Oshigita's Page

"my personal webblog".

Oshigita's Page

Critical Thinking, Clinical Judgment dan Evidence Based Health Care dalam Asuhan Kehamilan

Oleh: Gita Kostania

Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan ataupun masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. Definisi lain menjelaskan bahwa asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu atau klien yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan (Varney, 1997) merupakan suatu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan berfokus pada klien. Langkah-langkah dari asuhan kebidanan yaitu: 1) pengumpulan data dasar; 2) interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah; 3) identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya; 4) menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasakan kondisi klien; 5) menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah sebelumnya; 6) pelaksanaan langsung asuhan secara efesien dan aman; 7) mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, dan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu hamil untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan, yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan manajemen kebidanan. Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan mampu menentukan kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan klien, dan mampu menginterpretasikan data-data tersebut dengan tepat sehingga diagnosis yang ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Kemudian dalam menatalaksana kasus, asuhan-asuhan yang diberikan bidan harus sesuai dengan bukti ilmiah yang terpercaya. Dalam proses ini, dibutuhkan keahlian bidan dalam berfikir kritis. Di bawah ini dijelaskan lebih rinci tentang keterkaitan antara proses berfikir kritis (critical thinking), penilaian klinis (clinical judgment) dan asuhan berdasarkan bukti (evidence based).

1. Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan

Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan. Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat: a. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi praktis d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks. Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur: a. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan masalah tersebut b. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan) d. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai e. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam f. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat g. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi h. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan i. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas k. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut. Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.

2. Clinical Judgment (Penilaian Klinis) dalam Asuhan Kebidanan

Kata penilaian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membuat keputusan logis/ rasional dan menentukan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Sedangkan kata klinis, berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, yang dibedakan antara konsep teori dan eksperimental; dan terdiri atas tanda-tanda klinis dari suatu masalah kesehatan. Berdasarkan uraian di atas, diuraikan bahwa penilaian klinis merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat diartikan juga sebagai suatu proses dimana perawat/ bidan menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan, kemudian membuat interpretasi data, dan diakhiri dengan penetapan diagnosis keperawatan/ kebidanan, kemudian mengidentifikasi tindakan keperawatan/ kebidanan yang tepat. Hal ini termasuk proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berfikir kritis. Maka, disimpulkan bahwa penilaian klinis merupakan bagian dari proses berfikir kritis.

3. Evidence Based Health Care (Perawatan Kesehatan Berdasarkan Bukti) dalam Asuhan Kebidanan

Evidence based health care merupakan penerapan berfikir kritis berdasarkan metode ilmiah yang digunakan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan. Salah satu tujuan penerapan evidence based health care adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya keputusan akhir dalam memberikan pelayanan kesehatan juga menggabungkan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan, pengalaman klinis dan kebijakan yang berlaku. Evidence based health care (perawatan kesehatan berbasis bukti) adalah penggunaan bukti/ hasil penelitian terbaik dan terbaru dalam membuat keputusan tentang perawatan pada individu atau pemberian layanan kesehatan. Bukti terbaik dan terbaru adalah informasi terkini terkait masalah kesehatan, berdasarkan hasil penelitian yang valid tentang efek dari berbagai bentuk perawatan kesehatan, potensi bahaya dari paparan agen khusus, akurasi tes diagnostik, dan kekuatan prediksi faktor prognostic. Perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence based health care), meliputi evidence based clinical practice / evidence based practice dan evidence based medicine. Evidence based practice (praktek klinis berbasis bukti) adalah sebuah pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan di mana tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) menggunakan bukti terbaik yang tersedia, dengan persetujuan klien/pasien, untuk memutuskan pilihan yang sesuai dan terbaik bagi klien/ pasien. Evidence based medicine (pengobatan berbasis bukti) adalah penggunaan metode pengobatan yang teliti, tegas dan bijaksana berdasarkan bukti terbaik saat ini, yang dilakukan dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien secara individual. Evidence based medicine berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis terbaik yang tersedia dari penelitian sistematis. Istilah evidence based medicine lebih ditujukan dalam pengobatan kedokteran. Terdapat istilah yang lebih khusus yang ditujukan dalam pelayanan kebidanan yaitu evidence based midwifery. Dalam ilmu keperawatan digunakan istilah evidence based nursing. Prinsip-prinsip dasar penerapan evidence based medicine-practice: 1) semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan ditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu (penelitian kuantitatif), 2) diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan, 3) dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku, 4) dilaksanakan berdasarkan pilihan klien/ pasien. Langkah-langkah dalam penerapan evidence based medicine-practice: 1. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien, masalah klinis atau pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien 2. Merumuskan pertanyaan klinis (rumusan masalah) yang mungkin, termasuk pertanyaan kritis dari kasus/ masalah ke dalam kategori, misal: desain studi dan tingkatan evidence 3. Melacak/ mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk menjawab pertanyaan 4. Penilaian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk validitas internal/ kebenaran bukti, (meliputi: kesalahan sistematis sebagai akibat dari bias seleksi, bias informasi dan faktor perancu; aspek kuantitatif dari diagnosis dan pengobatan; ukuran efek dan aspek presisi; hasil klinis; validitas eksternal atau generalisasi), dan kegunaan dalam praktrk klinis. 5. Penerapan hasil dalam praktek pada klien, dengan membuat keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut, dan atau mengintegrasikan bukti tersebut dengan pengalaman klinis dan faktor pasien/ klien dalam menentukan keputusan tersebut. 6. Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada klien. Untuk menggunakan hasil penelitian/ bukti sebagai referensi dalam memberikan perawatan pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/ review sistematis (evidence review/ systematic review) dari hasil penelitian-penelitian serupa. Tinjauan sistematis ini dapat kita lakukan sendiri atau menggunakan tinjauan sistematis yang sudah disusun dan dipublikasikan oleh seorang penulis (peneliti, akademisi, praktisi) yang ahli dibidangnya untuk memberikan rencana terperinci dan berulang tentang pencarian literatur dan evaluasi dari bukti-bukti tersebut. Setelah semua bukti terbaik dinilai, pengobatan/ perawatan dikategorikan sebagai: 1) mungkin bermanfaat, 2) mungkin berbahaya, atau 3) bukti tidak mendukung salah satu manfaat atau bahaya. Kualitas bukti dapat dinilai berdasarkan jenis sumber bukti (dari meta-analisis dan review sistematis uji klinis), faktor lainnya termasuk validitas statistik, relevansi klinis, keakuratan dan kekinian, dan penerimaan. Dalam evidence based medicine-practice kategori berbagai jenis evidence based dan tingkatan atau nilainya disesuaikan dengan kekuatan hasil penelitian dari berbagai jenis bias penelitian. Penilaian untuk menilai kualitas bukti berdasarkan US Preventive Services Task Force (USPSTF), dikategorikan menjadi: 1. Tingkat I: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode randomized controlled trial. 2. Tingkat II-1: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode controlled trials without randomization. 3. Tingkat II-2: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode studi kohort atau kasus control rancangan studi analitik, yang dilakukan pada lebih dari satu kelompok penelitian. 4. Tingkat II-3: bukti diperoleh dari beberapa rancangan penelitian time series design dengan atau tanpa intervensi. Hasil yang dramatis dalam uji terkontrol dapat juga dianggap sebagai jenis bukti. 5. Tingkat III: pendapat otoritas/ ahli yang dihormati, berdasarkan pengalaman klinis, penelitian deskriptif, atau laporan komite ahli. Dalam pedoman dan publikasi lainnya, rekomendasi untuk layanan klinis diklasifikasikan berdasarkan resiko klinis dibandingkan dengan manfaat layanan dan tingkat bukti dimana informasi/ hasil penelitian didapatkan. Klasifikasi yang ditetapkan berdasarkan The US Preventive Services Task Force: 1. Tingkat A: bukti ilmiah baik, menunjukkan bahwa manfaat dari layanan klinis secara substansial lebih besar daripada risiko potensial. Pemberi layanan harus mendiskusikan jenis/ bentuk layanannya dengan klien yang memenuhi syarat. 2. Tingkat B: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa manfaat dari layanan klinis melebihi potensi risiko. Pemberi layanan harus mendiskusikan jenis/ bentuk layanan dengan klien yang memenuhi syarat. 3. Tingkat C: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa ada manfaat yang diberikan oleh layanan klinis, tetapi keseimbangan antara manfaat dan risiko yang terlalu dekat untuk membuat rekomendasi. Pemberi layanan tidak perlu menawarkan kecuali ada pertimbangan individu. 4. Tingkat D: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa risiko layanan klinis melebihi manfaat potensial. Pemberi layanan tidak harus menawarkan layanan kepada klien tanpa gejala. 5. Tingkat I: Bukti ilmiah yang kurang, kualitas yang buruk atau bertentangan, sehingga risiko dibanding manfaat tidak dapat dinilai. Pemberi layanan harus membantu klien dalam memahami ketidakpastian seputar layanan klinis. Meskipun evidence based medicine-practice dianggap sebagai standar emas dalam praktek klinis, terdapat sejumlah keterbatasan dalam pelaksanaannya: 1. Evidence based medicine-practice menghasilkan penelitian kuantitatif, terutama dari desain Randomized Controlled Trial (RCT). Dengan demikian, hasilnya mungkin tidak relevan untuk semua situasi perawatan. 2. Penelitian dengan desain RCT mahal, maka prioritas diberikan pada topic penelitian yang dipengaruhi oleh kepentingan para “sponsor”. 3. Ada jeda antara saat RCT dilakukan dengan ketika hasilnya dipublikasikan, dan ada jeda antara saat hasilnya dipublikasikan dengan saat hasilnya diterapkan dengan benar. 4. Penelitian dengan rancangan RCT membatasi generalisasi, karena penelitian tidak dilakukan pada semua populasi. 5. Tidak semua bukti dari penelitian dengan rancangan RCT dapat diakses dengan mudah, sehingga efektivitas pengobatan yang dilaporkan mungkin berbeda dari yang dicapai dalam praktek klinis rutin. 6. Hasil studi/ penelitan yang diterbitkan mungkin tidak mewakili semua studi yang diselesaikan pada topik tertentu (diterbitkan dan tidak diterbitkan) atau mungkin tidak dapat diandalkan karena kondisi studi yang berbeda dan bervariasi. Penelitian umumnya cenderung berfokus pada populasi, namun tiap-tiap individu dalam populasi dapat bervariasi secara substansial dari norma-norma yang umum terjadi dalam suatu populasi. Dapat disimpulkan bahwa evidence based medicine-practice berlaku untuk kelompok orang (populasi). Namun hal tersebut tidak menghalangi pemberi layanan dari menggunakan pengalaman pribadi mereka dalam memutuskan bagaimana menyelesaikan setiap masalah. Salah satu sumber menyarankan bahwa: “pengetahuan yang diperoleh dari penelitian klinis tidak langsung menjawab pertanyaan klinis, apa yang terbaik bagi klien”, dan menunjukkan bahwa evidence based medicine-practice tidak harus menyimpang dari nilai pengalaman klinis. Sumber lainnya menyatakan bahwa “evidence based medicine-practice berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis terbaik yang tersedia (diakses secara terbuka/ umum) dari penelitian yang sistematis”. Penerapan evidence based medicine-practice dalam pelayanan kebidanan (evidence based midwifery) khususnya dalam asuhan kehamilan, diantaranya sebagai pertimbangan dalam: melaksanakan pemeriksaan ibu hamil, menjalankan program antenatal care (standar asuhan kehamilan, standar kunjungan), mengatasi keluhan/ ketidaknyamanan yang dialami selama kehamilan, pemenuhan kebutuhan dasar ibu hamil, dan penatalaksanaan penyulit/ komplikasi kehamilan.

Referensi: American Psychological Association. (2006). APA presidential task force on evidence based practice. Washington, DC: Author. Anonim. (2014). Evidence based health care and systematic review. http://community.cochrane.org/about-us/evidence-based-health-care. Florida State University. Elder, Linda. (2007). Critical Thinking. http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766. Tomales, CA. Slawson DC, Shaughnessy AF. Teaching evidence-based medicine: should we be teaching information management instead? Acad Med. 2005 Jul;80(7):685-9. Sackett DL, Strauss SE, Richardson WS,et al. Evidence-based medicine: how to practice and teach EBM. London: Churchill-Livingstone, 2000.

One thought on “ Critical Thinking, Clinical Judgment dan Evidence Based Health Care dalam Asuhan Kehamilan ”

nuwun bu Gita… saya dulu mahasiswa ibu waktu menempuh D4 🙂

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Critical thinking dalam asuhan kebidanan berbasis bukti [sumber elektronis]

Critical thinking dalam asuhan kebidanan berbasis bukti [sumber elektronis]

  • ISBN : 978-623-359-421-9
  • Kode Marks Nasional :
  • Kode Marks Provinsi :
  • Penerbit: UGM Press (Gadjah Mada University Press)
  • Jenis Koleksi: Buku Elektronik
  • Tahun Terbit: 2023
  • Tempat Terbit: KABUPATEN SLEMAN
  • Total Eksemplar: 0

Kontributor dan Penulis

Isu critical thinking dan evidence based practice bagi bidan masih menjadi hal yang baru bagi bidan maupun peserta didik bidan. Di sisi lain, bidan dalam melaksanakan tugasnya dituntut memiliki kompetensi yang tinggi dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan pertimbangan bahwa bidan merupakan satu profesi yang bertugas menyelamatkan ibu dan bayi. Asuhan berbasis bukti terbaik yang saat ini dikenal dengan evidence based practice (EBP) merupakan keharusan dalam rangka pemenuhan kualitas pelayanan terstandar maupun pemenuhan patient safety. Proses berpikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Peserta didik bidan dan tenaga bidan perlu mengenal tiga kunci utama untuk dapat berpikir kritis, yaitu RED (recognize assumptions, evaluate arguments, dan draw conclusions) karena menjadi bahan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, Kemampuan lain yang harus dikembangkan oleh bidan ialah kemampuan refleksi diri untuk mengenal kelemahan dan keunggulan diri dalam memberikan asuhan. Kemampuan self-awareness, berpikir terbuka (open-mindedness), berperilaku disiplin, dan bersedia mempertimbangkan relevansi dari tindakan yang diberikan merupakan komponen yang dibutuhkan dalam pengembangan profesi bidan. Salah satu contoh dalam asuhan kebidanan yang berlandaskan critical thinking ialah manajemen kebidanan yang digagas oleh Varney. Manajemen asuhan kebidanan yang disusun melalui tujuh tahapan atau langkah yang sistematis dan fokus. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian, atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

Contoh Kasus yang Menerapkan Berpikir Kritis (1)

Profile image of christina siringo

Related Papers

Dwi Yunianto

critical thinking kebidanan

sitti syamsinah

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, seluruh perawat harus dipastikan kompetensinya sesuai dengan jenjang klinis yang dimiliki. Masing-masing jenjang klinis memiliki kompetensi, dan standar kompetensi klinis itulah yang dijadikan landasan dalam penyusunan Kewenangan Klinis. Kewenangan Klinis adalah uraian intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sesuai dengan area prakteknya. Dalam daftar kewenangan klinis ini dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan jenjang klinis yaitu :

Atika Rahimah

ifah lathifa

dini wijayanti

Yazid Abrory

Aidil Fitrisyah

uji kompetensi perawat

oling daffa

laporan pendahuluan luka bakar

RELATED PAPERS

Revista Iluminuras

Wendell Marcel Costa

Kenneth Ames

Dimitris Agoritsas

International journal of health sciences

Ankit Acharya

Frontiers in Immunology

Thomas Egwang

Walter Kukull

Michael Lewin

Anders Friberg

American Journal of Physiology-cell Physiology

Paul Schnetkamp

Archivos de Cardiología de México

carlos riaño

Zakiyah Anwar

2018 20th European Conference on Power Electronics and Applications (EPE'18 ECCE Europe)

Keith Sunderland

Maree T Izatt

Beatrice Muller

Bioresource Technology

Silvia Bolado

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis

amrullah pagala

Pam Schuetz

Brandon Lucke-wold

Headache Medicine

Nikolai Kotsifas

Journal of Experimental Marine Biology and Ecology

Mark Huxham

vinay sharma

Chemistry Letters

Yasuhiro KANDA

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024

IMAGES

  1. Critical Thinking Dalam Asuhan Kebidanan

    critical thinking kebidanan

  2. Critical Thinking and Critical Reasoning Kebidanan

    critical thinking kebidanan

  3. Humaniora Kel 10 Penerapan Critical Dan Creative Thinking Dalam Asuhan

    critical thinking kebidanan

  4. Jual Buku Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti

    critical thinking kebidanan

  5. Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti

    critical thinking kebidanan

  6. Analisa Berpikir Kritis dan Logis dalam Kebidanan MK. Critical Thinking

    critical thinking kebidanan

VIDEO

  1. Critical Thinking: an introduction (1/8)

  2. Getting ahead of CKD with cystatin C: the podcast

  3. Critical thinking and its steps in detail

  4. Things I Learned In Nursing: Objective Critical Thinking

  5. CRITICAL THINKING

  6. How to Develop Critical Thinking Skills? Urdu / Hindi

COMMENTS

  1. Berfikir Kritis (Critical Thinking) dalam Kebidanan

    Gambar: Critical Thinking Skills. Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah (Varney, 1997), meliputi: Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

  2. Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti

    Salah satu contoh dalam asuhan kebidanan yang berlandaskan critical thinking ialah manajemen kebidanan yang digagas oleh Varney. Manajemen asuhan kebidanan yang disusun melalui tujuh tahapan atau langkah yang sistematis dan fokus. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran ...

  3. PDF Critical Thinking Dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti

    1 Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti Asuhan pada Kondisi Fisiologi dan Patologi — 1 A. Pendahuluan — 1 B. Tujuan Pembelajaran — 8 C. Indikator Pembelajaran — 8 Daftar Pustaka — 10 2 Mengenal Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan — 11 A. Konsep Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan — 11

  4. "Berpikir Kritis" Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

    Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan ... Critical thinking is an art, illustration attitude as a midwife in analyzing, evaluating ...

  5. "Berpikir Kritis" Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

    sehingga mengeksplorasikan gagasan -gagasan, menganalisis masalah hi ngga memahami. masalah khususnya dalam manajemen asuhan. kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas. Untuk ...

  6. Critical Thinking, Clinical Judgment dan Evidence Based Health Care

    Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan. Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan ...

  7. Buku Ajar Mata Kuliah

    2.4 Critical thinking (berpikir kritis) dalam kebidanan 41 2.5 Hubungan antara critical thinking dengan implementasi Evidence Based Practice 41 2.6 Pengukuran critical thinking 42 BAB 3 Diagnostik Pranatal 3.1 Pendahuluan 49 3.2 Skrinning pranatal 49 3.3 Jenis pemeriksaan diagnostik pranatal 52 ...

  8. PDF Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa Kebidanan Dengan Penerapan Model

    INTISARI KEMAMPUAN CRITICAL THINKING MAHASISWA KEBIDANAN DENGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE (CoC) Etni Dwi Astuti1, Elsye Maria Rosa2, Herlin Fitriani Kurniawati3 Latar Belakang: Bidan memiliki peranan penting sebagai mitra perempuan dan tenaga kesehatan professional strategis dalam peningkatan kesehatan ibu dan

  9. Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti

    Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti - Ebook written by Ni Komang Yuni Rahyani, Mohammad Hakimi. Read this book using Google Play Books app on your PC, android, iOS devices. Download for offline reading, highlight, bookmark or take notes while you read Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti.

  10. "Berpikir Kritis" Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

    Management of midwifery care is a problem-solving process in the case of maternity done systematically. For that a midwife profession should do critical thinking to establish a diagnosis of midwifery in order to achieve appropriate decision making and produce quality care. This review aims to analyze one of the midwife's competency is ...

  11. Buku Ajar Mata Kuliah Evidence Based Midwifery

    Critical thinking is an intellectually disciplined process of actively and skilfully conceptualising, applying, analysing and evaluating information gathered from or generated by observation ...

  12. "Berpikir Kritis" Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

    Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan ...

  13. Critical thinking dalam asuhan kebidanan berbasis bukti [sumber elektronis]

    Salah satu contoh dalam asuhan kebidanan yang berlandaskan critical thinking ialah manajemen kebidanan yang digagas oleh Varney. Manajemen asuhan kebidanan yang disusun melalui tujuh tahapan atau langkah yang sistematis dan fokus. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran ...

  14. Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan Berbasis Bukti

    Salah satu contoh dalam asuhan kebidanan yang berlandaskan critical thinking ialah manajemen kebidanan yang digagas oleh Varney. Manajemen asuhan kebidanan yang disusun melalui tujuh tahapan atau langkah yang sistematis dan fokus. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran ...

  15. Critical thinking : dalam asuhan kebidanan berbasis bukti / penulis, Ni

    Critical thinking : dalam asuhan kebidanan berbasis bukti / penulis, Ni Komang Yuni Rahyani, Mohammad Hakimi ; penyunting bahasa, Galih: Judul Asli: Judul Seragam: Pengarang: Ni Komang Yuni Rahyani (penulis) Mohammad Hakimi (penulis) Galih (penyunting bahasa) Edisi: Cetakan kedua, April 2022:

  16. PDF Critical Thinking, Intelectual Skills, Reasoning and Clinical Reasoning

    Tabel dibawah ini menggambarkan hubungan antara cognitive skills dengan bepikir kritis, penalaran klinis dan pengalaman klinis dalam proses pertimbangan klinis. Dalam mengembangkan proses berpikir kritis untuk menentukan suatu pertimbangan klinis, diperlukan pengetahuan yang dijadikan landasan untuk berpikir.

  17. Makalah Critical Thinking Dan Critical Reasoning Asuhan Kebidanan

    Makalah Critical Thinking Dan Critical Reasoning Asuhan Kebidanan | PDF. Scribd adalah situs bacaan dan penerbitan sosial terbesar di dunia.

  18. (PDF) Pengalaman bidan membantu persalinan yang kritis: Studi

    memahami ilmu kebidanan agar memudahkannya dalam men gambil tindakan pertolon gan dengan tepat dan cepat. Pengambilan keputusan yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak tersendiri bagi subjek.

  19. 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan

    Share 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan online. 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan. Enjoying your free trial? Only 9 days left! Upgrade Now. Features. Create Digital Content. Connect Content with People. Empower Marketing Efforts. Convert; Templates; Interactivity; Online Sharing;

  20. Critical Thinking and Critical Reasoning Kebidanan

    Critical Thinking and Critical Reasoning Kebidanan | PDF. Scribd adalah situs bacaan dan penerbitan sosial terbesar di dunia.

  21. Critical Thinking Dalam Asuhan Kebidanan

    Critical Thinking Dalam Asuhan Kebidanan | PDF. Scribd adalah situs bacaan dan penerbitan sosial terbesar di dunia.

  22. 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan

    Check Pages 1-21 of 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan in the flip PDF version. 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan was published by Endah Pratiwi on 2022-10-19. Find more similar flip PDFs like 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan. Download 3. critical-thinking-and-critical-reasoning-kebidanan PDF for free.

  23. Contoh Kasus yang Menerapkan Berpikir Kritis (1)

    View PDF. Contoh Kasus yang Menerapkan Berpikir Kritis "Akan mengambil tindakan namun terhalang otoritas" A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedang B adalah pasien. Pasien B tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien B meminta obat penurun panas pada perawat A. Sebenarnya, perawat A ingin membantu tetapi ia tidak bisa melakukan itu ...