih jauh, jika hubungan Anda terjalin baik dengan sesama rekan kerja, secara otomatis, lingkungan kerja Anda juga akan membaik dengan sendirinya sehingga tercipta sebuah lingkungan kerja yang kondusif, dengan hasil kerja yang lebih produktif tentunya.

5. Tidak Mudah Tertipu

Critical thinking membuat pemiliknya berpikir secara logis, rasional, dan beralasan. Setiap fakta yang Anda ambil adalah berdasarkan sebuah analisa yang mendalam terhadap fakta yang ada. Inilah yang menyebabkan pemilik critical thinking tidak mudah untuk tertipu ataupun ditipu oleh orang lain. 

Sebaliknya, critical thinking membuat Anda lebih selektif dalam mengolah sebuah informasi yang ada. Anda tidak akan dengan mudah mempercayai secara langsung begitu saja tanpa analisa yang logis, bernalar, dan rasional.

Baca Juga: Jika Karir Anda Stagnan, Apa yang Harus Dilakukan?

Cara Membentuk Critical Thinking

Lalu, bagaimana cara tepat untuk membentuk critical thinking? Berikut beberapa tahapan yang perlu Anda lakukan:

1. Kenali Masalah yang Ada

Tahap pertama yang perlu Anda lakukan untuk dapat berpikir kritis adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada. Biasanya, masalah muncul karena beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, baik itu faktor psikologis, teman keluarga, maupun faktor lingkungan yang mempengaruhinya. 

Untuk bisa mengidentifikasi sebuah masalah, berarti Anda dituntut untuk memahami diri Anda, apa yang menjadi penyebab masalah itu muncul, apa saja dampak yang muncul dari masalah tersebut terhadap Anda dan orang lain di sekitar Anda, dan apa posisi Anda dalam masalah tersebut.

Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Problem solving Dengan 8 Cara Ini

2. Tentukan Skala Prioritasnya

Tahapan selanjutnya adalah menentukan skala prioritas. Setiap orang pasti punya masalah dalam hidupnya. Namun, jika ANda ingin membentuk critical thinking, Anda harus menentukan skala prioritas dari masalah-masalah yang sedang Anda hadapi saat ini. 

Mana masalah yang paling mendesak, mana yang masih bisa dipending, dan mana yang bisa diselesaikan terakhir.

Sebagai contoh, beberapa masalah yang mungkin Anda hadapi adalah menyelesaikan studi S2 dalam waktu 1 tahun lagi, memiliki rumah dalam waktu 2 tahun ke depan, rencana investasi yang harus terealisasi di tahun ini, dan masih banyak lagi. Dengan menentukan skala prioritas secara jelas, Anda akan lebih mudah menentukan mana target-target yang harus Anda capai lebih dulu.

3. Kumpulkan Informasi

Setelah menentukan skala prioritas dengan jelas. Kini saatnya Anda mengumpulkan informasi dan menganalisanya. Jangan pernah membatasi pengetahuan Anda. Bila perlu, gali informasi dan perkaya pengetahuan Anda di bidang yang sedang Anda ingin prioritaskan saat ini.

Anda dapat menggali informasi dari beberapa sumber. Mulai dari buku-buku, jurnal, internet, studi lapangan, pengalaman dari expert, dan masih banyak lagi.

Semakin banyak informasi yang Anda miliki, akan semakin banyak pengetahuan yang Anda punya sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena kemampuan analisa Anda pun berkembang sejalan dengan pengetahuan yang Anda miliki.

4. Kenali Persepsi yang Muncul

Dalam sebuah kondisi, terkadang ada banyak pendapat yang muncul dari orang-orang yang berbeda. Sebaiknya, Anda jangan langsung percaya dan menerima informasi itu tanpa menganalisanya terlebih dahulu.

Anda juga perlu memperkaya dan mengupgrade pengetahuan yang Anda miliki agar Anda tidak salah dalam menerima persepsi orang lain. Kenali persepsi yang muncul di depan Anda, berikan sedikit perasaan curiga dan tidak percaya agar Anda bisa menganalisanya lebih dalam.

5. Analisa Setiap Data

Biasakan untuk menganalisa setiap data yang Anda peroleh. Perhatikan dan temukan informasi-informasi lain yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan yang menunjang data yang Anda peroleh tadi. 

Misalnya, saat seseorang membicarakan tentang tingkat kemiskinan dan kesejahteraan di Indonesia, maka seharusnya data ini ditunjang dengan informasi data-data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk memperoleh data yang valid, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Proses Pengambilan Keputusan

Setelah Anda mengidentifikasi masalah, menentukan skala prioritasnya, mengumpulkan data-data informasi, mengenali setiap persepsi yang muncul dari orang-orang yang berbeda, kemudian menganalisanya, tahapan terakhir yang perlu Anda lakukan adalah proses pengambilan keputusan.

Keputusan yang baik harus selalu dibuat dari kelima tahapan sebelumnya. Dan yang perlu Anda ingat adalah, ketika Anda memiliki critical thinking, Anda dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi kemudian mencari jalan keluar terbaik dari masalah mereka.

Aspek Pada Critical Thinking

Pemikiran kritis sendiri bisa dilihat melalui berbagai macam aspek yang ada. Berikut beberapa aspek tersebut:

  • Relevance: berkaitan dengan nyambung atau tidaknya pendapat yang dikemukakan
  • Importance: berkaitan dengan penting atau tidaknya ide atau gagasan yang diberikan
  • Novelty: berkaitan dengan kebaharuan isi pikiran, baik saat memberikan informasi maupun ketika menerimanya
  • Outside Material: berkaitan dengan sumber pemikiran yang dimiliki, apakah berasal dari pengalaman sendiri atau tidak
  • Ambiguity Clarified: menjelaskan informasi lebih lanjut, jika terjadi sebuah ambiguitas atau ketidakjelasan

Baca Juga: Pentingnya Penalaran Deduktif dalam Penyelesaian Masalah di Dunia Kerja

Contoh Critical Thinking

Untuk memahami lebih dalam mengenai critical thinking, berikut ini adalah contoh umum dari pemikiran kritis itu sendiri, diantaranya:

1. Mengamati Masalah

Berpikir kritis memiliki manfaat utama yakni memudahkan Anda untuk mengobservasi atau mengamati suatu masalah yang terjadi. Umumnya, kemampuan berpikir kritis yang tinggi, dapat membuat seseorang selalu rasional dan logis, serta memiliki alasan yang jelas atas segala tindakannya.

2. Memiliki Kemampuan Analisis yang Tinggi

Orang-orang yang berpikir kritis, secara tidak langsung memiliki kemampuan analisis yang tinggi. Kemampuan analisis dibutuhkan untuk membantu dalam menemukan ide-ide baru maupun dalam melakukan evaluasi.

Hal ini tentu sangat penting dan bermanfaat, terutama ketika Anda sedang dihadapkan pada situasi atau kondisi dimana harus mengambil keputusan secara cepat.

3. Responsif

Contoh critical thinking yang terakhir yaitu responsif atau cepat tanggap. Umumnya, orang-orang yang berpikir kritis memiliki tingkat responsif yang tinggi. Kemampuan ini sangat diperlukan, terutama pada era seperti sekarang ini, dimana setiap karyawan dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja secara cepat.

Selain contoh di atas, berikut ini ada contoh kasus mengenai critical thinking yang bisa Anda simak dan pahami.

Bayangkan bos Anda membuat target baru untuk organisasi atau perusahaan. Sekarang adalah tanggung jawab Anda untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis dan mengevaluasi kontribusi Anda untuk mencapai target. Mengetahui betapa pentingnya kontribusi Anda, maka Anda berusaha untuk membantu kelancaran dan juga pencapaian target untuk perusahaan dengan mencari cara untuk meningkatkan kinerja Anda. Hal yang dapat Anda lakukan untuk berusaha mencapai target bos Anda adalah dengan mempelajari beberapa contoh keterampilan yang dapat membantu Anda menganalisis situasi Anda dengan lebih baik. Dengan melakukan hal tersebut, pastinya akan terlihat dan juga berdampak besar apabila Anda lakukan dengan sungguh-sungguh. Ini adalah salah satu contoh pemikir kritis paling umum yang dapat Anda temukan dan ikuti di setiap organisasi.

Pemilik critical thinking terbiasa dengan pemikiran yang mendalam dan kritis terhadap segala sesuatu, inovatif, penuh ide, informatif, dan peka terhadap segala peluang yang ada. Itu sebabnya, jika Anda memilikinya, Anda akan mampu mengambil keputusan terbaik dalam hidup Anda, yang berdampak positif bagi diri Anda sendiri dan orang lain.

Yuk, berlatih critical thinking sekarang juga!

Tentang Penulis

Picture of Admin LinovHR

Akun Admin dikelola oleh tim digital sebagai representasi LinovHR dalam menyajikan artikel berkualitas terkait human resource maupun dunia kerja.

Related Articles

  • Performance , Tips & Trick

Core Value: Definisi dan Cara Mengintegrasikannya dalam Kinerja Harian

  • Benedictus Adithia
  • Performance

Contoh Workload Analysis Template dan Cara Membuatnya

  • HR Tips , Performance , Succession , Trend on Jobs

Performance Management adalah Sebuah Perspektif Baru Bisnis Anda

critical thinking adalah

Artikel Terbaru

Tantangan dan Solusi Manajemen SDM di Agensi

Tantangan dan Solusi Manajemen SDM di Agensi, Yuk Simak!

  • Nadhifa Arnesya
  • 29 Apr 2024

Apa Itu Time to Fill dalam Metrik Rekrutmen?

  • Recruitment

Apa Itu Time to Fill dalam Metrik Rekrutmen?

  • Putri Prima Soraya

Ketentuan Pesangon PHK: Cara Menghitung dan Besarannya

  • Compensation dan Benefit , Regulasi

Ketentuan Pesangon PHK: Kriteria, Aturan, dan Cara Hitung

  • 26 Apr 2024

LinovHR-logo footer

Pakuwon Tower, Jl. Casablanca No.Kav 88, RT.6/RW.14, Kb. Baru, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12870

Tersedia di

App Store

Terdaftar di

critical thinking adalah

  • Aplikasi Database karyawan
  • Software Absensi
  • Aplikasi Payroll
  • Reimbursement
  • Competency Management
  • Performance Management
  • Career Path
  • Succession Management
  • Learning Management System
  • Mobile Attendance

Solusi Industri

  • Hospitality dan F&B
  • Jasa Profesional
  • Real Sector
  • Success Story
  • HR Letter Template
  • Tentang LinovHR
  • Mengapa LinovHR
  • Linov Community

critical thinking adalah

  • Organization Management
  • Personnel Administration
  • Successtion Managament

Bayar 9 Bulan + Gratis 3 Bulan

Mulai digitalisasi HRM dengan software HRIS paling andal

Telusuri informasi dan solusi HR di sini!

Subscribe newsletter LinovHR sekarang, ikuti perkembangan tren HR dan dunia kerja terkini agar jadi yang terdepan di industri

Pengertian Cara Berpikir Kritis dan Metode Menanamkannya pada Anak

Berikut ini adalah pengertian cara berpikir kritis dan cara atau metode menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

  • Focus : Mengidentifikasi masalah dengan baik.
  • Reason : Alasan-alasan yang diberikan bersifat logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang telah ditentukan dalam permasalahan.
  • Inference : Jika alasan yang dikembangkan adalah tepat, maka alasan ini harus cukup sampai pada kesimpulan yang sebenarnya.
  • Situation : Membandingkan dengan situasi yang sebenarnya.
  • Clarity : Harus ada kejelasan istilah maupun penjelasan yang digunakan pada argument sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil kesimpulan.
  • Overview : pengecekan terhadap sesuatu yang telah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.

Metode Menanamkan Berpikir Kritis Sejak Dini pada Anak

Menumbuhkkan kemampuan berpikir kritis pada anak usia Sekolah Dasar (SD) dan remaja memang membutuhkan cara yang tepat supaya orang tua atau guru mampu mengajarkannya kepada anak.

Melansir dari laman Jelita Kemdikbud , berikut merupakan cara atau metode menumbuhkan kemampuan berpikir kritis:

1. Pahami bahwa Tiap Anak Bisa Berpikir Kritis

Tanamkan kepada diri sendiri, khususnya bagi orang tua dan guru, bahwa tiap anak memiliki kesempatan untuk mengatakan pada dirinya ‘dia mampu’ atau ‘dia bisa’.

Selain itu, yakni bahwa tiap kemampuan itu membutuhkan proses. Lebih tepatnya, proses untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu.

Sebab, memasukkan pikiran ‘aku mampu’ kepada anak khususnya usia SD dan remaja memang bukan hal yang mudah karena latar belakang mereka yang beragam.

Oleh karena itu, guru harus peka dan jeli terhadap hal itu dan tidak bisa menymaratakan kemampuan semua anak.

2. Tanamkan Rasa Percaya Diri pada Anak

Tumbuhkan rasa percaya diri anak melalui kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk selalu berpikir kreatif dan kritis.

Kuncinya, guru harus menghargai setiap keunikan anak dan mampu memaksimalkan kemampuan anak melalui keunikannya (potensinya) masing-masing.

Hal ini pun berlaku sama bagi orang tua. Tak semua hal yang dapat dilakukan oleh orang tua juga harus dapat dilkukan oleh anak-anaknya. Sebab, perbedaan zaman menguatkan dan sangat memengaruhi hal ini.

Dengan memahami perbedaan, termasuk perbedaan antara minat dan kemampuan antara orang tua dan anak-anaknya merupakan sebuah kebijaksanaan.

3. Beri Fasilitas Anak untuk Berpikir Kritis

Memberi fasilitas anak dengan berbagai media yang dapat merangsang kemampuan berpikir kritisnya.

Hal ini bisa dilakukan oleh guru dengan memberikan soal-soal cerita ke muridnya, disertai berbagai informasi lengkap di dalamnya sebagai jawaban-jawaban yang menuntut murid untuk mencari dengan sabar, berulang, dan jeli.

Poin utama pada cara ini ialah membekali anak-anak dengan kemampuan literasi yang baik atau membiasakan anak untuk mandiri sejak dini dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada disekitarnya.

4. Beri Pertanyaan yang Kritis pada Anak

Usahakan untuk kerap bertanya ke anak dengan pertanyaan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’. Melalui pertanyaan ‘mengapa’ itu akan menuntut mereka untuk memiliki banyak referensi atau bacaan.

Sementara itu, pertanyaan ‘bagaimana’ menuntut mereka untuk menelusuri berbagai kejadian sebelumnya yang bisa memengaruhi adanya kejadian-kejadian yang dihadapi saat ini.

Kedua pertanyaan tersebut membuat anak untuk berusaha mengontruksi pengetahuan-pengetahuan yang didapat dan peristiwa-peristiwa yang sedang dialaminya.

Hal ini berguna bagi anak dalam merumuskan solusi untuk menghadapi permasalahan yang akan didapatkannya di kemudian hari.

  • Bagaimana Cara Berpikir Kronologis dalam Sejarah dan Contohnya
  • Apa Itu Hari Berpikir Sedunia, Kapan, & Sejarah Kenapa Diperingati?
  • Pengertian Cara Berpikir Kausalitas dalam Sejarah dan Jenisnya

Artikel Terkait

Urgensi berpikir kritis untuk masa depan pelajar indonesia, hasil final critical thinking championship 2022: ini para juaranya, ada workshop critical thinking gratis 31 juli 2022, ayo daftar, apa itu critical thinking dan mengapa penting bagi orang indonesia, penonaktifan nik jakarta buat masalah dan meresahkan masyarakat, respons dhl soal kemasan mainan milik medy rusak, ukt selangit perguruan tinggi bentuk pembangkangan konstitusi, kenaikan harga pangan dievaluasi, bukan dimaklumi, pak zulhas, politik tanpa oposisi cuma menghitung mundur kejatuhan demokrasi, utak-atik posisi menteri kabinet prabowo usai nasdem gabung kim, tuai banyak keluhan, prastowo: bea cukai bukan keranjang sampah, kasus sultan terjerat kabel, kominfo tak bisa tindak operator, caleg pkb asal madura berselisih memperebutkan suara di mk, ppp minta doa pkb agar gugatan sengketa pileg dikabulkan mk, brigadir ra sempat antar pemilik rumah sebelum bunuh diri, dukung talenta anak negeri, jne gelar content competition 2024, polisi: lihat rekaman cctv, keluarga brigadir ra menolak autopsi, polisi pastikan brigadir ra tewas bunuh diri, kasus ditutup, ppp sebut suaranya di 4 dapil jatim dipindahkan ke partai garuda, irman gusman minta pemungutan suara ulang level dpd di sumbar, bea cukai membantah disebut baru bertindak setelah viral, ppp ingin revisi permohonan, mk: tak adil buat termohon, live streaming timnas u23 vs uzbekistan afc 2024 & jam tayang tv, kapan final afc u23 2024 & perebutan juara 3: tayang di mana, info lokasi nobar indonesia vs uzbekistan di bekasi & tangerang, format thomas & uber cup 2024, sistem poin, syarat lolos 8 besar.

SEP home page

  • Table of Contents
  • Random Entry
  • Chronological
  • Editorial Information
  • About the SEP
  • Editorial Board
  • How to Cite the SEP
  • Special Characters
  • Advanced Tools
  • Support the SEP
  • PDFs for SEP Friends
  • Make a Donation
  • SEPIA for Libraries
  • Entry Contents

Bibliography

Academic tools.

  • Friends PDF Preview
  • Author and Citation Info
  • Back to Top

Critical Thinking

Critical thinking is a widely accepted educational goal. Its definition is contested, but the competing definitions can be understood as differing conceptions of the same basic concept: careful thinking directed to a goal. Conceptions differ with respect to the scope of such thinking, the type of goal, the criteria and norms for thinking carefully, and the thinking components on which they focus. Its adoption as an educational goal has been recommended on the basis of respect for students’ autonomy and preparing students for success in life and for democratic citizenship. “Critical thinkers” have the dispositions and abilities that lead them to think critically when appropriate. The abilities can be identified directly; the dispositions indirectly, by considering what factors contribute to or impede exercise of the abilities. Standardized tests have been developed to assess the degree to which a person possesses such dispositions and abilities. Educational intervention has been shown experimentally to improve them, particularly when it includes dialogue, anchored instruction, and mentoring. Controversies have arisen over the generalizability of critical thinking across domains, over alleged bias in critical thinking theories and instruction, and over the relationship of critical thinking to other types of thinking.

2.1 Dewey’s Three Main Examples

2.2 dewey’s other examples, 2.3 further examples, 2.4 non-examples, 3. the definition of critical thinking, 4. its value, 5. the process of thinking critically, 6. components of the process, 7. contributory dispositions and abilities, 8.1 initiating dispositions, 8.2 internal dispositions, 9. critical thinking abilities, 10. required knowledge, 11. educational methods, 12.1 the generalizability of critical thinking, 12.2 bias in critical thinking theory and pedagogy, 12.3 relationship of critical thinking to other types of thinking, other internet resources, related entries.

Use of the term ‘critical thinking’ to describe an educational goal goes back to the American philosopher John Dewey (1910), who more commonly called it ‘reflective thinking’. He defined it as

active, persistent and careful consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support it, and the further conclusions to which it tends. (Dewey 1910: 6; 1933: 9)

and identified a habit of such consideration with a scientific attitude of mind. His lengthy quotations of Francis Bacon, John Locke, and John Stuart Mill indicate that he was not the first person to propose development of a scientific attitude of mind as an educational goal.

In the 1930s, many of the schools that participated in the Eight-Year Study of the Progressive Education Association (Aikin 1942) adopted critical thinking as an educational goal, for whose achievement the study’s Evaluation Staff developed tests (Smith, Tyler, & Evaluation Staff 1942). Glaser (1941) showed experimentally that it was possible to improve the critical thinking of high school students. Bloom’s influential taxonomy of cognitive educational objectives (Bloom et al. 1956) incorporated critical thinking abilities. Ennis (1962) proposed 12 aspects of critical thinking as a basis for research on the teaching and evaluation of critical thinking ability.

Since 1980, an annual international conference in California on critical thinking and educational reform has attracted tens of thousands of educators from all levels of education and from many parts of the world. Also since 1980, the state university system in California has required all undergraduate students to take a critical thinking course. Since 1983, the Association for Informal Logic and Critical Thinking has sponsored sessions in conjunction with the divisional meetings of the American Philosophical Association (APA). In 1987, the APA’s Committee on Pre-College Philosophy commissioned a consensus statement on critical thinking for purposes of educational assessment and instruction (Facione 1990a). Researchers have developed standardized tests of critical thinking abilities and dispositions; for details, see the Supplement on Assessment . Educational jurisdictions around the world now include critical thinking in guidelines for curriculum and assessment.

For details on this history, see the Supplement on History .

2. Examples and Non-Examples

Before considering the definition of critical thinking, it will be helpful to have in mind some examples of critical thinking, as well as some examples of kinds of thinking that would apparently not count as critical thinking.

Dewey (1910: 68–71; 1933: 91–94) takes as paradigms of reflective thinking three class papers of students in which they describe their thinking. The examples range from the everyday to the scientific.

Transit : “The other day, when I was down town on 16th Street, a clock caught my eye. I saw that the hands pointed to 12:20. This suggested that I had an engagement at 124th Street, at one o’clock. I reasoned that as it had taken me an hour to come down on a surface car, I should probably be twenty minutes late if I returned the same way. I might save twenty minutes by a subway express. But was there a station near? If not, I might lose more than twenty minutes in looking for one. Then I thought of the elevated, and I saw there was such a line within two blocks. But where was the station? If it were several blocks above or below the street I was on, I should lose time instead of gaining it. My mind went back to the subway express as quicker than the elevated; furthermore, I remembered that it went nearer than the elevated to the part of 124th Street I wished to reach, so that time would be saved at the end of the journey. I concluded in favor of the subway, and reached my destination by one o’clock.” (Dewey 1910: 68–69; 1933: 91–92)

Ferryboat : “Projecting nearly horizontally from the upper deck of the ferryboat on which I daily cross the river is a long white pole, having a gilded ball at its tip. It suggested a flagpole when I first saw it; its color, shape, and gilded ball agreed with this idea, and these reasons seemed to justify me in this belief. But soon difficulties presented themselves. The pole was nearly horizontal, an unusual position for a flagpole; in the next place, there was no pulley, ring, or cord by which to attach a flag; finally, there were elsewhere on the boat two vertical staffs from which flags were occasionally flown. It seemed probable that the pole was not there for flag-flying.

“I then tried to imagine all possible purposes of the pole, and to consider for which of these it was best suited: (a) Possibly it was an ornament. But as all the ferryboats and even the tugboats carried poles, this hypothesis was rejected. (b) Possibly it was the terminal of a wireless telegraph. But the same considerations made this improbable. Besides, the more natural place for such a terminal would be the highest part of the boat, on top of the pilot house. (c) Its purpose might be to point out the direction in which the boat is moving.

“In support of this conclusion, I discovered that the pole was lower than the pilot house, so that the steersman could easily see it. Moreover, the tip was enough higher than the base, so that, from the pilot’s position, it must appear to project far out in front of the boat. Moreover, the pilot being near the front of the boat, he would need some such guide as to its direction. Tugboats would also need poles for such a purpose. This hypothesis was so much more probable than the others that I accepted it. I formed the conclusion that the pole was set up for the purpose of showing the pilot the direction in which the boat pointed, to enable him to steer correctly.” (Dewey 1910: 69–70; 1933: 92–93)

Bubbles : “In washing tumblers in hot soapsuds and placing them mouth downward on a plate, bubbles appeared on the outside of the mouth of the tumblers and then went inside. Why? The presence of bubbles suggests air, which I note must come from inside the tumbler. I see that the soapy water on the plate prevents escape of the air save as it may be caught in bubbles. But why should air leave the tumbler? There was no substance entering to force it out. It must have expanded. It expands by increase of heat, or by decrease of pressure, or both. Could the air have become heated after the tumbler was taken from the hot suds? Clearly not the air that was already entangled in the water. If heated air was the cause, cold air must have entered in transferring the tumblers from the suds to the plate. I test to see if this supposition is true by taking several more tumblers out. Some I shake so as to make sure of entrapping cold air in them. Some I take out holding mouth downward in order to prevent cold air from entering. Bubbles appear on the outside of every one of the former and on none of the latter. I must be right in my inference. Air from the outside must have been expanded by the heat of the tumbler, which explains the appearance of the bubbles on the outside. But why do they then go inside? Cold contracts. The tumbler cooled and also the air inside it. Tension was removed, and hence bubbles appeared inside. To be sure of this, I test by placing a cup of ice on the tumbler while the bubbles are still forming outside. They soon reverse” (Dewey 1910: 70–71; 1933: 93–94).

Dewey (1910, 1933) sprinkles his book with other examples of critical thinking. We will refer to the following.

Weather : A man on a walk notices that it has suddenly become cool, thinks that it is probably going to rain, looks up and sees a dark cloud obscuring the sun, and quickens his steps (1910: 6–10; 1933: 9–13).

Disorder : A man finds his rooms on his return to them in disorder with his belongings thrown about, thinks at first of burglary as an explanation, then thinks of mischievous children as being an alternative explanation, then looks to see whether valuables are missing, and discovers that they are (1910: 82–83; 1933: 166–168).

Typhoid : A physician diagnosing a patient whose conspicuous symptoms suggest typhoid avoids drawing a conclusion until more data are gathered by questioning the patient and by making tests (1910: 85–86; 1933: 170).

Blur : A moving blur catches our eye in the distance, we ask ourselves whether it is a cloud of whirling dust or a tree moving its branches or a man signaling to us, we think of other traits that should be found on each of those possibilities, and we look and see if those traits are found (1910: 102, 108; 1933: 121, 133).

Suction pump : In thinking about the suction pump, the scientist first notes that it will draw water only to a maximum height of 33 feet at sea level and to a lesser maximum height at higher elevations, selects for attention the differing atmospheric pressure at these elevations, sets up experiments in which the air is removed from a vessel containing water (when suction no longer works) and in which the weight of air at various levels is calculated, compares the results of reasoning about the height to which a given weight of air will allow a suction pump to raise water with the observed maximum height at different elevations, and finally assimilates the suction pump to such apparently different phenomena as the siphon and the rising of a balloon (1910: 150–153; 1933: 195–198).

Diamond : A passenger in a car driving in a diamond lane reserved for vehicles with at least one passenger notices that the diamond marks on the pavement are far apart in some places and close together in others. Why? The driver suggests that the reason may be that the diamond marks are not needed where there is a solid double line separating the diamond lane from the adjoining lane, but are needed when there is a dotted single line permitting crossing into the diamond lane. Further observation confirms that the diamonds are close together when a dotted line separates the diamond lane from its neighbour, but otherwise far apart.

Rash : A woman suddenly develops a very itchy red rash on her throat and upper chest. She recently noticed a mark on the back of her right hand, but was not sure whether the mark was a rash or a scrape. She lies down in bed and thinks about what might be causing the rash and what to do about it. About two weeks before, she began taking blood pressure medication that contained a sulfa drug, and the pharmacist had warned her, in view of a previous allergic reaction to a medication containing a sulfa drug, to be on the alert for an allergic reaction; however, she had been taking the medication for two weeks with no such effect. The day before, she began using a new cream on her neck and upper chest; against the new cream as the cause was mark on the back of her hand, which had not been exposed to the cream. She began taking probiotics about a month before. She also recently started new eye drops, but she supposed that manufacturers of eye drops would be careful not to include allergy-causing components in the medication. The rash might be a heat rash, since she recently was sweating profusely from her upper body. Since she is about to go away on a short vacation, where she would not have access to her usual physician, she decides to keep taking the probiotics and using the new eye drops but to discontinue the blood pressure medication and to switch back to the old cream for her neck and upper chest. She forms a plan to consult her regular physician on her return about the blood pressure medication.

Candidate : Although Dewey included no examples of thinking directed at appraising the arguments of others, such thinking has come to be considered a kind of critical thinking. We find an example of such thinking in the performance task on the Collegiate Learning Assessment (CLA+), which its sponsoring organization describes as

a performance-based assessment that provides a measure of an institution’s contribution to the development of critical-thinking and written communication skills of its students. (Council for Aid to Education 2017)

A sample task posted on its website requires the test-taker to write a report for public distribution evaluating a fictional candidate’s policy proposals and their supporting arguments, using supplied background documents, with a recommendation on whether to endorse the candidate.

Immediate acceptance of an idea that suggests itself as a solution to a problem (e.g., a possible explanation of an event or phenomenon, an action that seems likely to produce a desired result) is “uncritical thinking, the minimum of reflection” (Dewey 1910: 13). On-going suspension of judgment in the light of doubt about a possible solution is not critical thinking (Dewey 1910: 108). Critique driven by a dogmatically held political or religious ideology is not critical thinking; thus Paulo Freire (1968 [1970]) is using the term (e.g., at 1970: 71, 81, 100, 146) in a more politically freighted sense that includes not only reflection but also revolutionary action against oppression. Derivation of a conclusion from given data using an algorithm is not critical thinking.

What is critical thinking? There are many definitions. Ennis (2016) lists 14 philosophically oriented scholarly definitions and three dictionary definitions. Following Rawls (1971), who distinguished his conception of justice from a utilitarian conception but regarded them as rival conceptions of the same concept, Ennis maintains that the 17 definitions are different conceptions of the same concept. Rawls articulated the shared concept of justice as

a characteristic set of principles for assigning basic rights and duties and for determining… the proper distribution of the benefits and burdens of social cooperation. (Rawls 1971: 5)

Bailin et al. (1999b) claim that, if one considers what sorts of thinking an educator would take not to be critical thinking and what sorts to be critical thinking, one can conclude that educators typically understand critical thinking to have at least three features.

  • It is done for the purpose of making up one’s mind about what to believe or do.
  • The person engaging in the thinking is trying to fulfill standards of adequacy and accuracy appropriate to the thinking.
  • The thinking fulfills the relevant standards to some threshold level.

One could sum up the core concept that involves these three features by saying that critical thinking is careful goal-directed thinking. This core concept seems to apply to all the examples of critical thinking described in the previous section. As for the non-examples, their exclusion depends on construing careful thinking as excluding jumping immediately to conclusions, suspending judgment no matter how strong the evidence, reasoning from an unquestioned ideological or religious perspective, and routinely using an algorithm to answer a question.

If the core of critical thinking is careful goal-directed thinking, conceptions of it can vary according to its presumed scope, its presumed goal, one’s criteria and threshold for being careful, and the thinking component on which one focuses. As to its scope, some conceptions (e.g., Dewey 1910, 1933) restrict it to constructive thinking on the basis of one’s own observations and experiments, others (e.g., Ennis 1962; Fisher & Scriven 1997; Johnson 1992) to appraisal of the products of such thinking. Ennis (1991) and Bailin et al. (1999b) take it to cover both construction and appraisal. As to its goal, some conceptions restrict it to forming a judgment (Dewey 1910, 1933; Lipman 1987; Facione 1990a). Others allow for actions as well as beliefs as the end point of a process of critical thinking (Ennis 1991; Bailin et al. 1999b). As to the criteria and threshold for being careful, definitions vary in the term used to indicate that critical thinking satisfies certain norms: “intellectually disciplined” (Scriven & Paul 1987), “reasonable” (Ennis 1991), “skillful” (Lipman 1987), “skilled” (Fisher & Scriven 1997), “careful” (Bailin & Battersby 2009). Some definitions specify these norms, referring variously to “consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support it and the further conclusions to which it tends” (Dewey 1910, 1933); “the methods of logical inquiry and reasoning” (Glaser 1941); “conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, and/or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication” (Scriven & Paul 1987); the requirement that “it is sensitive to context, relies on criteria, and is self-correcting” (Lipman 1987); “evidential, conceptual, methodological, criteriological, or contextual considerations” (Facione 1990a); and “plus-minus considerations of the product in terms of appropriate standards (or criteria)” (Johnson 1992). Stanovich and Stanovich (2010) propose to ground the concept of critical thinking in the concept of rationality, which they understand as combining epistemic rationality (fitting one’s beliefs to the world) and instrumental rationality (optimizing goal fulfillment); a critical thinker, in their view, is someone with “a propensity to override suboptimal responses from the autonomous mind” (2010: 227). These variant specifications of norms for critical thinking are not necessarily incompatible with one another, and in any case presuppose the core notion of thinking carefully. As to the thinking component singled out, some definitions focus on suspension of judgment during the thinking (Dewey 1910; McPeck 1981), others on inquiry while judgment is suspended (Bailin & Battersby 2009, 2021), others on the resulting judgment (Facione 1990a), and still others on responsiveness to reasons (Siegel 1988). Kuhn (2019) takes critical thinking to be more a dialogic practice of advancing and responding to arguments than an individual ability.

In educational contexts, a definition of critical thinking is a “programmatic definition” (Scheffler 1960: 19). It expresses a practical program for achieving an educational goal. For this purpose, a one-sentence formulaic definition is much less useful than articulation of a critical thinking process, with criteria and standards for the kinds of thinking that the process may involve. The real educational goal is recognition, adoption and implementation by students of those criteria and standards. That adoption and implementation in turn consists in acquiring the knowledge, abilities and dispositions of a critical thinker.

Conceptions of critical thinking generally do not include moral integrity as part of the concept. Dewey, for example, took critical thinking to be the ultimate intellectual goal of education, but distinguished it from the development of social cooperation among school children, which he took to be the central moral goal. Ennis (1996, 2011) added to his previous list of critical thinking dispositions a group of dispositions to care about the dignity and worth of every person, which he described as a “correlative” (1996) disposition without which critical thinking would be less valuable and perhaps harmful. An educational program that aimed at developing critical thinking but not the correlative disposition to care about the dignity and worth of every person, he asserted, “would be deficient and perhaps dangerous” (Ennis 1996: 172).

Dewey thought that education for reflective thinking would be of value to both the individual and society; recognition in educational practice of the kinship to the scientific attitude of children’s native curiosity, fertile imagination and love of experimental inquiry “would make for individual happiness and the reduction of social waste” (Dewey 1910: iii). Schools participating in the Eight-Year Study took development of the habit of reflective thinking and skill in solving problems as a means to leading young people to understand, appreciate and live the democratic way of life characteristic of the United States (Aikin 1942: 17–18, 81). Harvey Siegel (1988: 55–61) has offered four considerations in support of adopting critical thinking as an educational ideal. (1) Respect for persons requires that schools and teachers honour students’ demands for reasons and explanations, deal with students honestly, and recognize the need to confront students’ independent judgment; these requirements concern the manner in which teachers treat students. (2) Education has the task of preparing children to be successful adults, a task that requires development of their self-sufficiency. (3) Education should initiate children into the rational traditions in such fields as history, science and mathematics. (4) Education should prepare children to become democratic citizens, which requires reasoned procedures and critical talents and attitudes. To supplement these considerations, Siegel (1988: 62–90) responds to two objections: the ideology objection that adoption of any educational ideal requires a prior ideological commitment and the indoctrination objection that cultivation of critical thinking cannot escape being a form of indoctrination.

Despite the diversity of our 11 examples, one can recognize a common pattern. Dewey analyzed it as consisting of five phases:

  • suggestions , in which the mind leaps forward to a possible solution;
  • an intellectualization of the difficulty or perplexity into a problem to be solved, a question for which the answer must be sought;
  • the use of one suggestion after another as a leading idea, or hypothesis , to initiate and guide observation and other operations in collection of factual material;
  • the mental elaboration of the idea or supposition as an idea or supposition ( reasoning , in the sense on which reasoning is a part, not the whole, of inference); and
  • testing the hypothesis by overt or imaginative action. (Dewey 1933: 106–107; italics in original)

The process of reflective thinking consisting of these phases would be preceded by a perplexed, troubled or confused situation and followed by a cleared-up, unified, resolved situation (Dewey 1933: 106). The term ‘phases’ replaced the term ‘steps’ (Dewey 1910: 72), thus removing the earlier suggestion of an invariant sequence. Variants of the above analysis appeared in (Dewey 1916: 177) and (Dewey 1938: 101–119).

The variant formulations indicate the difficulty of giving a single logical analysis of such a varied process. The process of critical thinking may have a spiral pattern, with the problem being redefined in the light of obstacles to solving it as originally formulated. For example, the person in Transit might have concluded that getting to the appointment at the scheduled time was impossible and have reformulated the problem as that of rescheduling the appointment for a mutually convenient time. Further, defining a problem does not always follow after or lead immediately to an idea of a suggested solution. Nor should it do so, as Dewey himself recognized in describing the physician in Typhoid as avoiding any strong preference for this or that conclusion before getting further information (Dewey 1910: 85; 1933: 170). People with a hypothesis in mind, even one to which they have a very weak commitment, have a so-called “confirmation bias” (Nickerson 1998): they are likely to pay attention to evidence that confirms the hypothesis and to ignore evidence that counts against it or for some competing hypothesis. Detectives, intelligence agencies, and investigators of airplane accidents are well advised to gather relevant evidence systematically and to postpone even tentative adoption of an explanatory hypothesis until the collected evidence rules out with the appropriate degree of certainty all but one explanation. Dewey’s analysis of the critical thinking process can be faulted as well for requiring acceptance or rejection of a possible solution to a defined problem, with no allowance for deciding in the light of the available evidence to suspend judgment. Further, given the great variety of kinds of problems for which reflection is appropriate, there is likely to be variation in its component events. Perhaps the best way to conceptualize the critical thinking process is as a checklist whose component events can occur in a variety of orders, selectively, and more than once. These component events might include (1) noticing a difficulty, (2) defining the problem, (3) dividing the problem into manageable sub-problems, (4) formulating a variety of possible solutions to the problem or sub-problem, (5) determining what evidence is relevant to deciding among possible solutions to the problem or sub-problem, (6) devising a plan of systematic observation or experiment that will uncover the relevant evidence, (7) carrying out the plan of systematic observation or experimentation, (8) noting the results of the systematic observation or experiment, (9) gathering relevant testimony and information from others, (10) judging the credibility of testimony and information gathered from others, (11) drawing conclusions from gathered evidence and accepted testimony, and (12) accepting a solution that the evidence adequately supports (cf. Hitchcock 2017: 485).

Checklist conceptions of the process of critical thinking are open to the objection that they are too mechanical and procedural to fit the multi-dimensional and emotionally charged issues for which critical thinking is urgently needed (Paul 1984). For such issues, a more dialectical process is advocated, in which competing relevant world views are identified, their implications explored, and some sort of creative synthesis attempted.

If one considers the critical thinking process illustrated by the 11 examples, one can identify distinct kinds of mental acts and mental states that form part of it. To distinguish, label and briefly characterize these components is a useful preliminary to identifying abilities, skills, dispositions, attitudes, habits and the like that contribute causally to thinking critically. Identifying such abilities and habits is in turn a useful preliminary to setting educational goals. Setting the goals is in its turn a useful preliminary to designing strategies for helping learners to achieve the goals and to designing ways of measuring the extent to which learners have done so. Such measures provide both feedback to learners on their achievement and a basis for experimental research on the effectiveness of various strategies for educating people to think critically. Let us begin, then, by distinguishing the kinds of mental acts and mental events that can occur in a critical thinking process.

  • Observing : One notices something in one’s immediate environment (sudden cooling of temperature in Weather , bubbles forming outside a glass and then going inside in Bubbles , a moving blur in the distance in Blur , a rash in Rash ). Or one notes the results of an experiment or systematic observation (valuables missing in Disorder , no suction without air pressure in Suction pump )
  • Feeling : One feels puzzled or uncertain about something (how to get to an appointment on time in Transit , why the diamonds vary in spacing in Diamond ). One wants to resolve this perplexity. One feels satisfaction once one has worked out an answer (to take the subway express in Transit , diamonds closer when needed as a warning in Diamond ).
  • Wondering : One formulates a question to be addressed (why bubbles form outside a tumbler taken from hot water in Bubbles , how suction pumps work in Suction pump , what caused the rash in Rash ).
  • Imagining : One thinks of possible answers (bus or subway or elevated in Transit , flagpole or ornament or wireless communication aid or direction indicator in Ferryboat , allergic reaction or heat rash in Rash ).
  • Inferring : One works out what would be the case if a possible answer were assumed (valuables missing if there has been a burglary in Disorder , earlier start to the rash if it is an allergic reaction to a sulfa drug in Rash ). Or one draws a conclusion once sufficient relevant evidence is gathered (take the subway in Transit , burglary in Disorder , discontinue blood pressure medication and new cream in Rash ).
  • Knowledge : One uses stored knowledge of the subject-matter to generate possible answers or to infer what would be expected on the assumption of a particular answer (knowledge of a city’s public transit system in Transit , of the requirements for a flagpole in Ferryboat , of Boyle’s law in Bubbles , of allergic reactions in Rash ).
  • Experimenting : One designs and carries out an experiment or a systematic observation to find out whether the results deduced from a possible answer will occur (looking at the location of the flagpole in relation to the pilot’s position in Ferryboat , putting an ice cube on top of a tumbler taken from hot water in Bubbles , measuring the height to which a suction pump will draw water at different elevations in Suction pump , noticing the spacing of diamonds when movement to or from a diamond lane is allowed in Diamond ).
  • Consulting : One finds a source of information, gets the information from the source, and makes a judgment on whether to accept it. None of our 11 examples include searching for sources of information. In this respect they are unrepresentative, since most people nowadays have almost instant access to information relevant to answering any question, including many of those illustrated by the examples. However, Candidate includes the activities of extracting information from sources and evaluating its credibility.
  • Identifying and analyzing arguments : One notices an argument and works out its structure and content as a preliminary to evaluating its strength. This activity is central to Candidate . It is an important part of a critical thinking process in which one surveys arguments for various positions on an issue.
  • Judging : One makes a judgment on the basis of accumulated evidence and reasoning, such as the judgment in Ferryboat that the purpose of the pole is to provide direction to the pilot.
  • Deciding : One makes a decision on what to do or on what policy to adopt, as in the decision in Transit to take the subway.

By definition, a person who does something voluntarily is both willing and able to do that thing at that time. Both the willingness and the ability contribute causally to the person’s action, in the sense that the voluntary action would not occur if either (or both) of these were lacking. For example, suppose that one is standing with one’s arms at one’s sides and one voluntarily lifts one’s right arm to an extended horizontal position. One would not do so if one were unable to lift one’s arm, if for example one’s right side was paralyzed as the result of a stroke. Nor would one do so if one were unwilling to lift one’s arm, if for example one were participating in a street demonstration at which a white supremacist was urging the crowd to lift their right arm in a Nazi salute and one were unwilling to express support in this way for the racist Nazi ideology. The same analysis applies to a voluntary mental process of thinking critically. It requires both willingness and ability to think critically, including willingness and ability to perform each of the mental acts that compose the process and to coordinate those acts in a sequence that is directed at resolving the initiating perplexity.

Consider willingness first. We can identify causal contributors to willingness to think critically by considering factors that would cause a person who was able to think critically about an issue nevertheless not to do so (Hamby 2014). For each factor, the opposite condition thus contributes causally to willingness to think critically on a particular occasion. For example, people who habitually jump to conclusions without considering alternatives will not think critically about issues that arise, even if they have the required abilities. The contrary condition of willingness to suspend judgment is thus a causal contributor to thinking critically.

Now consider ability. In contrast to the ability to move one’s arm, which can be completely absent because a stroke has left the arm paralyzed, the ability to think critically is a developed ability, whose absence is not a complete absence of ability to think but absence of ability to think well. We can identify the ability to think well directly, in terms of the norms and standards for good thinking. In general, to be able do well the thinking activities that can be components of a critical thinking process, one needs to know the concepts and principles that characterize their good performance, to recognize in particular cases that the concepts and principles apply, and to apply them. The knowledge, recognition and application may be procedural rather than declarative. It may be domain-specific rather than widely applicable, and in either case may need subject-matter knowledge, sometimes of a deep kind.

Reflections of the sort illustrated by the previous two paragraphs have led scholars to identify the knowledge, abilities and dispositions of a “critical thinker”, i.e., someone who thinks critically whenever it is appropriate to do so. We turn now to these three types of causal contributors to thinking critically. We start with dispositions, since arguably these are the most powerful contributors to being a critical thinker, can be fostered at an early stage of a child’s development, and are susceptible to general improvement (Glaser 1941: 175)

8. Critical Thinking Dispositions

Educational researchers use the term ‘dispositions’ broadly for the habits of mind and attitudes that contribute causally to being a critical thinker. Some writers (e.g., Paul & Elder 2006; Hamby 2014; Bailin & Battersby 2016a) propose to use the term ‘virtues’ for this dimension of a critical thinker. The virtues in question, although they are virtues of character, concern the person’s ways of thinking rather than the person’s ways of behaving towards others. They are not moral virtues but intellectual virtues, of the sort articulated by Zagzebski (1996) and discussed by Turri, Alfano, and Greco (2017).

On a realistic conception, thinking dispositions or intellectual virtues are real properties of thinkers. They are general tendencies, propensities, or inclinations to think in particular ways in particular circumstances, and can be genuinely explanatory (Siegel 1999). Sceptics argue that there is no evidence for a specific mental basis for the habits of mind that contribute to thinking critically, and that it is pedagogically misleading to posit such a basis (Bailin et al. 1999a). Whatever their status, critical thinking dispositions need motivation for their initial formation in a child—motivation that may be external or internal. As children develop, the force of habit will gradually become important in sustaining the disposition (Nieto & Valenzuela 2012). Mere force of habit, however, is unlikely to sustain critical thinking dispositions. Critical thinkers must value and enjoy using their knowledge and abilities to think things through for themselves. They must be committed to, and lovers of, inquiry.

A person may have a critical thinking disposition with respect to only some kinds of issues. For example, one could be open-minded about scientific issues but not about religious issues. Similarly, one could be confident in one’s ability to reason about the theological implications of the existence of evil in the world but not in one’s ability to reason about the best design for a guided ballistic missile.

Facione (1990a: 25) divides “affective dispositions” of critical thinking into approaches to life and living in general and approaches to specific issues, questions or problems. Adapting this distinction, one can usefully divide critical thinking dispositions into initiating dispositions (those that contribute causally to starting to think critically about an issue) and internal dispositions (those that contribute causally to doing a good job of thinking critically once one has started). The two categories are not mutually exclusive. For example, open-mindedness, in the sense of willingness to consider alternative points of view to one’s own, is both an initiating and an internal disposition.

Using the strategy of considering factors that would block people with the ability to think critically from doing so, we can identify as initiating dispositions for thinking critically attentiveness, a habit of inquiry, self-confidence, courage, open-mindedness, willingness to suspend judgment, trust in reason, wanting evidence for one’s beliefs, and seeking the truth. We consider briefly what each of these dispositions amounts to, in each case citing sources that acknowledge them.

  • Attentiveness : One will not think critically if one fails to recognize an issue that needs to be thought through. For example, the pedestrian in Weather would not have looked up if he had not noticed that the air was suddenly cooler. To be a critical thinker, then, one needs to be habitually attentive to one’s surroundings, noticing not only what one senses but also sources of perplexity in messages received and in one’s own beliefs and attitudes (Facione 1990a: 25; Facione, Facione, & Giancarlo 2001).
  • Habit of inquiry : Inquiry is effortful, and one needs an internal push to engage in it. For example, the student in Bubbles could easily have stopped at idle wondering about the cause of the bubbles rather than reasoning to a hypothesis, then designing and executing an experiment to test it. Thus willingness to think critically needs mental energy and initiative. What can supply that energy? Love of inquiry, or perhaps just a habit of inquiry. Hamby (2015) has argued that willingness to inquire is the central critical thinking virtue, one that encompasses all the others. It is recognized as a critical thinking disposition by Dewey (1910: 29; 1933: 35), Glaser (1941: 5), Ennis (1987: 12; 1991: 8), Facione (1990a: 25), Bailin et al. (1999b: 294), Halpern (1998: 452), and Facione, Facione, & Giancarlo (2001).
  • Self-confidence : Lack of confidence in one’s abilities can block critical thinking. For example, if the woman in Rash lacked confidence in her ability to figure things out for herself, she might just have assumed that the rash on her chest was the allergic reaction to her medication against which the pharmacist had warned her. Thus willingness to think critically requires confidence in one’s ability to inquire (Facione 1990a: 25; Facione, Facione, & Giancarlo 2001).
  • Courage : Fear of thinking for oneself can stop one from doing it. Thus willingness to think critically requires intellectual courage (Paul & Elder 2006: 16).
  • Open-mindedness : A dogmatic attitude will impede thinking critically. For example, a person who adheres rigidly to a “pro-choice” position on the issue of the legal status of induced abortion is likely to be unwilling to consider seriously the issue of when in its development an unborn child acquires a moral right to life. Thus willingness to think critically requires open-mindedness, in the sense of a willingness to examine questions to which one already accepts an answer but which further evidence or reasoning might cause one to answer differently (Dewey 1933; Facione 1990a; Ennis 1991; Bailin et al. 1999b; Halpern 1998, Facione, Facione, & Giancarlo 2001). Paul (1981) emphasizes open-mindedness about alternative world-views, and recommends a dialectical approach to integrating such views as central to what he calls “strong sense” critical thinking. In three studies, Haran, Ritov, & Mellers (2013) found that actively open-minded thinking, including “the tendency to weigh new evidence against a favored belief, to spend sufficient time on a problem before giving up, and to consider carefully the opinions of others in forming one’s own”, led study participants to acquire information and thus to make accurate estimations.
  • Willingness to suspend judgment : Premature closure on an initial solution will block critical thinking. Thus willingness to think critically requires a willingness to suspend judgment while alternatives are explored (Facione 1990a; Ennis 1991; Halpern 1998).
  • Trust in reason : Since distrust in the processes of reasoned inquiry will dissuade one from engaging in it, trust in them is an initiating critical thinking disposition (Facione 1990a, 25; Bailin et al. 1999b: 294; Facione, Facione, & Giancarlo 2001; Paul & Elder 2006). In reaction to an allegedly exclusive emphasis on reason in critical thinking theory and pedagogy, Thayer-Bacon (2000) argues that intuition, imagination, and emotion have important roles to play in an adequate conception of critical thinking that she calls “constructive thinking”. From her point of view, critical thinking requires trust not only in reason but also in intuition, imagination, and emotion.
  • Seeking the truth : If one does not care about the truth but is content to stick with one’s initial bias on an issue, then one will not think critically about it. Seeking the truth is thus an initiating critical thinking disposition (Bailin et al. 1999b: 294; Facione, Facione, & Giancarlo 2001). A disposition to seek the truth is implicit in more specific critical thinking dispositions, such as trying to be well-informed, considering seriously points of view other than one’s own, looking for alternatives, suspending judgment when the evidence is insufficient, and adopting a position when the evidence supporting it is sufficient.

Some of the initiating dispositions, such as open-mindedness and willingness to suspend judgment, are also internal critical thinking dispositions, in the sense of mental habits or attitudes that contribute causally to doing a good job of critical thinking once one starts the process. But there are many other internal critical thinking dispositions. Some of them are parasitic on one’s conception of good thinking. For example, it is constitutive of good thinking about an issue to formulate the issue clearly and to maintain focus on it. For this purpose, one needs not only the corresponding ability but also the corresponding disposition. Ennis (1991: 8) describes it as the disposition “to determine and maintain focus on the conclusion or question”, Facione (1990a: 25) as “clarity in stating the question or concern”. Other internal dispositions are motivators to continue or adjust the critical thinking process, such as willingness to persist in a complex task and willingness to abandon nonproductive strategies in an attempt to self-correct (Halpern 1998: 452). For a list of identified internal critical thinking dispositions, see the Supplement on Internal Critical Thinking Dispositions .

Some theorists postulate skills, i.e., acquired abilities, as operative in critical thinking. It is not obvious, however, that a good mental act is the exercise of a generic acquired skill. Inferring an expected time of arrival, as in Transit , has some generic components but also uses non-generic subject-matter knowledge. Bailin et al. (1999a) argue against viewing critical thinking skills as generic and discrete, on the ground that skilled performance at a critical thinking task cannot be separated from knowledge of concepts and from domain-specific principles of good thinking. Talk of skills, they concede, is unproblematic if it means merely that a person with critical thinking skills is capable of intelligent performance.

Despite such scepticism, theorists of critical thinking have listed as general contributors to critical thinking what they variously call abilities (Glaser 1941; Ennis 1962, 1991), skills (Facione 1990a; Halpern 1998) or competencies (Fisher & Scriven 1997). Amalgamating these lists would produce a confusing and chaotic cornucopia of more than 50 possible educational objectives, with only partial overlap among them. It makes sense instead to try to understand the reasons for the multiplicity and diversity, and to make a selection according to one’s own reasons for singling out abilities to be developed in a critical thinking curriculum. Two reasons for diversity among lists of critical thinking abilities are the underlying conception of critical thinking and the envisaged educational level. Appraisal-only conceptions, for example, involve a different suite of abilities than constructive-only conceptions. Some lists, such as those in (Glaser 1941), are put forward as educational objectives for secondary school students, whereas others are proposed as objectives for college students (e.g., Facione 1990a).

The abilities described in the remaining paragraphs of this section emerge from reflection on the general abilities needed to do well the thinking activities identified in section 6 as components of the critical thinking process described in section 5 . The derivation of each collection of abilities is accompanied by citation of sources that list such abilities and of standardized tests that claim to test them.

Observational abilities : Careful and accurate observation sometimes requires specialist expertise and practice, as in the case of observing birds and observing accident scenes. However, there are general abilities of noticing what one’s senses are picking up from one’s environment and of being able to articulate clearly and accurately to oneself and others what one has observed. It helps in exercising them to be able to recognize and take into account factors that make one’s observation less trustworthy, such as prior framing of the situation, inadequate time, deficient senses, poor observation conditions, and the like. It helps as well to be skilled at taking steps to make one’s observation more trustworthy, such as moving closer to get a better look, measuring something three times and taking the average, and checking what one thinks one is observing with someone else who is in a good position to observe it. It also helps to be skilled at recognizing respects in which one’s report of one’s observation involves inference rather than direct observation, so that one can then consider whether the inference is justified. These abilities come into play as well when one thinks about whether and with what degree of confidence to accept an observation report, for example in the study of history or in a criminal investigation or in assessing news reports. Observational abilities show up in some lists of critical thinking abilities (Ennis 1962: 90; Facione 1990a: 16; Ennis 1991: 9). There are items testing a person’s ability to judge the credibility of observation reports in the Cornell Critical Thinking Tests, Levels X and Z (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005). Norris and King (1983, 1985, 1990a, 1990b) is a test of ability to appraise observation reports.

Emotional abilities : The emotions that drive a critical thinking process are perplexity or puzzlement, a wish to resolve it, and satisfaction at achieving the desired resolution. Children experience these emotions at an early age, without being trained to do so. Education that takes critical thinking as a goal needs only to channel these emotions and to make sure not to stifle them. Collaborative critical thinking benefits from ability to recognize one’s own and others’ emotional commitments and reactions.

Questioning abilities : A critical thinking process needs transformation of an inchoate sense of perplexity into a clear question. Formulating a question well requires not building in questionable assumptions, not prejudging the issue, and using language that in context is unambiguous and precise enough (Ennis 1962: 97; 1991: 9).

Imaginative abilities : Thinking directed at finding the correct causal explanation of a general phenomenon or particular event requires an ability to imagine possible explanations. Thinking about what policy or plan of action to adopt requires generation of options and consideration of possible consequences of each option. Domain knowledge is required for such creative activity, but a general ability to imagine alternatives is helpful and can be nurtured so as to become easier, quicker, more extensive, and deeper (Dewey 1910: 34–39; 1933: 40–47). Facione (1990a) and Halpern (1998) include the ability to imagine alternatives as a critical thinking ability.

Inferential abilities : The ability to draw conclusions from given information, and to recognize with what degree of certainty one’s own or others’ conclusions follow, is universally recognized as a general critical thinking ability. All 11 examples in section 2 of this article include inferences, some from hypotheses or options (as in Transit , Ferryboat and Disorder ), others from something observed (as in Weather and Rash ). None of these inferences is formally valid. Rather, they are licensed by general, sometimes qualified substantive rules of inference (Toulmin 1958) that rest on domain knowledge—that a bus trip takes about the same time in each direction, that the terminal of a wireless telegraph would be located on the highest possible place, that sudden cooling is often followed by rain, that an allergic reaction to a sulfa drug generally shows up soon after one starts taking it. It is a matter of controversy to what extent the specialized ability to deduce conclusions from premisses using formal rules of inference is needed for critical thinking. Dewey (1933) locates logical forms in setting out the products of reflection rather than in the process of reflection. Ennis (1981a), on the other hand, maintains that a liberally-educated person should have the following abilities: to translate natural-language statements into statements using the standard logical operators, to use appropriately the language of necessary and sufficient conditions, to deal with argument forms and arguments containing symbols, to determine whether in virtue of an argument’s form its conclusion follows necessarily from its premisses, to reason with logically complex propositions, and to apply the rules and procedures of deductive logic. Inferential abilities are recognized as critical thinking abilities by Glaser (1941: 6), Facione (1990a: 9), Ennis (1991: 9), Fisher & Scriven (1997: 99, 111), and Halpern (1998: 452). Items testing inferential abilities constitute two of the five subtests of the Watson Glaser Critical Thinking Appraisal (Watson & Glaser 1980a, 1980b, 1994), two of the four sections in the Cornell Critical Thinking Test Level X (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005), three of the seven sections in the Cornell Critical Thinking Test Level Z (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005), 11 of the 34 items on Forms A and B of the California Critical Thinking Skills Test (Facione 1990b, 1992), and a high but variable proportion of the 25 selected-response questions in the Collegiate Learning Assessment (Council for Aid to Education 2017).

Experimenting abilities : Knowing how to design and execute an experiment is important not just in scientific research but also in everyday life, as in Rash . Dewey devoted a whole chapter of his How We Think (1910: 145–156; 1933: 190–202) to the superiority of experimentation over observation in advancing knowledge. Experimenting abilities come into play at one remove in appraising reports of scientific studies. Skill in designing and executing experiments includes the acknowledged abilities to appraise evidence (Glaser 1941: 6), to carry out experiments and to apply appropriate statistical inference techniques (Facione 1990a: 9), to judge inductions to an explanatory hypothesis (Ennis 1991: 9), and to recognize the need for an adequately large sample size (Halpern 1998). The Cornell Critical Thinking Test Level Z (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005) includes four items (out of 52) on experimental design. The Collegiate Learning Assessment (Council for Aid to Education 2017) makes room for appraisal of study design in both its performance task and its selected-response questions.

Consulting abilities : Skill at consulting sources of information comes into play when one seeks information to help resolve a problem, as in Candidate . Ability to find and appraise information includes ability to gather and marshal pertinent information (Glaser 1941: 6), to judge whether a statement made by an alleged authority is acceptable (Ennis 1962: 84), to plan a search for desired information (Facione 1990a: 9), and to judge the credibility of a source (Ennis 1991: 9). Ability to judge the credibility of statements is tested by 24 items (out of 76) in the Cornell Critical Thinking Test Level X (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005) and by four items (out of 52) in the Cornell Critical Thinking Test Level Z (Ennis & Millman 1971; Ennis, Millman, & Tomko 1985, 2005). The College Learning Assessment’s performance task requires evaluation of whether information in documents is credible or unreliable (Council for Aid to Education 2017).

Argument analysis abilities : The ability to identify and analyze arguments contributes to the process of surveying arguments on an issue in order to form one’s own reasoned judgment, as in Candidate . The ability to detect and analyze arguments is recognized as a critical thinking skill by Facione (1990a: 7–8), Ennis (1991: 9) and Halpern (1998). Five items (out of 34) on the California Critical Thinking Skills Test (Facione 1990b, 1992) test skill at argument analysis. The College Learning Assessment (Council for Aid to Education 2017) incorporates argument analysis in its selected-response tests of critical reading and evaluation and of critiquing an argument.

Judging skills and deciding skills : Skill at judging and deciding is skill at recognizing what judgment or decision the available evidence and argument supports, and with what degree of confidence. It is thus a component of the inferential skills already discussed.

Lists and tests of critical thinking abilities often include two more abilities: identifying assumptions and constructing and evaluating definitions.

In addition to dispositions and abilities, critical thinking needs knowledge: of critical thinking concepts, of critical thinking principles, and of the subject-matter of the thinking.

We can derive a short list of concepts whose understanding contributes to critical thinking from the critical thinking abilities described in the preceding section. Observational abilities require an understanding of the difference between observation and inference. Questioning abilities require an understanding of the concepts of ambiguity and vagueness. Inferential abilities require an understanding of the difference between conclusive and defeasible inference (traditionally, between deduction and induction), as well as of the difference between necessary and sufficient conditions. Experimenting abilities require an understanding of the concepts of hypothesis, null hypothesis, assumption and prediction, as well as of the concept of statistical significance and of its difference from importance. They also require an understanding of the difference between an experiment and an observational study, and in particular of the difference between a randomized controlled trial, a prospective correlational study and a retrospective (case-control) study. Argument analysis abilities require an understanding of the concepts of argument, premiss, assumption, conclusion and counter-consideration. Additional critical thinking concepts are proposed by Bailin et al. (1999b: 293), Fisher & Scriven (1997: 105–106), Black (2012), and Blair (2021).

According to Glaser (1941: 25), ability to think critically requires knowledge of the methods of logical inquiry and reasoning. If we review the list of abilities in the preceding section, however, we can see that some of them can be acquired and exercised merely through practice, possibly guided in an educational setting, followed by feedback. Searching intelligently for a causal explanation of some phenomenon or event requires that one consider a full range of possible causal contributors, but it seems more important that one implements this principle in one’s practice than that one is able to articulate it. What is important is “operational knowledge” of the standards and principles of good thinking (Bailin et al. 1999b: 291–293). But the development of such critical thinking abilities as designing an experiment or constructing an operational definition can benefit from learning their underlying theory. Further, explicit knowledge of quirks of human thinking seems useful as a cautionary guide. Human memory is not just fallible about details, as people learn from their own experiences of misremembering, but is so malleable that a detailed, clear and vivid recollection of an event can be a total fabrication (Loftus 2017). People seek or interpret evidence in ways that are partial to their existing beliefs and expectations, often unconscious of their “confirmation bias” (Nickerson 1998). Not only are people subject to this and other cognitive biases (Kahneman 2011), of which they are typically unaware, but it may be counter-productive for one to make oneself aware of them and try consciously to counteract them or to counteract social biases such as racial or sexual stereotypes (Kenyon & Beaulac 2014). It is helpful to be aware of these facts and of the superior effectiveness of blocking the operation of biases—for example, by making an immediate record of one’s observations, refraining from forming a preliminary explanatory hypothesis, blind refereeing, double-blind randomized trials, and blind grading of students’ work. It is also helpful to be aware of the prevalence of “noise” (unwanted unsystematic variability of judgments), of how to detect noise (through a noise audit), and of how to reduce noise: make accuracy the goal, think statistically, break a process of arriving at a judgment into independent tasks, resist premature intuitions, in a group get independent judgments first, favour comparative judgments and scales (Kahneman, Sibony, & Sunstein 2021). It is helpful as well to be aware of the concept of “bounded rationality” in decision-making and of the related distinction between “satisficing” and optimizing (Simon 1956; Gigerenzer 2001).

Critical thinking about an issue requires substantive knowledge of the domain to which the issue belongs. Critical thinking abilities are not a magic elixir that can be applied to any issue whatever by somebody who has no knowledge of the facts relevant to exploring that issue. For example, the student in Bubbles needed to know that gases do not penetrate solid objects like a glass, that air expands when heated, that the volume of an enclosed gas varies directly with its temperature and inversely with its pressure, and that hot objects will spontaneously cool down to the ambient temperature of their surroundings unless kept hot by insulation or a source of heat. Critical thinkers thus need a rich fund of subject-matter knowledge relevant to the variety of situations they encounter. This fact is recognized in the inclusion among critical thinking dispositions of a concern to become and remain generally well informed.

Experimental educational interventions, with control groups, have shown that education can improve critical thinking skills and dispositions, as measured by standardized tests. For information about these tests, see the Supplement on Assessment .

What educational methods are most effective at developing the dispositions, abilities and knowledge of a critical thinker? In a comprehensive meta-analysis of experimental and quasi-experimental studies of strategies for teaching students to think critically, Abrami et al. (2015) found that dialogue, anchored instruction, and mentoring each increased the effectiveness of the educational intervention, and that they were most effective when combined. They also found that in these studies a combination of separate instruction in critical thinking with subject-matter instruction in which students are encouraged to think critically was more effective than either by itself. However, the difference was not statistically significant; that is, it might have arisen by chance.

Most of these studies lack the longitudinal follow-up required to determine whether the observed differential improvements in critical thinking abilities or dispositions continue over time, for example until high school or college graduation. For details on studies of methods of developing critical thinking skills and dispositions, see the Supplement on Educational Methods .

12. Controversies

Scholars have denied the generalizability of critical thinking abilities across subject domains, have alleged bias in critical thinking theory and pedagogy, and have investigated the relationship of critical thinking to other kinds of thinking.

McPeck (1981) attacked the thinking skills movement of the 1970s, including the critical thinking movement. He argued that there are no general thinking skills, since thinking is always thinking about some subject-matter. It is futile, he claimed, for schools and colleges to teach thinking as if it were a separate subject. Rather, teachers should lead their pupils to become autonomous thinkers by teaching school subjects in a way that brings out their cognitive structure and that encourages and rewards discussion and argument. As some of his critics (e.g., Paul 1985; Siegel 1985) pointed out, McPeck’s central argument needs elaboration, since it has obvious counter-examples in writing and speaking, for which (up to a certain level of complexity) there are teachable general abilities even though they are always about some subject-matter. To make his argument convincing, McPeck needs to explain how thinking differs from writing and speaking in a way that does not permit useful abstraction of its components from the subject-matters with which it deals. He has not done so. Nevertheless, his position that the dispositions and abilities of a critical thinker are best developed in the context of subject-matter instruction is shared by many theorists of critical thinking, including Dewey (1910, 1933), Glaser (1941), Passmore (1980), Weinstein (1990), Bailin et al. (1999b), and Willingham (2019).

McPeck’s challenge prompted reflection on the extent to which critical thinking is subject-specific. McPeck argued for a strong subject-specificity thesis, according to which it is a conceptual truth that all critical thinking abilities are specific to a subject. (He did not however extend his subject-specificity thesis to critical thinking dispositions. In particular, he took the disposition to suspend judgment in situations of cognitive dissonance to be a general disposition.) Conceptual subject-specificity is subject to obvious counter-examples, such as the general ability to recognize confusion of necessary and sufficient conditions. A more modest thesis, also endorsed by McPeck, is epistemological subject-specificity, according to which the norms of good thinking vary from one field to another. Epistemological subject-specificity clearly holds to a certain extent; for example, the principles in accordance with which one solves a differential equation are quite different from the principles in accordance with which one determines whether a painting is a genuine Picasso. But the thesis suffers, as Ennis (1989) points out, from vagueness of the concept of a field or subject and from the obvious existence of inter-field principles, however broadly the concept of a field is construed. For example, the principles of hypothetico-deductive reasoning hold for all the varied fields in which such reasoning occurs. A third kind of subject-specificity is empirical subject-specificity, according to which as a matter of empirically observable fact a person with the abilities and dispositions of a critical thinker in one area of investigation will not necessarily have them in another area of investigation.

The thesis of empirical subject-specificity raises the general problem of transfer. If critical thinking abilities and dispositions have to be developed independently in each school subject, how are they of any use in dealing with the problems of everyday life and the political and social issues of contemporary society, most of which do not fit into the framework of a traditional school subject? Proponents of empirical subject-specificity tend to argue that transfer is more likely to occur if there is critical thinking instruction in a variety of domains, with explicit attention to dispositions and abilities that cut across domains. But evidence for this claim is scanty. There is a need for well-designed empirical studies that investigate the conditions that make transfer more likely.

It is common ground in debates about the generality or subject-specificity of critical thinking dispositions and abilities that critical thinking about any topic requires background knowledge about the topic. For example, the most sophisticated understanding of the principles of hypothetico-deductive reasoning is of no help unless accompanied by some knowledge of what might be plausible explanations of some phenomenon under investigation.

Critics have objected to bias in the theory, pedagogy and practice of critical thinking. Commentators (e.g., Alston 1995; Ennis 1998) have noted that anyone who takes a position has a bias in the neutral sense of being inclined in one direction rather than others. The critics, however, are objecting to bias in the pejorative sense of an unjustified favoring of certain ways of knowing over others, frequently alleging that the unjustly favoured ways are those of a dominant sex or culture (Bailin 1995). These ways favour:

  • reinforcement of egocentric and sociocentric biases over dialectical engagement with opposing world-views (Paul 1981, 1984; Warren 1998)
  • distancing from the object of inquiry over closeness to it (Martin 1992; Thayer-Bacon 1992)
  • indifference to the situation of others over care for them (Martin 1992)
  • orientation to thought over orientation to action (Martin 1992)
  • being reasonable over caring to understand people’s ideas (Thayer-Bacon 1993)
  • being neutral and objective over being embodied and situated (Thayer-Bacon 1995a)
  • doubting over believing (Thayer-Bacon 1995b)
  • reason over emotion, imagination and intuition (Thayer-Bacon 2000)
  • solitary thinking over collaborative thinking (Thayer-Bacon 2000)
  • written and spoken assignments over other forms of expression (Alston 2001)
  • attention to written and spoken communications over attention to human problems (Alston 2001)
  • winning debates in the public sphere over making and understanding meaning (Alston 2001)

A common thread in this smorgasbord of accusations is dissatisfaction with focusing on the logical analysis and evaluation of reasoning and arguments. While these authors acknowledge that such analysis and evaluation is part of critical thinking and should be part of its conceptualization and pedagogy, they insist that it is only a part. Paul (1981), for example, bemoans the tendency of atomistic teaching of methods of analyzing and evaluating arguments to turn students into more able sophists, adept at finding fault with positions and arguments with which they disagree but even more entrenched in the egocentric and sociocentric biases with which they began. Martin (1992) and Thayer-Bacon (1992) cite with approval the self-reported intimacy with their subject-matter of leading researchers in biology and medicine, an intimacy that conflicts with the distancing allegedly recommended in standard conceptions and pedagogy of critical thinking. Thayer-Bacon (2000) contrasts the embodied and socially embedded learning of her elementary school students in a Montessori school, who used their imagination, intuition and emotions as well as their reason, with conceptions of critical thinking as

thinking that is used to critique arguments, offer justifications, and make judgments about what are the good reasons, or the right answers. (Thayer-Bacon 2000: 127–128)

Alston (2001) reports that her students in a women’s studies class were able to see the flaws in the Cinderella myth that pervades much romantic fiction but in their own romantic relationships still acted as if all failures were the woman’s fault and still accepted the notions of love at first sight and living happily ever after. Students, she writes, should

be able to connect their intellectual critique to a more affective, somatic, and ethical account of making risky choices that have sexist, racist, classist, familial, sexual, or other consequences for themselves and those both near and far… critical thinking that reads arguments, texts, or practices merely on the surface without connections to feeling/desiring/doing or action lacks an ethical depth that should infuse the difference between mere cognitive activity and something we want to call critical thinking. (Alston 2001: 34)

Some critics portray such biases as unfair to women. Thayer-Bacon (1992), for example, has charged modern critical thinking theory with being sexist, on the ground that it separates the self from the object and causes one to lose touch with one’s inner voice, and thus stigmatizes women, who (she asserts) link self to object and listen to their inner voice. Her charge does not imply that women as a group are on average less able than men to analyze and evaluate arguments. Facione (1990c) found no difference by sex in performance on his California Critical Thinking Skills Test. Kuhn (1991: 280–281) found no difference by sex in either the disposition or the competence to engage in argumentative thinking.

The critics propose a variety of remedies for the biases that they allege. In general, they do not propose to eliminate or downplay critical thinking as an educational goal. Rather, they propose to conceptualize critical thinking differently and to change its pedagogy accordingly. Their pedagogical proposals arise logically from their objections. They can be summarized as follows:

  • Focus on argument networks with dialectical exchanges reflecting contesting points of view rather than on atomic arguments, so as to develop “strong sense” critical thinking that transcends egocentric and sociocentric biases (Paul 1981, 1984).
  • Foster closeness to the subject-matter and feeling connected to others in order to inform a humane democracy (Martin 1992).
  • Develop “constructive thinking” as a social activity in a community of physically embodied and socially embedded inquirers with personal voices who value not only reason but also imagination, intuition and emotion (Thayer-Bacon 2000).
  • In developing critical thinking in school subjects, treat as important neither skills nor dispositions but opening worlds of meaning (Alston 2001).
  • Attend to the development of critical thinking dispositions as well as skills, and adopt the “critical pedagogy” practised and advocated by Freire (1968 [1970]) and hooks (1994) (Dalgleish, Girard, & Davies 2017).

A common thread in these proposals is treatment of critical thinking as a social, interactive, personally engaged activity like that of a quilting bee or a barn-raising (Thayer-Bacon 2000) rather than as an individual, solitary, distanced activity symbolized by Rodin’s The Thinker . One can get a vivid description of education with the former type of goal from the writings of bell hooks (1994, 2010). Critical thinking for her is open-minded dialectical exchange across opposing standpoints and from multiple perspectives, a conception similar to Paul’s “strong sense” critical thinking (Paul 1981). She abandons the structure of domination in the traditional classroom. In an introductory course on black women writers, for example, she assigns students to write an autobiographical paragraph about an early racial memory, then to read it aloud as the others listen, thus affirming the uniqueness and value of each voice and creating a communal awareness of the diversity of the group’s experiences (hooks 1994: 84). Her “engaged pedagogy” is thus similar to the “freedom under guidance” implemented in John Dewey’s Laboratory School of Chicago in the late 1890s and early 1900s. It incorporates the dialogue, anchored instruction, and mentoring that Abrami (2015) found to be most effective in improving critical thinking skills and dispositions.

What is the relationship of critical thinking to problem solving, decision-making, higher-order thinking, creative thinking, and other recognized types of thinking? One’s answer to this question obviously depends on how one defines the terms used in the question. If critical thinking is conceived broadly to cover any careful thinking about any topic for any purpose, then problem solving and decision making will be kinds of critical thinking, if they are done carefully. Historically, ‘critical thinking’ and ‘problem solving’ were two names for the same thing. If critical thinking is conceived more narrowly as consisting solely of appraisal of intellectual products, then it will be disjoint with problem solving and decision making, which are constructive.

Bloom’s taxonomy of educational objectives used the phrase “intellectual abilities and skills” for what had been labeled “critical thinking” by some, “reflective thinking” by Dewey and others, and “problem solving” by still others (Bloom et al. 1956: 38). Thus, the so-called “higher-order thinking skills” at the taxonomy’s top levels of analysis, synthesis and evaluation are just critical thinking skills, although they do not come with general criteria for their assessment (Ennis 1981b). The revised version of Bloom’s taxonomy (Anderson et al. 2001) likewise treats critical thinking as cutting across those types of cognitive process that involve more than remembering (Anderson et al. 2001: 269–270). For details, see the Supplement on History .

As to creative thinking, it overlaps with critical thinking (Bailin 1987, 1988). Thinking about the explanation of some phenomenon or event, as in Ferryboat , requires creative imagination in constructing plausible explanatory hypotheses. Likewise, thinking about a policy question, as in Candidate , requires creativity in coming up with options. Conversely, creativity in any field needs to be balanced by critical appraisal of the draft painting or novel or mathematical theory.

  • Abrami, Philip C., Robert M. Bernard, Eugene Borokhovski, David I. Waddington, C. Anne Wade, and Tonje Person, 2015, “Strategies for Teaching Students to Think Critically: A Meta-analysis”, Review of Educational Research , 85(2): 275–314. doi:10.3102/0034654314551063
  • Aikin, Wilford M., 1942, The Story of the Eight-year Study, with Conclusions and Recommendations , Volume I of Adventure in American Education , New York and London: Harper & Brothers. [ Aikin 1942 available online ]
  • Alston, Kal, 1995, “Begging the Question: Is Critical Thinking Biased?”, Educational Theory , 45(2): 225–233. doi:10.1111/j.1741-5446.1995.00225.x
  • –––, 2001, “Re/Thinking Critical Thinking: The Seductions of Everyday Life”, Studies in Philosophy and Education , 20(1): 27–40. doi:10.1023/A:1005247128053
  • American Educational Research Association, 2014, Standards for Educational and Psychological Testing / American Educational Research Association, American Psychological Association, National Council on Measurement in Education , Washington, DC: American Educational Research Association.
  • Anderson, Lorin W., David R. Krathwohl, Peter W. Airiasian, Kathleen A. Cruikshank, Richard E. Mayer, Paul R. Pintrich, James Raths, and Merlin C. Wittrock, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives , New York: Longman, complete edition.
  • Bailin, Sharon, 1987, “Critical and Creative Thinking”, Informal Logic , 9(1): 23–30. [ Bailin 1987 available online ]
  • –––, 1988, Achieving Extraordinary Ends: An Essay on Creativity , Dordrecht: Kluwer. doi:10.1007/978-94-009-2780-3
  • –––, 1995, “Is Critical Thinking Biased? Clarifications and Implications”, Educational Theory , 45(2): 191–197. doi:10.1111/j.1741-5446.1995.00191.x
  • Bailin, Sharon and Mark Battersby, 2009, “Inquiry: A Dialectical Approach to Teaching Critical Thinking”, in Juho Ritola (ed.), Argument Cultures: Proceedings of OSSA 09 , CD-ROM (pp. 1–10), Windsor, ON: OSSA. [ Bailin & Battersby 2009 available online ]
  • –––, 2016a, “Fostering the Virtues of Inquiry”, Topoi , 35(2): 367–374. doi:10.1007/s11245-015-9307-6
  • –––, 2016b, Reason in the Balance: An Inquiry Approach to Critical Thinking , Indianapolis: Hackett, 2nd edition.
  • –––, 2021, “Inquiry: Teaching for Reasoned Judgment”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 31–46. doi: 10.1163/9789004444591_003
  • Bailin, Sharon, Roland Case, Jerrold R. Coombs, and Leroi B. Daniels, 1999a, “Common Misconceptions of Critical Thinking”, Journal of Curriculum Studies , 31(3): 269–283. doi:10.1080/002202799183124
  • –––, 1999b, “Conceptualizing Critical Thinking”, Journal of Curriculum Studies , 31(3): 285–302. doi:10.1080/002202799183133
  • Blair, J. Anthony, 2021, Studies in Critical Thinking , Windsor, ON: Windsor Studies in Argumentation, 2nd edition. [Available online at https://windsor.scholarsportal.info/omp/index.php/wsia/catalog/book/106]
  • Berman, Alan M., Seth J. Schwartz, William M. Kurtines, and Steven L. Berman, 2001, “The Process of Exploration in Identity Formation: The Role of Style and Competence”, Journal of Adolescence , 24(4): 513–528. doi:10.1006/jado.2001.0386
  • Black, Beth (ed.), 2012, An A to Z of Critical Thinking , London: Continuum International Publishing Group.
  • Bloom, Benjamin Samuel, Max D. Engelhart, Edward J. Furst, Walter H. Hill, and David R. Krathwohl, 1956, Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I: Cognitive Domain , New York: David McKay.
  • Boardman, Frank, Nancy M. Cavender, and Howard Kahane, 2018, Logic and Contemporary Rhetoric: The Use of Reason in Everyday Life , Boston: Cengage, 13th edition.
  • Browne, M. Neil and Stuart M. Keeley, 2018, Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking , Hoboken, NJ: Pearson, 12th edition.
  • Center for Assessment & Improvement of Learning, 2017, Critical Thinking Assessment Test , Cookeville, TN: Tennessee Technological University.
  • Cleghorn, Paul. 2021. “Critical Thinking in the Elementary School: Practical Guidance for Building a Culture of Thinking”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessmen t, Leiden: Brill, pp. 150–167. doi: 10.1163/9789004444591_010
  • Cohen, Jacob, 1988, Statistical Power Analysis for the Behavioral Sciences , Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, 2nd edition.
  • College Board, 1983, Academic Preparation for College. What Students Need to Know and Be Able to Do , New York: College Entrance Examination Board, ERIC document ED232517.
  • Commission on the Relation of School and College of the Progressive Education Association, 1943, Thirty Schools Tell Their Story , Volume V of Adventure in American Education , New York and London: Harper & Brothers.
  • Council for Aid to Education, 2017, CLA+ Student Guide . Available at http://cae.org/images/uploads/pdf/CLA_Student_Guide_Institution.pdf ; last accessed 2022 07 16.
  • Dalgleish, Adam, Patrick Girard, and Maree Davies, 2017, “Critical Thinking, Bias and Feminist Philosophy: Building a Better Framework through Collaboration”, Informal Logic , 37(4): 351–369. [ Dalgleish et al. available online ]
  • Dewey, John, 1910, How We Think , Boston: D.C. Heath. [ Dewey 1910 available online ]
  • –––, 1916, Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of Education , New York: Macmillan.
  • –––, 1933, How We Think: A Restatement of the Relation of Reflective Thinking to the Educative Process , Lexington, MA: D.C. Heath.
  • –––, 1936, “The Theory of the Chicago Experiment”, Appendix II of Mayhew & Edwards 1936: 463–477.
  • –––, 1938, Logic: The Theory of Inquiry , New York: Henry Holt and Company.
  • Dominguez, Caroline (coord.), 2018a, A European Collection of the Critical Thinking Skills and Dispositions Needed in Different Professional Fields for the 21st Century , Vila Real, Portugal: UTAD. Available at http://bit.ly/CRITHINKEDUO1 ; last accessed 2022 07 16.
  • ––– (coord.), 2018b, A European Review on Critical Thinking Educational Practices in Higher Education Institutions , Vila Real: UTAD. Available at http://bit.ly/CRITHINKEDUO2 ; last accessed 2022 07 16.
  • ––– (coord.), 2018c, The CRITHINKEDU European Course on Critical Thinking Education for University Teachers: From Conception to Delivery , Vila Real: UTAD. Available at http:/bit.ly/CRITHINKEDU03; last accessed 2022 07 16.
  • Dominguez Caroline and Rita Payan-Carreira (eds.), 2019, Promoting Critical Thinking in European Higher Education Institutions: Towards an Educational Protocol , Vila Real: UTAD. Available at http:/bit.ly/CRITHINKEDU04; last accessed 2022 07 16.
  • Ennis, Robert H., 1958, “An Appraisal of the Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal”, The Journal of Educational Research , 52(4): 155–158. doi:10.1080/00220671.1958.10882558
  • –––, 1962, “A Concept of Critical Thinking: A Proposed Basis for Research on the Teaching and Evaluation of Critical Thinking Ability”, Harvard Educational Review , 32(1): 81–111.
  • –––, 1981a, “A Conception of Deductive Logical Competence”, Teaching Philosophy , 4(3/4): 337–385. doi:10.5840/teachphil198143/429
  • –––, 1981b, “Eight Fallacies in Bloom’s Taxonomy”, in C. J. B. Macmillan (ed.), Philosophy of Education 1980: Proceedings of the Thirty-seventh Annual Meeting of the Philosophy of Education Society , Bloomington, IL: Philosophy of Education Society, pp. 269–273.
  • –––, 1984, “Problems in Testing Informal Logic, Critical Thinking, Reasoning Ability”, Informal Logic , 6(1): 3–9. [ Ennis 1984 available online ]
  • –––, 1987, “A Taxonomy of Critical Thinking Dispositions and Abilities”, in Joan Boykoff Baron and Robert J. Sternberg (eds.), Teaching Thinking Skills: Theory and Practice , New York: W. H. Freeman, pp. 9–26.
  • –––, 1989, “Critical Thinking and Subject Specificity: Clarification and Needed Research”, Educational Researcher , 18(3): 4–10. doi:10.3102/0013189X018003004
  • –––, 1991, “Critical Thinking: A Streamlined Conception”, Teaching Philosophy , 14(1): 5–24. doi:10.5840/teachphil19911412
  • –––, 1996, “Critical Thinking Dispositions: Their Nature and Assessability”, Informal Logic , 18(2–3): 165–182. [ Ennis 1996 available online ]
  • –––, 1998, “Is Critical Thinking Culturally Biased?”, Teaching Philosophy , 21(1): 15–33. doi:10.5840/teachphil19982113
  • –––, 2011, “Critical Thinking: Reflection and Perspective Part I”, Inquiry: Critical Thinking across the Disciplines , 26(1): 4–18. doi:10.5840/inquiryctnews20112613
  • –––, 2013, “Critical Thinking across the Curriculum: The Wisdom CTAC Program”, Inquiry: Critical Thinking across the Disciplines , 28(2): 25–45. doi:10.5840/inquiryct20132828
  • –––, 2016, “Definition: A Three-Dimensional Analysis with Bearing on Key Concepts”, in Patrick Bondy and Laura Benacquista (eds.), Argumentation, Objectivity, and Bias: Proceedings of the 11th International Conference of the Ontario Society for the Study of Argumentation (OSSA), 18–21 May 2016 , Windsor, ON: OSSA, pp. 1–19. Available at http://scholar.uwindsor.ca/ossaarchive/OSSA11/papersandcommentaries/105 ; last accessed 2022 07 16.
  • –––, 2018, “Critical Thinking Across the Curriculum: A Vision”, Topoi , 37(1): 165–184. doi:10.1007/s11245-016-9401-4
  • Ennis, Robert H., and Jason Millman, 1971, Manual for Cornell Critical Thinking Test, Level X, and Cornell Critical Thinking Test, Level Z , Urbana, IL: Critical Thinking Project, University of Illinois.
  • Ennis, Robert H., Jason Millman, and Thomas Norbert Tomko, 1985, Cornell Critical Thinking Tests Level X & Level Z: Manual , Pacific Grove, CA: Midwest Publication, 3rd edition.
  • –––, 2005, Cornell Critical Thinking Tests Level X & Level Z: Manual , Seaside, CA: Critical Thinking Company, 5th edition.
  • Ennis, Robert H. and Eric Weir, 1985, The Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test: Test, Manual, Criteria, Scoring Sheet: An Instrument for Teaching and Testing , Pacific Grove, CA: Midwest Publications.
  • Facione, Peter A., 1990a, Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for Purposes of Educational Assessment and Instruction , Research Findings and Recommendations Prepared for the Committee on Pre-College Philosophy of the American Philosophical Association, ERIC Document ED315423.
  • –––, 1990b, California Critical Thinking Skills Test, CCTST – Form A , Millbrae, CA: The California Academic Press.
  • –––, 1990c, The California Critical Thinking Skills Test--College Level. Technical Report #3. Gender, Ethnicity, Major, CT Self-Esteem, and the CCTST , ERIC Document ED326584.
  • –––, 1992, California Critical Thinking Skills Test: CCTST – Form B, Millbrae, CA: The California Academic Press.
  • –––, 2000, “The Disposition Toward Critical Thinking: Its Character, Measurement, and Relationship to Critical Thinking Skill”, Informal Logic , 20(1): 61–84. [ Facione 2000 available online ]
  • Facione, Peter A. and Noreen C. Facione, 1992, CCTDI: A Disposition Inventory , Millbrae, CA: The California Academic Press.
  • Facione, Peter A., Noreen C. Facione, and Carol Ann F. Giancarlo, 2001, California Critical Thinking Disposition Inventory: CCTDI: Inventory Manual , Millbrae, CA: The California Academic Press.
  • Facione, Peter A., Carol A. Sánchez, and Noreen C. Facione, 1994, Are College Students Disposed to Think? , Millbrae, CA: The California Academic Press. ERIC Document ED368311.
  • Fisher, Alec, and Michael Scriven, 1997, Critical Thinking: Its Definition and Assessment , Norwich: Centre for Research in Critical Thinking, University of East Anglia.
  • Freire, Paulo, 1968 [1970], Pedagogia do Oprimido . Translated as Pedagogy of the Oppressed , Myra Bergman Ramos (trans.), New York: Continuum, 1970.
  • Gigerenzer, Gerd, 2001, “The Adaptive Toolbox”, in Gerd Gigerenzer and Reinhard Selten (eds.), Bounded Rationality: The Adaptive Toolbox , Cambridge, MA: MIT Press, pp. 37–50.
  • Glaser, Edward Maynard, 1941, An Experiment in the Development of Critical Thinking , New York: Bureau of Publications, Teachers College, Columbia University.
  • Groarke, Leo A. and Christopher W. Tindale, 2012, Good Reasoning Matters! A Constructive Approach to Critical Thinking , Don Mills, ON: Oxford University Press, 5th edition.
  • Halpern, Diane F., 1998, “Teaching Critical Thinking for Transfer Across Domains: Disposition, Skills, Structure Training, and Metacognitive Monitoring”, American Psychologist , 53(4): 449–455. doi:10.1037/0003-066X.53.4.449
  • –––, 2016, Manual: Halpern Critical Thinking Assessment , Mödling, Austria: Schuhfried. Available at https://pdfcoffee.com/hcta-test-manual-pdf-free.html; last accessed 2022 07 16.
  • Hamby, Benjamin, 2014, The Virtues of Critical Thinkers , Doctoral dissertation, Philosophy, McMaster University. [ Hamby 2014 available online ]
  • –––, 2015, “Willingness to Inquire: The Cardinal Critical Thinking Virtue”, in Martin Davies and Ronald Barnett (eds.), The Palgrave Handbook of Critical Thinking in Higher Education , New York: Palgrave Macmillan, pp. 77–87.
  • Haran, Uriel, Ilana Ritov, and Barbara A. Mellers, 2013, “The Role of Actively Open-minded Thinking in Information Acquisition, Accuracy, and Calibration”, Judgment and Decision Making , 8(3): 188–201.
  • Hatcher, Donald and Kevin Possin, 2021, “Commentary: Thinking Critically about Critical Thinking Assessment”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 298–322. doi: 10.1163/9789004444591_017
  • Haynes, Ada, Elizabeth Lisic, Kevin Harris, Katie Leming, Kyle Shanks, and Barry Stein, 2015, “Using the Critical Thinking Assessment Test (CAT) as a Model for Designing Within-Course Assessments: Changing How Faculty Assess Student Learning”, Inquiry: Critical Thinking Across the Disciplines , 30(3): 38–48. doi:10.5840/inquiryct201530316
  • Haynes, Ada and Barry Stein, 2021, “Observations from a Long-Term Effort to Assess and Improve Critical Thinking”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 231–254. doi: 10.1163/9789004444591_014
  • Hiner, Amanda L. 2021. “Equipping Students for Success in College and Beyond: Placing Critical Thinking Instruction at the Heart of a General Education Program”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 188–208. doi: 10.1163/9789004444591_012
  • Hitchcock, David, 2017, “Critical Thinking as an Educational Ideal”, in his On Reasoning and Argument: Essays in Informal Logic and on Critical Thinking , Dordrecht: Springer, pp. 477–497. doi:10.1007/978-3-319-53562-3_30
  • –––, 2021, “Seven Philosophical Implications of Critical Thinking: Themes, Variations, Implications”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 9–30. doi: 10.1163/9789004444591_002
  • hooks, bell, 1994, Teaching to Transgress: Education as the Practice of Freedom , New York and London: Routledge.
  • –––, 2010, Teaching Critical Thinking: Practical Wisdom , New York and London: Routledge.
  • Johnson, Ralph H., 1992, “The Problem of Defining Critical Thinking”, in Stephen P, Norris (ed.), The Generalizability of Critical Thinking , New York: Teachers College Press, pp. 38–53.
  • Kahane, Howard, 1971, Logic and Contemporary Rhetoric: The Use of Reason in Everyday Life , Belmont, CA: Wadsworth.
  • Kahneman, Daniel, 2011, Thinking, Fast and Slow , New York: Farrar, Straus and Giroux.
  • Kahneman, Daniel, Olivier Sibony, & Cass R. Sunstein, 2021, Noise: A Flaw in Human Judgment , New York: Little, Brown Spark.
  • Kenyon, Tim, and Guillaume Beaulac, 2014, “Critical Thinking Education and Debasing”, Informal Logic , 34(4): 341–363. [ Kenyon & Beaulac 2014 available online ]
  • Krathwohl, David R., Benjamin S. Bloom, and Bertram B. Masia, 1964, Taxonomy of Educational Objectives, Handbook II: Affective Domain , New York: David McKay.
  • Kuhn, Deanna, 1991, The Skills of Argument , New York: Cambridge University Press. doi:10.1017/CBO9780511571350
  • –––, 2019, “Critical Thinking as Discourse”, Human Development, 62 (3): 146–164. doi:10.1159/000500171
  • Lipman, Matthew, 1987, “Critical Thinking–What Can It Be?”, Analytic Teaching , 8(1): 5–12. [ Lipman 1987 available online ]
  • –––, 2003, Thinking in Education , Cambridge: Cambridge University Press, 2nd edition.
  • Loftus, Elizabeth F., 2017, “Eavesdropping on Memory”, Annual Review of Psychology , 68: 1–18. doi:10.1146/annurev-psych-010416-044138
  • Makaiau, Amber Strong, 2021, “The Good Thinker’s Tool Kit: How to Engage Critical Thinking and Reasoning in Secondary Education”, in Daniel Fasko, Jr. and Frank Fair (eds.), Critical Thinking and Reasoning: Theory, Development, Instruction, and Assessment , Leiden: Brill, pp. 168–187. doi: 10.1163/9789004444591_011
  • Martin, Jane Roland, 1992, “Critical Thinking for a Humane World”, in Stephen P. Norris (ed.), The Generalizability of Critical Thinking , New York: Teachers College Press, pp. 163–180.
  • Mayhew, Katherine Camp, and Anna Camp Edwards, 1936, The Dewey School: The Laboratory School of the University of Chicago, 1896–1903 , New York: Appleton-Century. [ Mayhew & Edwards 1936 available online ]
  • McPeck, John E., 1981, Critical Thinking and Education , New York: St. Martin’s Press.
  • Moore, Brooke Noel and Richard Parker, 2020, Critical Thinking , New York: McGraw-Hill, 13th edition.
  • Nickerson, Raymond S., 1998, “Confirmation Bias: A Ubiquitous Phenomenon in Many Guises”, Review of General Psychology , 2(2): 175–220. doi:10.1037/1089-2680.2.2.175
  • Nieto, Ana Maria, and Jorge Valenzuela, 2012, “A Study of the Internal Structure of Critical Thinking Dispositions”, Inquiry: Critical Thinking across the Disciplines , 27(1): 31–38. doi:10.5840/inquiryct20122713
  • Norris, Stephen P., 1985, “Controlling for Background Beliefs When Developing Multiple-choice Critical Thinking Tests”, Educational Measurement: Issues and Practice , 7(3): 5–11. doi:10.1111/j.1745-3992.1988.tb00437.x
  • Norris, Stephen P. and Robert H. Ennis, 1989, Evaluating Critical Thinking (The Practitioners’ Guide to Teaching Thinking Series), Pacific Grove, CA: Midwest Publications.
  • Norris, Stephen P. and Ruth Elizabeth King, 1983, Test on Appraising Observations , St. John’s, NL: Institute for Educational Research and Development, Memorial University of Newfoundland.
  • –––, 1984, The Design of a Critical Thinking Test on Appraising Observations , St. John’s, NL: Institute for Educational Research and Development, Memorial University of Newfoundland. ERIC Document ED260083.
  • –––, 1985, Test on Appraising Observations: Manual , St. John’s, NL: Institute for Educational Research and Development, Memorial University of Newfoundland.
  • –––, 1990a, Test on Appraising Observations , St. John’s, NL: Institute for Educational Research and Development, Memorial University of Newfoundland, 2nd edition.
  • –––, 1990b, Test on Appraising Observations: Manual , St. John’s, NL: Institute for Educational Research and Development, Memorial University of Newfoundland, 2nd edition.
  • OCR [Oxford, Cambridge and RSA Examinations], 2011, AS/A Level GCE: Critical Thinking – H052, H452 , Cambridge: OCR. Past papers available at https://pastpapers.co/ocr/?dir=A-Level/Critical-Thinking-H052-H452; last accessed 2022 07 16.
  • Ontario Ministry of Education, 2013, The Ontario Curriculum Grades 9 to 12: Social Sciences and Humanities . Available at http://www.edu.gov.on.ca/eng/curriculum/secondary/ssciences9to122013.pdf ; last accessed 2022 07 16.
  • Passmore, John Arthur, 1980, The Philosophy of Teaching , London: Duckworth.
  • Paul, Richard W., 1981, “Teaching Critical Thinking in the ‘Strong’ Sense: A Focus on Self-Deception, World Views, and a Dialectical Mode of Analysis”, Informal Logic , 4(2): 2–7. [ Paul 1981 available online ]
  • –––, 1984, “Critical Thinking: Fundamental to Education for a Free Society”, Educational Leadership , 42(1): 4–14.
  • –––, 1985, “McPeck’s Mistakes”, Informal Logic , 7(1): 35–43. [ Paul 1985 available online ]
  • Paul, Richard W. and Linda Elder, 2006, The Miniature Guide to Critical Thinking: Concepts and Tools , Dillon Beach, CA: Foundation for Critical Thinking, 4th edition.
  • Payette, Patricia, and Edna Ross, 2016, “Making a Campus-Wide Commitment to Critical Thinking: Insights and Promising Practices Utilizing the Paul-Elder Approach at the University of Louisville”, Inquiry: Critical Thinking Across the Disciplines , 31(1): 98–110. doi:10.5840/inquiryct20163118
  • Possin, Kevin, 2008, “A Field Guide to Critical-Thinking Assessment”, Teaching Philosophy , 31(3): 201–228. doi:10.5840/teachphil200831324
  • –––, 2013a, “Some Problems with the Halpern Critical Thinking Assessment (HCTA) Test”, Inquiry: Critical Thinking across the Disciplines , 28(3): 4–12. doi:10.5840/inquiryct201328313
  • –––, 2013b, “A Serious Flaw in the Collegiate Learning Assessment (CLA) Test”, Informal Logic , 33(3): 390–405. [ Possin 2013b available online ]
  • –––, 2013c, “A Fatal Flaw in the Collegiate Learning Assessment Test”, Assessment Update , 25 (1): 8–12.
  • –––, 2014, “Critique of the Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal Test: The More You Know, the Lower Your Score”, Informal Logic , 34(4): 393–416. [ Possin 2014 available online ]
  • –––, 2020, “CAT Scan: A Critical Review of the Critical-Thinking Assessment Test”, Informal Logic , 40 (3): 489–508. [Available online at https://informallogic.ca/index.php/informal_logic/article/view/6243]
  • Rawls, John, 1971, A Theory of Justice , Cambridge, MA: Harvard University Press.
  • Rear, David, 2019, “One Size Fits All? The Limitations of Standardised Assessment in Critical Thinking”, Assessment & Evaluation in Higher Education , 44(5): 664–675. doi: 10.1080/02602938.2018.1526255
  • Rousseau, Jean-Jacques, 1762, Émile , Amsterdam: Jean Néaulme.
  • Scheffler, Israel, 1960, The Language of Education , Springfield, IL: Charles C. Thomas.
  • Scriven, Michael, and Richard W. Paul, 1987, Defining Critical Thinking , Draft statement written for the National Council for Excellence in Critical Thinking Instruction. Available at http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766 ; last accessed 2022 07 16.
  • Sheffield, Clarence Burton Jr., 2018, “Promoting Critical Thinking in Higher Education: My Experiences as the Inaugural Eugene H. Fram Chair in Applied Critical Thinking at Rochester Institute of Technology”, Topoi , 37(1): 155–163. doi:10.1007/s11245-016-9392-1
  • Siegel, Harvey, 1985, “McPeck, Informal Logic and the Nature of Critical Thinking”, in David Nyberg (ed.), Philosophy of Education 1985: Proceedings of the Forty-First Annual Meeting of the Philosophy of Education Society , Normal, IL: Philosophy of Education Society, pp. 61–72.
  • –––, 1988, Educating Reason: Rationality, Critical Thinking, and Education , New York: Routledge.
  • –––, 1999, “What (Good) Are Thinking Dispositions?”, Educational Theory , 49(2): 207–221. doi:10.1111/j.1741-5446.1999.00207.x
  • Simon, Herbert A., 1956, “Rational Choice and the Structure of the Environment”, Psychological Review , 63(2): 129–138. doi: 10.1037/h0042769
  • Simpson, Elizabeth, 1966–67, “The Classification of Educational Objectives: Psychomotor Domain”, Illinois Teacher of Home Economics , 10(4): 110–144, ERIC document ED0103613. [ Simpson 1966–67 available online ]
  • Skolverket, 2018, Curriculum for the Compulsory School, Preschool Class and School-age Educare , Stockholm: Skolverket, revised 2018. Available at https://www.skolverket.se/download/18.31c292d516e7445866a218f/1576654682907/pdf3984.pdf; last accessed 2022 07 15.
  • Smith, B. Othanel, 1953, “The Improvement of Critical Thinking”, Progressive Education , 30(5): 129–134.
  • Smith, Eugene Randolph, Ralph Winfred Tyler, and the Evaluation Staff, 1942, Appraising and Recording Student Progress , Volume III of Adventure in American Education , New York and London: Harper & Brothers.
  • Splitter, Laurance J., 1987, “Educational Reform through Philosophy for Children”, Thinking: The Journal of Philosophy for Children , 7(2): 32–39. doi:10.5840/thinking1987729
  • Stanovich Keith E., and Paula J. Stanovich, 2010, “A Framework for Critical Thinking, Rational Thinking, and Intelligence”, in David D. Preiss and Robert J. Sternberg (eds), Innovations in Educational Psychology: Perspectives on Learning, Teaching and Human Development , New York: Springer Publishing, pp 195–237.
  • Stanovich Keith E., Richard F. West, and Maggie E. Toplak, 2011, “Intelligence and Rationality”, in Robert J. Sternberg and Scott Barry Kaufman (eds.), Cambridge Handbook of Intelligence , Cambridge: Cambridge University Press, 3rd edition, pp. 784–826. doi:10.1017/CBO9780511977244.040
  • Tankersley, Karen, 2005, Literacy Strategies for Grades 4–12: Reinforcing the Threads of Reading , Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
  • Thayer-Bacon, Barbara J., 1992, “Is Modern Critical Thinking Theory Sexist?”, Inquiry: Critical Thinking Across the Disciplines , 10(1): 3–7. doi:10.5840/inquiryctnews199210123
  • –––, 1993, “Caring and Its Relationship to Critical Thinking”, Educational Theory , 43(3): 323–340. doi:10.1111/j.1741-5446.1993.00323.x
  • –––, 1995a, “Constructive Thinking: Personal Voice”, Journal of Thought , 30(1): 55–70.
  • –––, 1995b, “Doubting and Believing: Both are Important for Critical Thinking”, Inquiry: Critical Thinking across the Disciplines , 15(2): 59–66. doi:10.5840/inquiryctnews199515226
  • –––, 2000, Transforming Critical Thinking: Thinking Constructively , New York: Teachers College Press.
  • Toulmin, Stephen Edelston, 1958, The Uses of Argument , Cambridge: Cambridge University Press.
  • Turri, John, Mark Alfano, and John Greco, 2017, “Virtue Epistemology”, in Edward N. Zalta (ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Winter 2017 Edition). URL = < https://plato.stanford.edu/archives/win2017/entries/epistemology-virtue/ >
  • Vincent-Lancrin, Stéphan, Carlos González-Sancho, Mathias Bouckaert, Federico de Luca, Meritxell Fernández-Barrerra, Gwénaël Jacotin, Joaquin Urgel, and Quentin Vidal, 2019, Fostering Students’ Creativity and Critical Thinking: What It Means in School. Educational Research and Innovation , Paris: OECD Publishing.
  • Warren, Karen J. 1988. “Critical Thinking and Feminism”, Informal Logic , 10(1): 31–44. [ Warren 1988 available online ]
  • Watson, Goodwin, and Edward M. Glaser, 1980a, Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal, Form A , San Antonio, TX: Psychological Corporation.
  • –––, 1980b, Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal: Forms A and B; Manual , San Antonio, TX: Psychological Corporation,
  • –––, 1994, Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal, Form B , San Antonio, TX: Psychological Corporation.
  • Weinstein, Mark, 1990, “Towards a Research Agenda for Informal Logic and Critical Thinking”, Informal Logic , 12(3): 121–143. [ Weinstein 1990 available online ]
  • –––, 2013, Logic, Truth and Inquiry , London: College Publications.
  • Willingham, Daniel T., 2019, “How to Teach Critical Thinking”, Education: Future Frontiers , 1: 1–17. [Available online at https://prod65.education.nsw.gov.au/content/dam/main-education/teaching-and-learning/education-for-a-changing-world/media/documents/How-to-teach-critical-thinking-Willingham.pdf.]
  • Zagzebski, Linda Trinkaus, 1996, Virtues of the Mind: An Inquiry into the Nature of Virtue and the Ethical Foundations of Knowledge , Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/CBO9781139174763
How to cite this entry . Preview the PDF version of this entry at the Friends of the SEP Society . Look up topics and thinkers related to this entry at the Internet Philosophy Ontology Project (InPhO). Enhanced bibliography for this entry at PhilPapers , with links to its database.
  • Association for Informal Logic and Critical Thinking (AILACT)
  • Critical Thinking Across the European Higher Education Curricula (CRITHINKEDU)
  • Critical Thinking Definition, Instruction, and Assessment: A Rigorous Approach
  • Critical Thinking Research (RAIL)
  • Foundation for Critical Thinking
  • Insight Assessment
  • Partnership for 21st Century Learning (P21)
  • The Critical Thinking Consortium
  • The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities , by Robert H. Ennis

abilities | bias, implicit | children, philosophy for | civic education | decision-making capacity | Dewey, John | dispositions | education, philosophy of | epistemology: virtue | logic: informal

Copyright © 2022 by David Hitchcock < hitchckd @ mcmaster . ca >

  • Accessibility

Support SEP

Mirror sites.

View this site from another server:

  • Info about mirror sites

The Stanford Encyclopedia of Philosophy is copyright © 2024 by The Metaphysics Research Lab , Department of Philosophy, Stanford University

Library of Congress Catalog Data: ISSN 1095-5054

Kompas.com

  • Mode Terang
  • Gabung Kompas.com+
  • Konten yang disimpan
  • Konten yang disukai
  • Berikan Masukanmu

www.kompas.com

  • Megapolitan
  • Surat Pembaca
  • Kilas Daerah
  • Kilas Korporasi
  • Kilas Kementerian
  • Sorot Politik
  • Kilas Badan Negara
  • Kelana Indonesia
  • Kalbe Health Corner
  • Kilas Parlemen
  • Konsultasi Hukum
  • Infrastructure
  • Apps & OS
  • Tech Innovation
  • Kilas Internet
  • Elektrifikasi
  • Timnas Indonesia
  • Liga Indonesia
  • Liga Italia
  • Liga Champions
  • Liga Inggris
  • Liga Spanyol
  • Internasional
  • Sadar Stunting
  • Spend Smart
  • Smartpreneur
  • Kilas Badan
  • Kilas Transportasi
  • Kilas Fintech
  • Kilas Perbankan
  • Tanya Pajak
  • Sorot Properti
  • Tips Kuliner
  • Tempat Makan
  • Panduan Kuliner Yogyakarta
  • Beranda UMKM
  • Jagoan Lokal
  • Perguruan Tinggi
  • Pendidikan Khusus
  • Kilas Pendidikan
  • Jalan Jalan
  • Travel Tips
  • Hotel Story
  • Travel Update
  • Nawa Cahaya
  • Ohayo Jepang
  • Kehidupan sehat dan sejahtera
  • Air bersih dan sanitasi layak
  • Pendidikan Berkualitas
  • Energi Bersih dan Terjangkau
  • Penanganan Perubahan Iklim
  • Ekosistem Lautan
  • Ekosistem Daratan
  • Tanpa Kemiskinan
  • Tanpa Kelaparan
  • Kesetaraan Gender
  • Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
  • Industri, Inovasi & Infrastruktur
  • Berkurangnya Kesenjangan
  • Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
  • Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab

Cantikpreneurship

Pentingnya Berpikir Kritis Sebagai Benteng Diri di Era Kini

Kompas.com tren.

Medio by KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar ( podcast ) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: [email protected]

Salah satu elemen penting di era modern ini adalah berpikir kritis.

Penulis: Alifia Putri Yudanti & Brigitta Valencia Bellion

KOMPAS.com - Perkembangan zaman adalah salah satu fenomena yang tak dapat dihindari. Agar tetap teguh pada prinsip hidup, diperlukan kiat-kiat–yang pastinya membutuhkan tekad–untuk memulainya.

Salah satu elemen penting di era modern ini adalah berpikir kritis (critical thinking). Kritis sering kali diasosiasikan dengan melawan arus dan menyangkal seluruh argumen yang ada.

Padahal, dari etimologi katanya, yaitu kritikos (bahasa Yunani), ia memiliki makna tak hanya menunjukkan kesalahan tapi juga memberi solusi.

“ Berpikir kritis diperlukan agar kita bisa berpegang teguh dengan tujuan hidup yang terus diperjuangkan,” jelas Yogie Pranowo, Peneliti dan Dosen Filsafat, dalam siniar Obsesif bertajuk "Saring Sebelum Sharing, Kritis dalam Era Post-truth" .

Untuk mencapainya, pasti terdapat hambatan, baik dari faktor eksternal maupun internal, seperti kelemahan atau kekurangan diri, godaan dari lingkungan dan orang lain, serta kultur yang sangat cepat berubah.

Pada masa sekarang, kultur kita beralih ke dunia digital. Terkadang, hal itu membuat kita lupa akan identitas diri karena kecanduan memanfaatkan teknologi. Oleh karenanya, daya kritis diperlukan agar manusia dapat menentukan tujuan tanpa harus melibatkan mesin-mesin algoritma.

Selain mesin, manusia juga dapat berubah karena terbawa arus masyarakat. Sering kali kita terlena dengan hal-hal yang viral di media sosial sehingga takut untuk ketinggalan setiap detiknya.

Pada akhirnya, kita tak menikmati hidup karena terpapar gengsi sosial dan fear of missing out (FOMO).

Baca juga: Stres Tak Kunjung Mendapat Pekerjaan? Simak Tips Berikut!

Kiat-kiat berpikir kritis

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Agar mampu berpikir kritis, kita harus memiliki kesadaran terhadap tujuan hidup.

Meskipun berpikir kritis tampak sangat teoretis, kenyataannya ia adalah ilmu yang harus dipraktikkan. Dari situ, perlahan-lahan kita bisa menempatkan akal sehat (rasio) dan perasaan (emosi).

Yang perlu dilakukan pertama kali untuk melatih kita berpikir kritis adalah refleksi diri. Refleksi diri diperlukan agar kita kembali lagi dengan tujuan hidup. Latihlah diri untuk berefleksi dengan mempertanyakan setiap tindakan yang dilakukan; apakah berdampak baik atau buruk?

Menulis catatan kecil sebelum tidur juga merupakan salah satu upaya refleksi diri. Dengan menulis, kita akan mengevaluasi apa yang telah terjadi pada hari itu. Selain itu, kesadaran juga akan tercipta karena kita bisa melihat proses hidup melalui tulisan pada lembaran-lembaran kertas.

Hal kedua yang perlu dilakukan adalah bersikap rendah hati terhadap diri sendiri dan orang lain. Saat berdiskusi, pastinya kita juga akan menghadapi opini orang lain yang terkadang berseberangan.

Oleh karenanya, rendah hati dapat membuat kita lebih menghargai setiap informasi dan opini yang diterima.

Kiat ketiga yang disarankan oleh…

Tag spotify informasi kritis tujuan hidup berpikir.

#

Dikenal Luwes di Panggung, David NAIF Ternyata Pemalu

critical thinking adalah

Ahli Klaim Rumah Leluhur Manusia Modern ada di Botswana Afrika Selatan

critical thinking adalah

Pertama di Indonesia, RS Bali Gunakan Sistem Peringatan IGS dan ICCA

critical thinking adalah

Viral Layangan Putus, Kok Orang Percaya Cerita yang Belum Tentu Benar?

critical thinking adalah

TTS Eps 137: Yuk Lebaran

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

Keterbatasan Daya Logika

Terkini Lainnya

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Air kelapa muda vs air kelapa tua sehat mana ini beda dan manfaatnya, 3 artefak langka majapahit ditemukan di as, nilainya rp 6,5 miliar, perpanjang pajak stnk harus bawa ktp asli pemilik kendaraan, bagaimana jika sudah meninggal, tari rangkuk alu jadi google doodle hari ini, apa alasannya, now trending.

Indonesia Vs Uzbekistan, Ukir Sejarah Sepak Bola Nasional dengan Tinta Emas

Indonesia Vs Uzbekistan, Ukir Sejarah Sepak Bola Nasional dengan Tinta Emas

KPU: Syarat Partai Usung Cagub-Cawagub di Pilkada DKI 2024 Minimal 22 Kursi di DPRD

KPU: Syarat Partai Usung Cagub-Cawagub di Pilkada DKI 2024 Minimal 22 Kursi di DPRD

Saat Jokowi dan PM Lee Saling Kenalkan Calon Penerusnya

Saat Jokowi dan PM Lee Saling Kenalkan Calon Penerusnya

Andalan Timnas Indonesia, 2 Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya Berlaga di Semifinal Piala Asia U-23

Andalan Timnas Indonesia, 2 Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya Berlaga di Semifinal Piala Asia U-23

Prabowo Diprediksi Sulit Terima PKS, Ini Alasannya

Prabowo Diprediksi Sulit Terima PKS, Ini Alasannya

Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone, Dianggap Kurang Aman

Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone, Dianggap Kurang Aman

Prabowo Punya 2 Kriteria Utama Calon Menteri

Prabowo Punya 2 Kriteria Utama Calon Menteri

Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Mungkin anda melewatkan ini.

Sudah Dibuka, Simak Info Pendaftaran Pascasarjana UGM 2022 Gelombang 1

Sudah Dibuka, Simak Info Pendaftaran Pascasarjana UGM 2022 Gelombang 1

Mulai Hari Ini Wisatawan Asing yang Masuk Bali Bebas Karantina

Mulai Hari Ini Wisatawan Asing yang Masuk Bali Bebas Karantina

Sejarah Kyiv, Medan Pertempuran Ukraina-Rusia yang Sudah Berumur Puluhan Ribu Tahun

Sejarah Kyiv, Medan Pertempuran Ukraina-Rusia yang Sudah Berumur Puluhan Ribu Tahun

Kenali Gejala Dini Kerusakan Hati, dari Kelelahan hingga Penurunan Berat Badan

Kenali Gejala Dini Kerusakan Hati, dari Kelelahan hingga Penurunan Berat Badan

Hari Ini dalam Sejarah: Alexander Graham Bell Mematenkan Telepon

Hari Ini dalam Sejarah: Alexander Graham Bell Mematenkan Telepon

www.kompas.com

  • Entertainment
  • Pesona Indonesia
  • Artikel Terpopuler
  • Artikel Terkini
  • Topik Pilihan
  • Artikel Headline
  • Harian KOMPAS
  • Kompasiana.com
  • Pasangiklan.com
  • Gramedia.com
  • Gramedia Digital
  • Gridoto.com
  • Bolasport.com
  • Kontan.co.id
  • Kabar Palmerah
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Kompas.com

  • Mode Terang
  • Gabung Kompas.com+
  • Konten yang disimpan
  • Konten yang disukai
  • Berikan Masukanmu

www.kompas.com

  • Megapolitan
  • Surat Pembaca
  • Kilas Daerah
  • Kilas Korporasi
  • Kilas Kementerian
  • Sorot Politik
  • Kilas Badan Negara
  • Kelana Indonesia
  • Kalbe Health Corner
  • Kilas Parlemen
  • Konsultasi Hukum
  • Infrastructure
  • Apps & OS
  • Tech Innovation
  • Kilas Internet
  • Elektrifikasi
  • Timnas Indonesia
  • Liga Indonesia
  • Liga Italia
  • Liga Champions
  • Liga Inggris
  • Liga Spanyol
  • Internasional
  • Sadar Stunting
  • Spend Smart
  • Smartpreneur
  • Kilas Badan
  • Kilas Transportasi
  • Kilas Fintech
  • Kilas Perbankan
  • Tanya Pajak
  • Sorot Properti
  • Tips Kuliner
  • Tempat Makan
  • Panduan Kuliner Yogyakarta
  • Beranda UMKM
  • Jagoan Lokal
  • Perguruan Tinggi
  • Pendidikan Khusus
  • Kilas Pendidikan
  • Jalan Jalan
  • Travel Tips
  • Hotel Story
  • Travel Update
  • Nawa Cahaya
  • Ohayo Jepang
  • Kehidupan sehat dan sejahtera
  • Air bersih dan sanitasi layak
  • Pendidikan Berkualitas
  • Energi Bersih dan Terjangkau
  • Penanganan Perubahan Iklim
  • Ekosistem Lautan
  • Ekosistem Daratan
  • Tanpa Kemiskinan
  • Tanpa Kelaparan
  • Kesetaraan Gender
  • Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
  • Industri, Inovasi & Infrastruktur
  • Berkurangnya Kesenjangan
  • Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
  • Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab

Cantikpreneurship

Mahasiswa, Ini 6 Manfaat Berpikir Kritis

Kompas.com edu.

Logo Parapuan

Albertus Adit

Ilustrasi mahasiswa

KOMPAS.com - Ketika memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa harus memiliki pola pikir lebih dewasa. Salah satunya berpikir kritis.

Tentu, ini adalah bagian dari pengembangan soft skill mahasiswa yang perlu diasah ketika memulai pendidikan tinggi.

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa berpikir kritis atau critical thinking adalah proses kegiatan otak atau mentality untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan bertujuan menganalisis sebuah anggapan.

Baca juga: Mahasiswa IPB Racik Jamu Herbal untuk Ayam Broiler

Melansir laman Institut Teknologi Batam ( Iteba ), ini 6 manfaat berpikir kritis bagi mahasiswa:

1. Jadi lebih open minded

Manfaat berpikir kritis adalah dapat lebih terbuka terhadap perbedaan pendapat. Pada saat kamu menerima informasi baru atau mencari solusi tentang masalah yang ada, kamu tetap bisa objektif dengan sumber-sumber pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Jika kamu sudah mempunyai pengetahuan yang luas dan tetap dapat objektif saat melihat sesuatu, maka kamu akan lebih mudah untuk menerima informasi baru.

Kamu juga bisa menjadi lebih open minded saat menerima informasi baru, bahkan dari orang-orang yang memiliki perbedaan pandangan.

2. Masalah mudah selesai

Berpikir kritis juga bisa membuat kamu lebih mudah menyelesaikan masalah. Sebab, kamu akan menemukan benang merah dari permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi.

Kemampuan berpikir kritis ini juga bisa membantu kamu untuk mencari solusi. Dengan kata lain, berpikir kritis bisa meningkatkan kemampuan problem solving kamu.

Baca juga: ITS Inovasi Mesin Pemipil Jagung Otomatis

3. Salah persepsi diminimalisir

Jika kamu tak terbiasa berpikir kritis, salah persepsi akan jadi tantangan terbesar. Berpikir kritis dapat membuat kamu lebih mudah dalam menjabarkan pendapat dari orang lain dan tidak mudah percaya begitu saja.

Saat kamu tahu persepsi dari orang tersebut salah, kamu akan membantunya mencari kebenaran. Hal ini tentunya akan meminimalkan salah persepsi.

4. Mengetahui kemampuan diri

Manfaat berpikir kritis selanjutnya adalah kamu bisa lebih mengetahui kemampuan diri, khususnya saat menganalisis permasalahan secara kritis.

Kamu akan menemukan informasi baru yang sebelumnya belum diketahui. Hal tersebut akan membuatmu lebih paham terhadap kemampuan diri dan dapat mencari cara untuk bisa memperbaikinya.

5. Mampu berkomunikasi lebih baik

Secara tidak langsung, berpikir kritis bisa meningkatkan kemampuanmu berkomunikasi. Berpikir kritis dapat membuat kamu mengkomunikasikan ide-ide yang terlintas dalam kepala secara sistematis dan lebih informatif sehingga mudah dipahami orang lain.

Baca juga: Kini, Pendidikan Kedokteran Gigi Butuh Inovasi

6. Tak mudah dimanfaatkan orang lain

Kasus tentang merasuknya aliran agama yang berseberangan dengan ajaran-ajaran agama, seperti terorisme kian marak terjadi.

Salah satu objek yang seringkali menjadi korban adalah mahasiswa. Namun, hal itu tidak akan terjadi jika kamu terus mengasah soft skill berpikir kritis.

Tag mahasiswa soft skill manfaat berpikir kritis ITEBA Institut Teknologi Batam

#

ITS Inovasi Mesin Pemipil Jagung Otomatis

critical thinking adalah

Kini, Pendidikan Kedokteran Gigi Butuh Inovasi

critical thinking adalah

Mahasiswa UB Inovasi Tempurung Kelapa Jadi Baterai Mobil Listrik

critical thinking adalah

Mahasiswa UNY Inovasi Mi Jagung Sehat, Ini Cara Buatnya

critical thinking adalah

Mahasiswa ITS Inovasi Ultraviolet C Mampu Lawan Virus

critical thinking adalah

TTS Eps 137: Yuk Lebaran

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

Terpilih dalam BSCF 2024, 32 Tim Paduan Suara BPK Penabur Jakarta Siap Melaju di Ajang PICF 2024

Terkini Lainnya

Besok UTBK SNBT Gelombang 1, Cek Dokumen yang Harus Dibawa

Besok UTBK SNBT Gelombang 1, Cek Dokumen yang Harus Dibawa

PPG Prajabatan UNJ 2024 Telah Dibuka, Cek Jadwal dan Link Pendaftarannya

PPG Prajabatan UNJ 2024 Telah Dibuka, Cek Jadwal dan Link Pendaftarannya

3 PTN Buka Jalur Mandiri 2024 Tanpa Tes dan Tanpa Uang Pangkal

3 PTN Buka Jalur Mandiri 2024 Tanpa Tes dan Tanpa Uang Pangkal

Wisuda Universitas Yarsi, Rektor Tekankan Pentingnya Adaptasi dan Belajar Seumur Hidup

Wisuda Universitas Yarsi, Rektor Tekankan Pentingnya Adaptasi dan Belajar Seumur Hidup

Cek Ketentuan Fisik dan Nilai Rapor untuk Daftar Sekolah Tinggi Intelijen Negara

Cek Ketentuan Fisik dan Nilai Rapor untuk Daftar Sekolah Tinggi Intelijen Negara

Gandeng Perguruan Tinggi Indonesia, USAID Luncurkan Maker Innovation Space

Gandeng Perguruan Tinggi Indonesia, USAID Luncurkan Maker Innovation Space

Perhatikan Contoh Pakaian Peserta UTBK SNBT 2024

Perhatikan Contoh Pakaian Peserta UTBK SNBT 2024

Besaran UKT Unsoed 2024 Dicabut, Akan Ada Peraturan Baru

Besaran UKT Unsoed 2024 Dicabut, Akan Ada Peraturan Baru

Bangun Generasi Peduli Energi, Mischka dan Devon Jadi Duta Museum Listrik dan Energi Baru PLN

Bangun Generasi Peduli Energi, Mischka dan Devon Jadi Duta Museum Listrik dan Energi Baru PLN

Berapa UKT Jurusan Kedokteran Unsoed 2024? Cek Rincian Per Semester

Berapa UKT Jurusan Kedokteran Unsoed 2024? Cek Rincian Per Semester

Denah 44 Lokasi UTBK UGM Selama SNBT 2024

Denah 44 Lokasi UTBK UGM Selama SNBT 2024

5 Sekolah Kedinasan yang Boleh Mata Minus, STAN, STIN, dan STIS

5 Sekolah Kedinasan yang Boleh Mata Minus, STAN, STIN, dan STIS

SMMPTN Barat 2024 Dibuka 1 Mei, Cek Syarat dan Biaya Daftar

SMMPTN Barat 2024 Dibuka 1 Mei, Cek Syarat dan Biaya Daftar

5 Kampus Top Dunia yang Punya Jurusan Bahasa Indonesia

5 Kampus Top Dunia yang Punya Jurusan Bahasa Indonesia

UP dan Pertamina Foundation Jalin Kerja Sama Bidang Inovasi dan Teknologi

UP dan Pertamina Foundation Jalin Kerja Sama Bidang Inovasi dan Teknologi

Jadwal libur sekolah sd-sma bulan mei 2024, ada libur panjang 4 hari, ini 4 jalur ppdb 2024 untuk siswa sd, smp, sma, dan smk, berapa usia masuk tk, sd, smp, sma dan smk di ppdb 2024, ini rincian ukt unsoed 2024 untuk semua jurusan s1, kiat fathur raih skor 1.000 di utbk 2023 kemampuan kuantitatif, kisah la ode, lulusan cumlaude s3 unej yang jabat danbrigif kostrad, unpad buka pendaftaran beasiswa s2-s3, kuliah gratis dan biaya hidup, kriteria lulusan yang bisa daftar sekolah kedinasan kereta api, 6 ptn tanpa uang pangkal di jalur mandiri 2024, ini 6 ptn dengan ukt jurusan kedokteran di bawah rp 20 juta, now trending.

Indonesia Vs Uzbekistan, Ukir Sejarah Sepak Bola Nasional dengan Tinta Emas

Indonesia Vs Uzbekistan, Ukir Sejarah Sepak Bola Nasional dengan Tinta Emas

KPU: Syarat Partai Usung Cagub-Cawagub di Pilkada DKI 2024 Minimal 22 Kursi di DPRD

KPU: Syarat Partai Usung Cagub-Cawagub di Pilkada DKI 2024 Minimal 22 Kursi di DPRD

Saat Jokowi dan PM Lee Saling Kenalkan Calon Penerusnya

Saat Jokowi dan PM Lee Saling Kenalkan Calon Penerusnya

Andalan Timnas Indonesia, 2 Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya Berlaga di Semifinal Piala Asia U-23

Andalan Timnas Indonesia, 2 Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya Berlaga di Semifinal Piala Asia U-23

Prabowo Diprediksi Sulit Terima PKS, Ini Alasannya

Prabowo Diprediksi Sulit Terima PKS, Ini Alasannya

Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone, Dianggap Kurang Aman

Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone, Dianggap Kurang Aman

Prabowo Punya 2 Kriteria Utama Calon Menteri

Prabowo Punya 2 Kriteria Utama Calon Menteri

Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Mungkin anda melewatkan ini.

Pakar dari UPI Masuk Daftar Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia

Pakar dari UPI Masuk Daftar Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia

Dosen Psikologi UII: Jangan Mudah Berasumsi

Dosen Psikologi UII: Jangan Mudah Berasumsi

Adaro Logistics Buka Lowongan Kerja D4/S1, Ayo Daftar

Adaro Logistics Buka Lowongan Kerja D4/S1, Ayo Daftar

Pakar Hukum Unair: Kekerasan Seksual di Kampus Merupakan Problem Nyata

Pakar Hukum Unair: Kekerasan Seksual di Kampus Merupakan Problem Nyata

Tips Diet Sehat dari Ahli Gizi UGM

Tips Diet Sehat dari Ahli Gizi UGM

www.kompas.com

  • Entertainment
  • Pesona Indonesia
  • Artikel Terpopuler
  • Artikel Terkini
  • Topik Pilihan
  • Artikel Headline
  • Harian KOMPAS
  • Kompasiana.com
  • Pasangiklan.com
  • Gramedia.com
  • Gramedia Digital
  • Gridoto.com
  • Bolasport.com
  • Kontan.co.id
  • Kabar Palmerah
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

IMAGES

  1. why is Importance of Critical Thinking Skills in Education

    critical thinking adalah

  2. 6 Main Types of Critical Thinking Skills (With Examples)

    critical thinking adalah

  3. How to develop critical thinking skills?

    critical thinking adalah

  4. Critical thinking: an essential skill for every student

    critical thinking adalah

  5. Steps to Critical Thinking

    critical thinking adalah

  6. Critical Thinking Skills

    critical thinking adalah

VIDEO

  1. DESIGN THINKING STUNTING PROBLEM

  2. Ajak Anggota Untuk Critical Thinking

  3. KETERAMPILAN BERPIKIR. Menggunakan Critical Thinking "problem, thinking, solution

  4. Berfikir kritis

  5. SYSTEM THINKING

  6. How to Improve Your Critical Thinking Skills

COMMENTS

  1. Apa Itu Critical Thinking dan Mengapa Penting bagi Orang Indonesia?

    Sebenarnya tidak ada definisi tunggal tentang critical thinking.Para akademisi punya definisi berbeda tentang critical thinking.. Monash University dalam publikasi di situs resminya, menjelaskan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah jenis pemikiran di mana seseorang mempertanyakan, menganalisis, menafsirkan, dan membuat penilaian tentang sesuatu yang dibaca, didengar, dikatakan atau ...

  2. Berpikir kritis

    Berpikir kritis adalah cara berpikir manusia untuk merespon seseorang ... (1997) Critical Thinking: Its Definition and Assessment, Center for Research in Critical Thinking (Inggris)/Edgepress (AS). ISBN 0-9531796-0-5; Hamby, B.W. (2007) The Philosophy of Anything: Critical Thinking in Context. Kendall Hunt Publishing Company, Dubuque Iowa.

  3. Berpikir Kritis Adalah: Pengertian, Karakteristik, dan Manfaatnya

    Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terkadang manusia dilatih agar bisa berpikir kritis (critical thinking). Cara ini dilakukan agar manusia dapat mengatasi berbagai masalah dengan menemukan jalan keluar secara cepat dan tepat. ... Karakteristik yang pertama adalah watak, di mana seseorang yang berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat ...

  4. Critical Thinking Adalah: Pengertian, Manfaat, dan Cara Melatihnya

    Critical Thinking: Pengertian, Ciri, Manfaat, dan Cara Melatihnya. By GreatNusa. 30 Maret 2023. Bagikan Artikel. Critical thinking adalah proses berpikir yang melibatkan pikiran rasional serta melakukan serangkaian tahapan yang objektif untuk mengukur atau menilai sesuatu. Dalam prosesnya critical thinking selalu menuntut untuk tidak bergantung ...

  5. Berpikir Kritis

    Berdasarkan pengertian dari "berpikir" dan "kritis" yang telah diuraikan di atas, pengertian berpikir kritis atau critical thinking adalah proses aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan interaksi secara kompleks meliputi aktivitas tanya-jawab, penalaran, dan pemecahan masalah untuk membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah.

  6. Berpikir Kritis: Pengertian Ahli, Karakteristik, dan Manfaatnya

    Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah lebih sempurna. Berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia.

  7. Critical Thinking: Pengertian, Manfaat, Cara Membentuk, dan ...

    Critical thinking adalah kemampuan untuk berpikir secara rasional dan logis (sumber: pexels) Arti critical thinking adalah berpikir kritis di bahasa Indonesia. Secara mendetail, critical thinking artinya sebuah kemampuan berpikir secara rasional, menghubungkan antara ide dengan pemikiran logis sehingga menghasilkan keputusan terbaik.

  8. Berpikir Kritis: Arti, Manfaat, Cara Meningkatkan dan Contohnya

    Itu adalah paparan singkat tentang apa itu berpikir kritis atau critical thinking serta serangkaian manfaat dan cara meningkatkan kemampuan ini yang bisa kamu lakukan.. Dengan melatih soft skill ini, kamu dapat lebih mudah mengambil keputusan apapun secara objektif dan juga menyelesaikan pekerjaan secara optimal.. Jika ingin tahu berbagai macam tips lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ...

  9. Apa Itu Berpikir Kritis? Ini Manfaat dan Cara Mengasahnya

    1. Pengambilan keputusan yang lebih baik. Salah satu manfaat terbesar dari berpikir kritis adalah mampu membuat keputusan yang lebih baik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manfaat ini bisa diperoleh dari menganalisis bukti-bukti secara cermat. Dengan begitu, seseorang bisa menghindari keputusan yang impulsif atau asumsi semata.

  10. Critical Thinking: Pengertian dan Cara Meningkatkannya

    Critical thinking adalah suatu proses seseorang dalam berpikir kritis dan melibatkan pemikiran rasional serta objektif. Kemampuan berpikir kritis ini membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah.Arofah dan Nawantara dalam Pentingnya Critical Thinking Bagi Siswa dalam Menghadapi Society 5.0 menegaskan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dimiliki seorang individu agar dapat ...

  11. Pengertian Critical Thinking dan Bedanya Dengan Analytical Thinking

    Critical Thinking - Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu adalah critical thinking atau yang kerap disebut dengan sebuah proses berpikir kritis dalam setiap keadaan yang ada. Mungkin Grameds bertanya-tanya, apa pentingnya seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis.

  12. Manfaat Berpikir Kritis dan Cara Melakukannya

    Nah, berikut ini adalah cara yang bisa kamu lakukan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis: 1. Identifikasi masalah. Langkah pertama dalam berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya. Kamu perlu pisahkan mana saja informasi yang berupa fakta, asumsi, ataupun penilaian yang bias.

  13. Critical Thinking: Arti, Manfaat dan Bagaimana Pelaksanaannya

    Critical thinking atau berpikir secara kritis terutama dalam hal pengembangan bisnis adalah sesuatu yang sebaiknya dicoba untuk dilakukan. Terutama bagi pebisnis pemula, sangat penting berpikir di luar kebiasaan untuk menemukan banyak hal yang baru.

  14. Keterampilan Berpikir Kritis: Kenapa Penting Bagi Generasi Muda?

    Tahapan berikutnya adalah babak penyisihan dimana peserta akan diuji dengan sebanyak 50 pertanyaan berbentuk pilihan ganda terkait Categorizing, Pattern Analysis, Comparing, Ordering in Term of Size and Time, Analyzing Relationship, High Order Thinking Skills (HOTS). ... Kompetisi Critical Thinking Championship sudah diadakan sejak tahun 2021 ...

  15. Ini Dia 4 Contoh Critical Thinking dan Cara Mengembangkannya!

    Contoh Critical Thinking. Untuk memahami lebih dalam mengenai critical thinking, berikut ini adalah contoh umum dari pemikiran kritis itu sendiri, diantaranya: 1. Mengamati Masalah. Berpikir kritis memiliki manfaat utama yakni memudahkan Anda untuk mengobservasi atau mengamati suatu masalah yang terjadi.

  16. What Are Critical Thinking Skills and Why Are They Important?

    It makes you a well-rounded individual, one who has looked at all of their options and possible solutions before making a choice. According to the University of the People in California, having critical thinking skills is important because they are [ 1 ]: Universal. Crucial for the economy. Essential for improving language and presentation skills.

  17. Pengertian Cara Berpikir Kritis dan Metode Menanamkannya pada Anak

    Berikut ini adalah pengertian cara berpikir kritis dan cara atau metode menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Menuju konten utama. Tirto.ID . Pencarian. ... Hasil Final Critical Thinking Championship 2022: Ini Para Juaranya! Pendidikan . Jumat, 29 Juli 2022. Ada Workshop Critical Thinking Gratis 31 Juli 2022, Ayo Daftar!

  18. Critical Thinking

    Critical Thinking. Critical thinking is a widely accepted educational goal. Its definition is contested, but the competing definitions can be understood as differing conceptions of the same basic concept: careful thinking directed to a goal. Conceptions differ with respect to the scope of such thinking, the type of goal, the criteria and norms ...

  19. Pentingnya Berpikir Kritis Sebagai Benteng Diri di Era Kini

    Salah satu elemen penting di era modern ini adalah berpikir kritis (critical thinking). Kritis sering kali diasosiasikan dengan melawan arus dan menyangkal seluruh argumen yang ada. Padahal, dari etimologi katanya, yaitu kritikos (bahasa Yunani), ia memiliki makna tak hanya menunjukkan kesalahan tapi juga memberi solusi.

  20. PDF Critical Thinking, Intelectual Skills, Reasoning and Clinical Reasoning

    Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi informasi dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan dari pengamatan, pengalaman, ... critical thinking, dengan cara: (1) mengidentifikasikan tujuan; (2) menentukan

  21. Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

    Basic Critical Thinking. Berpikir kritis adalah kemampuan dalam menggunakan nalar pada tingkat tertinggi untuk berfikir secara jelas dan rasional tentang apa yang dikerjakan atau apa yang dipercayai.

  22. Mahasiswa, Ini 6 Manfaat Berpikir Kritis

    Tentu, ini adalah bagian dari pengembangan soft skill mahasiswa yang perlu diasah ketika memulai pendidikan tinggi. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa berpikir kritis atau critical thinking adalah proses kegiatan otak atau mentality untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan bertujuan menganalisis sebuah anggapan.

  23. PDF BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Berpikir Kritis (Critical Thinking

    Critical thinking adalah proses yang rumit, dan jika dilakukan dengan benar akan membantu dalam menilai ide-ide kompleks secara sistematis, sehingga masalahnya lebih mudah dipecahkan. Kecakapan critical thinking menggunakan pemikiran dasar menganalisis argumen dan membawa wawasan peserta didik pada setiap interpretasi, untuk meningkatkan pola ...