• DailySocial TV
  • Selasa Startup
  • Privacy & Policy
  • Term of Services

Logo Biznet

Copyright©2020. PT Digital Startup Nusantara

Artificial Intelligence

Funding News

Founders Tips

New Economy

Tips & Trick

ENTERTAINMENT

  • Terms of Services
  • DiscoveryShift
  • E-BOOK 1 MILIAR PERTAMA
  • FINTECH LENDING REPORT

Problem Solving: Pengertian, Proses, dan Metodenya

Problem solving adalah proses penyelesaian suatu masalah.

Tiffany Revita - 24 February 2023

Copy link Link copied!

Problem solving merupakan salah satu skill penting yang diperlukan dalam dunia kerja. Pasalnya, problem solving berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik sebagai bentuk penyelesaiannya.

Namun, problem solving tidak hanya berguna untuk diterapkan dalam hal pekerjaan saja, tetapi juga dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana prosesnya dan seperti apa metode yang digunakannya?

Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Problem Solving ?

Pada dasarnya, problem solving adalah sebuah cara untuk menemukan solusi dari sebuah masalah. Menurut Oemar Hamalik, problem solving merupakan suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah.

Kemampuan ini berkaitan dengan berbagai hal, seperti kemampuan mendengar, menganalisa, meneliti, kreativitas, komunikasi, kerja tim, hingga pengambilan keputusan. Tujuannya, agar sebuah masalah dapat dipecahkan secara efektif berdasarkan data serta informasi yang akurat.

Proses Problem Solving

Dalam prosesnya, ada empat tahapan dasar problem solving , yakni:

1. Mengidentifikasi Masalah

Langkah pertama dalam proses problem solving adalah mendefinisikan sebuah masalah berdasarkan gejala yang ada. Pasalnya, sebuah masalah biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut harus diuraikan terlebih dahulu dengan cara identifikasi agar penyelesainnya dapat dilakukan dengan baik.

2. Menemukan Solusi Terbaik

Problem solving bertujuan untuk menemukan solusi terbaik atas sebuah masalah. Untuk mendapatkan hal tersebut, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai masalah tersebut agar dapat terselesaikan secara efektif.

3. Melakukan Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap paling akhir dalam proses problem solving . Dalam tahap ini, solusi yang sudah diputuskan sebelumnya dapat diterapkan. Namun, hal tersebut tidak hanya sampai di situ saja, karena solusi tersebut juga harus ditindaklanjuti agar dapat menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

Metode Problem Solving

1. brainstorming.

Brainstorming merupakan metode problem solving yang paling banyak digunakan oleh orang-orang. Pasalnya, metode ini efektif untuk digunakan sebagai pemecahan masalah melalui solusi kreatif.

Prosesnya adalah setiap orang harus menyampaikan ide-ide maupun pendapat yang kemudian dapat diolah menjadi satu solusi utama.

2. 6 Thinking Hats

Dalam metode ini, setiap orang akan mencoba memberikan penyelesaian terhadap suatu masalah dari beragam perspektif. Caranya adalah dengan mengelompokkan ide-ide yang ada ke dalam daftar pro-cons. Dengan begitu, kamu bisa melihat ide mana yang memiliki kelebihan yang paling banyak.

3. The 5 Whys

Metode ini dilakukan dengan cara meng-highlight masalah yang ingin dipecahkan. Kemudian, cari tahu jawaban mengenai “mengapa” masalah tersebut bisa terjadi sebanyak lima kali hingga kamu mendapatkan jawaban yang objektif tentang pertanyaanmu.

4. Lightning Decision Jam

Metode ini memungkinkanmu untuk menulis berbagai hal, mulai dari tantangan, kekhawatiran, hingga kesalahan dalam sebuah catatan kecil. Dengan hal tersebut, kamu bisa memilih masalah mana yang ingin diselesaikan terlebih dahulu dengan melihatnya dari sudut pandang baru. Dengan begitu, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara tertatur.

5. Failure Mode and Effect Analysis

Terakhir, metode ini digunakan untuk menganalisis setiap elemen dari strategi bisnis serta kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan begitu, kamu bisa menemukan solusi dari masalahmu serta langkah preventif untuk mencegahnya secara lebih mudah.

Nah, itulah penjelasan mengenai problem solving . Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa problem solving merupakan kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan proses yang cukup panjang.

Tags: Problem Solving proses problem solving metode problem solving

RECOMMENDED COVERAGE

Cara dan Contoh Memperkenalkan diri saat Interview Kerja

Assessment: Pengertian, Jenis, Fungsi, Format, dan Manfaatnya dalam Era Modern

Cara Membuat Mind Map yang Efektif dan Mudah

Sign up for our newsletter

Review Order

Payment Details

Subscribe Monthly

Total Payment

By clicking the payment method button, you are read and agree to the terms and conditions of Dailysocial.id

 alt=

Check the box to Create your Account

Login to your account

Forgot Password?

To reset your password, please input email of your DailySocial.id account.

Reset Password

Reset link sent!

Thanks! You’ve been emailed a password reset link.

Create your account

Create Account

Check your email to verify!

If you didn’t receive an email in your inbox, check your spam folder.

We've emailed you a temporary password.

Stay connected with us and get full features in our platform. Community and Information can be fully open.

No, thank you.

Mengenal Problem Solving Facilitator Perusahaan

Setiap perusahaan pasti kerap mengalami krisis, yang sudah tentu akan berafiliasi terhadap kelanjutan usaha sebuah perusahaan. Bagi perusahaan terbuka, tentu hal ini akan berefek pada kepercayaan stakeholder dan para investor. Disnilah dibutuhkan, inisiatif seorang Public Relations (PR) untuk menjaga kepercayaan ditengah krisis yang dialami perusahaan.

Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik bagi seorang PR dalam sebuah perusahaan untuk memainkan perannya. Terlebih dengan era kemajuan teknologi media seperti sekarang ini, semua orang akan dengan mudah dan cepat mendapatkan dan menyampaikan informasi krisis ke seluruh penjuru. Berita mengenai krisis, isu miring, atau pun berita negatif akan dengan cepat menyebar ke mana-mana. Teknologi internet yang kini menjadi bagian dari kehidupan kita menyebabkan mudahnya memperoleh informasi.

Pada dasarnya ada dua macam kemungkinan krisis. Pertama, yang bisa diperhitungkan, dan kedua, yang tidak bisa diperhitungkan. Yang bisa diperhitungkan, berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi. Sedangkan yang tidak bisa diantisipasi adalah krisis eksternal yang juga sama-sama berbahaya.

Perusahaan harus membentuk tim khusus yang dapat membantu memecahkan masalah, baik dari segi strategi bisnis maupun dari segi membangun kepercayaan positif pada publik. Seorang PR biasanya akan lebih besar porsinya dari segi membangun kepercayaan publik. Pada bagian ini, menjadi hal yang cukup penting untuk kelanjutan usaha sebuah perusahaan.

Seorang PR harus mampu membuat strategi untuk mempertahankan kepercayaan publik, melalui penyampaian yang baik dan mudah dicerna. Karena dari sini, akan berefek juga pada minat investor untuk membantu perusahaan di tengah krisis yang tengah di alami. 

Tugas utama yang harus dilakukan oleh tim krisis adalah melakukan identifikasi krisis dan menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Semua tim harus bisa menjelaskan pesan-pesan komunikasi yang sudah disepakati. Tim manajemen krisis harus menghindari pernyataan off the record .

Selain itu, penting juga bagi PR untuk membuat strategi dalam berhubungan dengan media. Karena hal demikian akan menjadi salah satu kunci penting, bagaimana PR dapat mengambil peranannya dengan baik.

Selain media, stakeholder lainnya juga penting untuk dihadapi secara khusus. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan krisis pasti akan diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tim juga harus bisa menjelaskan hal yang sama kepada stakeholder.

Untuk memuluskan program PR, bisa pula dihadirkan pihak ketiga yang dianggap kompeten dan netral. Pihak ketiga ini bisa perorangan maupun organisasi yang dianggap bisa memberikan opini yang independen, namun menguntungkan.

Disinilah peranan lobbying yang seharusnya selalu dilakukan oleh PR menjadi sangat berarti. Pentingnya peranan PR dalam menghadapi isu atau krisis jelas tidak bisa diragukan lagi. Pasalanya, isu yang di diamkan begitu saja akan semakin berkembang dan krisis akan semakin membesar.(DD)

KORPORASIANA

Data perusahaan.

Blog MySkill

Si Paling Belajar

Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

Apa itu skill problem solving.

Skill problem solving adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Ini melibatkan proses pemecahan masalah yang sistematis dan kreatif untuk mencapai solusi yang memuaskan.

Metode Problem Solving

  • Identifikasi Masalah : Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas dan spesifik.
  • Analisis Masalah : Selanjutnya, analisislah masalah tersebut dengan mengidentifikasi penyebab, faktor-faktor terkait, dan dampaknya.
  • Pengembangan Solusi : Setelah masalah dipahami dengan baik, kembangkanlah berbagai solusi yang mungkin.
  • Evaluasi Solusi : Evaluasilah setiap solusi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti keefektifan, kepraktisan, dan dampaknya.
  • Implementasi Solusi : Pilihlah solusi terbaik dan implementasikan dengan cermat.
  • Evaluasi Hasil : Setelah solusi diimplementasikan, evaluasilah hasilnya untuk memastikan bahwa masalah telah teratasi dengan baik.

Proses dan Contoh Problem Solving

Sebagai contoh, pertimbangkanlah situasi di mana sebuah perusahaan mengalami penurunan penjualan. Kita dapat menggunakan metode problem solving untuk mengatasi masalah ini dengan mengidentifikasi penyebab penurunan penjualan, mengembangkan strategi untuk meningkatkan penjualan, dan mengevaluasi hasil dari strategi tersebut.

Mengapa Skill Problem Solving Penting?

Skill problem solving sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan ini, kita dapat:

  • Meningkatkan Efisiensi : Dengan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan efektif, kita dapat meningkatkan efisiensi dalam berbagai tugas.
  • Meningkatkan Kreativitas : Proses pemecahan masalah memerlukan kreativitas untuk menghasilkan solusi yang inovatif.
  • Meningkatkan Kepercayaan Diri : Dengan mampu menyelesaikan masalah, kita dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan diri.
  • Meningkatkan Produktivitas : Dengan mengatasi masalah secara efektif, kita dapat meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Tips Meningkatkan Skill Problem Solving

  • Selalu Jaga Pikiran Terbuka : Terima masukan dari orang lain dan pertimbangkan berbagai sudut pandang.
  • Gunakan Pendekatan Sistematis : Gunakan pendekatan yang sistematis dalam mengidentifikasi masalah dan mengembangkan solusi.
  • Jangan Takut untuk Mencoba Hal Baru : Jangan takut untuk mencoba pendekatan atau solusi yang belum pernah dicoba sebelumnya.
  • Pelajari dari Pengalaman : Pelajari dari pengalaman kita sendiri maupun orang lain dalam menyelesaikan masalah.
  • Latih Skill Kita : Latihlah kemampuan problem solving kita secara teratur dengan memecahkan masalah kecil sehari-hari.

Dengan meningkatkan skill problem solving, kita dapat menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan kita dengan lebih baik, baik dalam konteks profesional maupun pribadi.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di https://myskill.id/

MySkill

Dibuat oleh tim MySkill, startup pengembangan skill dan karir terbesar di Indonesia. MySkill juga mendapatkan penghargaan dari LinkedIn sebagai Top Startup Indonesia pada 2022 dan 2023 . Beberapa sumber referensi tulisan di blog MySkill seperti: Kompas , IDN Times, Forbes , Indeed , Semrush , Hubspot , AIHR , Nielsen Norman Group , Xero , Atlassian , Canva , W3 , Grammarly dan sebagainya.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk untuk berkomentar.

Facilitator's Guide to Effective Solutions

Discover key facilitation skills with our guide to effective solutions. Boost your team's productivity and problem-solving capabilities today!

In the confluence of group dynamics and problem-solving, facilitation stands as a key catalyst driving collective efforts towards tangible solutions. Myriad organizational contexts demand skillful guidance to navigate through the complex web of ideas, perspectives, and potentials that coexist within any group aiming for consensus and effective action. This blog post is crafted to usher facilitators into realms of higher efficacy, offering a robust compendium of insights and methods that steer towards successful outcomes. The role of a facilitator is not to dominate but to elevate group potentials, acting as the bedrock upon which effective solution methods are constructed and realized.

Encompassing the essence of problem-solving facilitation, we will delve deeply into the facilitator's guide, characterizing the indispensable skills and strategies that empower facilitators to shape group interactions with finesse. Through the lens of practical experience and academic rigor, we will explore the vital components and techniques ensuring facilitation is not just a passive act but rather a deliberate orchestration towards achieving collaborative triumphs.

For those seeking to amplify their facilitation skills, I also offer additional resources and training opportunities. Whether through a problem solving course or an online MBA course , these educational pathways offer a structured and comprehensive approach to mastering the facilitator's artistry. Join me in this endeavor to refine our craft and guide our groups to the pinnacle of problem-solving success.

Understanding the Role of a Facilitator

Defining the facilitator's role in group dynamics.

Facilitation is an artful blend of leadership and service, in which the individual at its helm operates within group dynamics to foster an environment conducive to open communication and productive collaboration. Crucial to this role is the capacity to navigate through the intricacies of interpersonal relations while keeping sight of the collective goal. A facilitator's key responsibility is to enable all members to contribute effectively, ensuring that ideas, regardless of their source, are given due consideration in the journey toward an agreed-upon destination.

Characteristics of a Successful Facilitator

Impartiality and the art of managing personal biases.

Central to the toolkit of a successful facilitator is the virtue of impartiality . In guiding groups, one must master the art of managing personal biases, creating a space where decisions are not swayed by the facilitator's inclinations but are rather the product of collective reason. This task demands a high degree of self-awareness and introspective acumen.

Skills in active listening and effective communication

Ingrained deep within the fabric of facilitative excellence are the skills in active listening and effective communication . Adept facilitators exert effort to fully comprehend the ideas presented before them, inviting clarity and fostering a sense of value in each participant. Curling around the tendrils of understanding, their communication must be clear, paced, and resonant with the group's frequency, ensuring that every member follows the discourse without impediment.

Adaptability and Emotional Intelligence

Adaptability alongside emotional intelligence equips a facilitator with a profound flexibility to pivot as group dynamics fluctuate. The capacity to sense the emotional undercurrents and respond with empathy allows for the navigation of complex, human-centric landscapes. It is within this flux that the facilitator's hand gently guides the collective towards cohesion and collaborative ingenuity.

How a Facilitator Can Foster a Collaborative Environment

Creating a collaborative environment is akin to cultivating a rich soil from which the seeds of ideas may sprout and flourish. A facilitator's adeptness in nurturing discussion, encouraging respectful dialogue, and bridging differences lays the infrastructure for mutual understanding and the co-creation of knowledge. By setting ground rules and maintaining a safe space for expression, facilitators become gardeners of group synergy, allowing for the cross-pollination of perspectives and the emergence of innovative solutions.

Foundations of Effective Solution Methods

Setting clear objectives and outcomes.

At the genesis of every group endeavor lies the crucial phase of setting clear objectives and outcomes. An effective facilitator must shoulder the responsibility to crystallize the vision, articulating the group's desired future with precision and motivating participants to align their efforts accordingly. This process establishes a shared direction, providing a compass by which all subsequent ideas and actions can be measured and guided.

The Process of Identifying Stakeholder Needs and Expectations

Within the group's ecosystem, every stakeholder carries distinct needs and expectations that must be understood and respected. The facilitator's duty in this regard is to conduct a thoughtful analysis, engaging with each member or representative to capture their voice and integrate their interests into the larger tableau of collective objectives. Such inclusivity ensures that the multitude of stakeholder perspectives forms the bedrock of the group's endeavors, setting the stage for genuine buy-in and commitment.

Strategies for Prioritizing Issues and Challenges within the Group

As groups navigate the multifaceted landscape of issues at hand, a systematic approach to prioritizing challenges becomes imperative. Facilitators must employ strategies that encourage critical assessment and discernment, providing frameworks by which the group can distinguish between the urgent and the important. Emphasizing consequential impacts and potential leverages, the facilitator's strategic lens helps to direct the group's energy towards the most pivotal points of intervention.

Techniques for Encouraging Participation and Inclusivity

Creating an inclusive atmosphere that entices all members to partake and contribute meaningfully is a testament to a facilitator's expertise. Employing techniques such as round-robin sharing, structured brainstorming, and small group breakouts can democratize the floor, allowing each individual to share their perspectives without the overshadowing presence of dominant voices. It is this harmonization of participation that yields a rich tapestry of thoughts and solutions representative of the group's collective genius.

Facilitation Techniques for Enhancing Engagement

Utilizing open questions and probing techniques.

To unearth the depths of group wisdom, a facilitator must be adept in the use of open questions and probing techniques. By posing queries that invite expansive thinking, the facilitator encourages participants to venture beyond surface-level responses and delve into more profound reflections. Skillful probing can illuminate hidden assumptions, challenge entrenched beliefs, and pave the way for innovative thinking, thereby propelling the group towards a more comprehensive understanding and novel pathways of action.

Promoting Creative Thinking and Ideation

The oxygen that fuels the fire of innovation within groups is creative thinking. Facilitators play a crucial role in fostering an environment where imagination is not only permitted but prized. Techniques such as encouraging metaphorical thinking, utilizing thought experiments, and embracing design thinking methodologies embolden participants to step outside their cognitive confines and generate ideas that possess the potential to revolutionize their collective efforts.

Methods to Build Consensus

Voting systems and their application.

Forming consensus is an intricate dance of aligning diverse viewpoints into a coherent pattern. In facilitating this process, voting systems can serve as impartial mechanisms by which groups can gauge collective inclinations. Whether utilizing dot voting, ranked choices, or a simple show of hands, these methods bring democratic principles into the fold, offering a quantifiable measure of the group's consensus or highlighting areas that demand further deliberation.

Techniques for balancing disparate viewpoints

A proficient facilitator is a maestro in the art of balancing disparate viewpoints, weaving them into a tapestry that represents the group's multifaceted thinking. Approaches like reflective listening, restating and summarizing points of contention, and identifying common values can create bridges between differing perspectives, crafting a middle ground where agreement can be cautiously fostered and cherished.

Using Visual Aids and Other Tools to Clarify Ideas

The clarity of an idea is often enhanced by its visualization. In this regard, facilitators can leverage visual aids such as flow charts, mind maps, or infographics to crystallize concepts for the group. These tools act as focal points around which dialogue can revolve, serving to eliminate ambiguity and foster a shared understanding. The adept use of such aids can transform abstract discussions into tangible visions, engendering collective clarity and advancing the group towards actionable conclusions.

Problem-Solving Facilitation in Practice

Step-by-step approach to guiding groups through problem-solving, introduction to problem identification.

Problem-solving facilitation commences with a meticulous approach to problem identification. Facilitators must guide groups through the critical process of defining the problem at hand, ensuring that the issue is clearly articulated and understood by all participants. This foundational step establishes the stage upon which all subsequent problem-solving endeavors are constructed.

Encouraging diverse solutions

Once the problem landscape has been thoroughly mapped, the facilitator's role is to encourage the exploration of a diversity of solutions. This is achieved by nurturing an environment of non-judgment where creativity can breathe freely, and even the most unorthodox ideas are welcomed for consideration. It is within this expansive ideation space that the potential for groundbreaking solutions is unlocked.

Navigating the decision-making process

Guiding a group through the decision-making process requires a facilitator's adroit navigation, balancing analysis with intuition, fostering consensus while mitigating conflicts, and ensuring that the selected solution is both effective and practical. The facilitator's capability to maintain engagement and focus during this phase is pivotal to arriving at a decision that embodies the collective intelligence and commitment of the group.

Case Studies Demonstrating Problem-Solving Facilitation

Analysis of real-world facilitation scenarios.

Reflection upon case studies and real-world scenarios enhances the understanding of problem-solving facilitation in action. Analyzing the trajectories of successful facilitation instances provides rich learning fodder, offering glimpses into the strategies, techniques, and attitudes that contributed to their outcomes. These narratives not only offer a repository of applied knowledge but also inspire adaptation and innovation in future facilitation challenges.

Lessons learned from past facilitation experiences

Drawing from the well of past facilitation experiences is intrinsically educational for both fledgling and veteran facilitators. Valuable lessons emerge from introspecting on what worked, what failed, and the continuous evolution of best practices. Acknowledging past shortcomings and successes is integral to honing one's craft, perpetuating a cycle of experiential learning that enriches the facilitator's capacity to guide groups effectively.

Successful Facilitation Strategies

The balance between leading and following in facilitation.

The alchemy of facilitation exists in the balance between leading the group and following its natural course. Successful facilitation is not marked by overt control but by a keen sense of when to guide and when to let the group's inherent wisdom surface. This delicate equilibrium enables the group to own its process while benefiting from the facilitator's structured approach, ensuring that outcomes are both organically conceived and strategically sound.

Conflict Resolution Techniques for Facilitators

Inevitably, conflicts arise within groups, and the methods by which a facilitator addresses these frictions can make or break the problem-solving process. Expertise in conflict resolution is thus indispensable, encompassing active listening, empathy, neutral language, and the mediation of differing interests to unearth win-win scenarios. These techniques serve to defuse tension, foster understanding, and maintain group cohesiveness, thereby preserving the collective's problem-solving momentum.

Time Management and Maintaining Group Focus

Facilitators are timekeepers and focus enhancers, directing the group's energies towards productivity within the confines of the available hours. Effective time management involves setting a pace that balances thorough exploration with the necessity for progress, while maintaining group focus demands an ever-vigilant eye on objectives and the adept redirection of conversations that stray. Mastering these aspects ensures that group sessions are not only rich in content but also culminate in decisive outcomes within practical timeframes.

Measuring Success and Achieving Tangible Outcomes

The ultimate gauge of a facilitation's success is the achievement of tangible outcomes that reflect the group's objectives. This entails establishing clear criteria for success upfront, continually assessing progress, and facilitating the translation of abstract ideas into actionable steps. Successful facilitators not only steer groups to a conclusion but also ensure the path forward is marked by implementable strategies that manifest agreed-upon solutions into reality.

In this exploration of the facilitator's guide to effective solutions, we've traversed the terrain of the facilitator's role, the foundational approaches to effective solution methods, the nuances of engaging facilitation techniques, the intricacies of guiding problem-solving, and strategies that beget facilitation success. The confluence of these elements personifies the craft of facilitation—a craft that is simultaneously an art and a science, requiring finesse, intuition, and systematic methodology.

The journey of a facilitator is one of continuous learning and growth, requiring unwavering commitment to self-improvement and the evolution of one's approach. As facilitators, we are encouraged to reflect deeply on the insights presented, integrate them within our practice, and thereby elevate our ability to shepherd groups to realize the full breadth of their potential.

As we close this guide, I extend an invitation to all facilitators to share their experiences and insights into the ever-evolving art of facilitation. Your stories and perspectives are invaluable additions to this collective knowledge base, and I encourage all to engage in further discussions that enrich our communal understanding.

What are the key principles outlined in a Facilitator's Guide to Effective Solutions?

Understanding the facilitator's role.

Facilitators shoulder the crucial task of guiding groups. Their work ensures focused dialogue and decision-making. They navigate group dynamics with grace. Effective solutions often emerge from such careful stewardship.

Key Principles for Effective Facilitation

Clarity in purpose.

Clarity stands as the foundation of facilitation. The facilitator must understand the group's goals. This understanding shapes the entire process.

Neutral Stance

Facilitators must exhibit neutrality. They guide without influencing outcomes with personal bias. Objectivity allows for balanced discussions.

Active Listening

Listening acts as a critical tool. It communicates respect and understanding. The facilitator acknowledges all contributions.

Skilled Questioning

Questions can unlock deeper insights. Facilitators use them to steer conversations. They also encourage reflective thinking.

Adaptability

Flexibility remains a vital trait. The facilitator must adjust to shifting group dynamics. Adaptation is key to maintaining progress.

Consensus-Building

Building agreement bridges divergent viewpoints. The facilitator fosters consensus through inclusive practices. All voices matter in decision-making.

Conflict Resolution

Conflicts may arise. A skilled facilitator recognizes tensions early. They then use techniques to address conflicts constructively.

Time Management

Time is precious during facilitation. The facilitator ensures the group adheres to schedules. Efficiency contributes to effectiveness.

Fostering Participation

Engagement drives productive discussions. The facilitator encourages participation from all members. Diverse input enriches outcomes.

Creating Safe Spaces

Safety is essential for openness. Participants need a secure environment for sharing. The facilitator sets a respectful tone.

Following a Structured Process

Structure aids in managing sessions. An effective facilitator outlines clear processes. These guide activities and discussions.

Continuous Improvement

Facilitators seek growth. They reflect on practices and solicit feedback. Improvement informs future facilitation.

Implementing Principles in Practice

These principles provide a roadmap. They assist facilitators in delivering effective solutions. Facilitators commit to ongoing learning and refining skills. The guide exists to enhance group outcomes. It serves as a compass for facilitating with integrity and purpose.

How does a facilitator's guide contribute to problem-solving in a group setting?

The role of a facilitator's guide.

In group settings, problem-solving can prove challenging. A facilitator's guide becomes a vital tool. It offers structure to deliberations. Through it, facilitators direct discussions efficiently.

Structure and Focus

A guide promotes a structured approach. It outlines objectives clearly. Participants understand expectations before they begin. Each step has pre-set questions. These spark relevant dialogues. Thus, the group stays on task.

Empowering Participants

The guide also empowers group members. It includes activities that encourage equal participation. All voices gain a chance to surface. Diversity becomes an advantage, not a hindrance.

Disagreements often emerge during collaboration. The guide provides conflict resolution strategies. Facilitators address divisive issues promptly. They employ outlined techniques. As a result, the group preserves its cohesion.

Creativity and Innovation

Creativity in problem-solving is crucial. The guide suggests brainstorming sessions. It also proposes other creativity-spurring methods. These techniques break conventional thinking patterns. Fresh ideas flourish.

Monitoring Progress

Progress evaluation is easier with a guide. It contains checkpoints after each phase. Facilitators and participants review accomplishments. They can adjust their strategies if necessary. Continuous improvement becomes part of the problem-solving process.

In essence, a facilitator's guide secures effective group problem-solving. It ensures focus, supports participation, and navigates conflicts. It also inspires new solutions and monitors progress. The group thus finds its path to resolution more clearly and quickly.

Can you elaborate on the approaches a facilitator should adopt as guided by the Facilitator's Guide to Effective Solutions?

Understanding facilitator roles.

Facilitators guide group processes. They ensure efficient meetings. Their role is essential. Effective facilitation insures collective solutions. The Facilitator's Guide to Effective Solutions provides crucial strategies. These strategies foster successful outcomes. They target group dynamics optimization. A facilitator needs to adopt multiple approaches. The guide underlines these approaches.

Establishing the Environment

First, one must establish trust. Trust promotes open dialogue. Transparency is key here. Facilitators set the scene. This entails a welcoming atmosphere. Without trust, participation falters. Active listening becomes the first tool. It conveys respect. It validates participant contributions.

Building Relationships

Building relationships involves personal investment. Cohesiveness stems from these connections. Facilitators act as bridges. They bridge diverse opinions. Their goal is common understanding. The guide suggests continuous engagement. This fosters a supportive environment.

Inclusivity shapes effective facilitation. All views merit consideration. The guide emphasizes diverse input. Facilitators must encourage quiet voices. They balance the conversation. Techniques vary per situation. Workshops may need breakout sessions. Large groups may use polling. Participation nurtures a sense of ownership.

Guiding the Process

Facilitators navigate group discussions. They keep groups on track. Their expertise manages time well. They ensure topic adherence. They prevent derailment. Group energy guides their actions.

Encouraging Creativity

Creativity unlocks potential. Facilitators stimulate imagination. They propose brainstorming. They suggest role-plays. Open-ended questions spark ideas. They encourage risk-taking. Mistakes become learning opportunities. This approach fosters innovation.

Structuring Decision-Making

Structured decision-making is crucial. Choices drive progress. Facilitators promote consensus-building. They respect majority decisions. Sometimes they must facilitate voting. They guide toward actionable solutions.

Managing Conflict

Conflict is inevitable. Facilitators handle it delicately. They remain neutral. They diffuse tensions. They seek common ground. Emotions require acknowledgment. The guide advises patience. Dispute resolution skills are necessary. These skills must be honed.

Ensuring Accountability

Outcome tracking is vital. It validates the process. It encourages responsibility. Milestones guide the group. Progress needs measurement. Facilitators record decisions. They document action plans. This leads to transparent follow-ups.

Reflecting and Learning

Continuous improvement defines facilitation. Each session offers insights. Reflective practice is imperative. Facilitators must self-assess. Feedback informs next steps. It refines skills. Learning is an ongoing journey.

In conclusion, facilitators must wear many hats. Each role they play is pivotal. Adaptability is their asset. The Facilitator's Guide to Effective Solutions is their compass. It leads them through uncharted group dynamics. Their approaches shape effective outcomes. The guide ensures that facilitation remains an artful science. It empowers facilitators. It turns group potential into reality.

A middle-aged man is seen wearing a pair of black-rimmed glasses. His hair is slightly tousled, and he looks off to the side, suggesting he is deep in thought. He is wearing a navy blue sweater, and his hands are folded in front of him. His facial expression is one of concentration and contemplation. He appears to be in an office, with a white wall in the background and a few bookshelves visible behind him. He looks calm and composed.

He is a content producer who specializes in blog content. He has a master's degree in business administration and he lives in the Netherlands.

Discover critical insights for forensic decision-making with our expert root cause tree analysis guide. Improve accuracy & outcomes!

Root Cause Tree Analysis: Insights to Forensic Decision Making

'Boost your brainstorming with Creativity Dice! Unlock innovative thinking and inspire new ideas with this unique tool. Spark genius today!'

Creativity Dice: Unlock Innovative Thinking

Unleash productivity with Kanban System, an effective management tool for streamlining workflows and boosting efficiency. Discover how now!

Kanban System: Exploring its Efficacy as a Management Tool

'Unlock the secrets to defining problems effectively with our step-by-step guide. Enhance decision-making and achieve goals faster!'

Mastering the Problem Definition Process: A Guide

Mengenal Apa itu Problem Solving, Manfaat dan Contohnya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai masalah yang perlu diselesaikan. Dalam hal ini, kemampuan untuk memecahkan masalah atau problem solving adalah suatu keterampilan yang sangat penting. 

Saat ini masih banyak orang yang meremehkan tentang bagaimana cara problem solving yang baik dan benar. Padahal faktanya, problem solving yang buruk bisa berdampak buruk pula. Seperti salah dalam mengambil keputusan besar, hingga perkelahian karena perbedaan pendapat.

Nah, karenanya penting untuk memahami tentang apa itu problem solving, manfaat, hingga cara menerapkannya. 

  • 1 Apa Itu Problem Solving?
  • 2.1 1. Identifikasi Masalah
  • 2.2 2. Pengumpulan Informasi
  • 2.3 3. Analisis
  • 2.4 4. Pengembangan Solusi
  • 2.5 5. Pemilihan Solusi
  • 2.6 6. Implementasi
  • 2.7 7. Evaluasi
  • 3.1 1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
  • 3.2 2. Peningkatan Kreativitas
  • 3.3 3. Meningkatkan Efisiensi
  • 3.4 4. Peningkatan Keterampilan Komunikasi
  • 3.5 5. Kepercayaan Diri
  • 3.6 6. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
  • 4.1 1. Saat Menumpahkan Air
  • 4.2 2. Perencanaan Perjalanan
  • 4.3 3. Konflik dengan Rekan Kerja
  • 4.4 4. Memecahkan Masalah Matematika
  • 5 Mau Mengasah Kemampuan Problem Solving?

Apa Itu Problem Solving?

Problem solving adalah proses kognitif yang melibatkan pemecahan masalah atau menemukan solusi untuk situasi atau permasalahan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, kita dapat menyebutnya sebagai “pemecahan masalah.” 

Ini melibatkan pemikiran kreatif, analitis, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan. Proses ini umumnya dilakukan untuk mengatasi situasi yang memerlukan solusi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai konteks, seperti pekerjaan atau pendidikan.

Tahapan Problem Solving

Proses problem solving terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Tahap pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas. Ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang sifat masalah, penyebabnya, dan dampaknya. Identifikasi masalah yang tepat adalah kunci untuk memulai proses pemecahan masalah.

2. Pengumpulan Informasi

Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi yang relevan. Informasi ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk observasi, penelitian, atau wawancara. Pengumpulan informasi membantu dalam memahami akar masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi.

3. Analisis

Tahap analisis melibatkan pemikiran kritis dan kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta yang ada. Pada tahap ini, informasi yang telah dikumpulkan dievaluasi dengan cermat untuk memahami sifat masalah secara lebih mendalam.

4. Pengembangan Solusi

Setelah analisis, langkah berikutnya adalah mengembangkan berbagai solusi yang mungkin. Pada tahap ini, kreativitas sangat diperlukan. Solusi yang dihasilkan mungkin bersifat konvensional atau inovatif.

5. Pemilihan Solusi

Dari berbagai solusi yang ada, tahap ini melibatkan pemilihan solusi terbaik yang paling memungkinkan untuk menyelesaikan masalah. Keputusan ini harus didasarkan pada analisis yang baik.

6. Implementasi

Solusi yang dipilih kemudian diimplementasikan. Ini melibatkan tindakan nyata untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang efektif penting.

7. Evaluasi

Setelah implementasi, hasilnya dievaluasi. Dalam tahap ini, perlu diperiksa apakah masalah telah terselesaikan atau perlu perubahan lebih lanjut. Evaluasi juga membantu dalam menilai keberhasilan proses pemecahan masalah.

Baca Juga: 5 Metode Problem Solving dan Tips Menghadapi Tantangannya!

apa itu problem solving facilitator

Manfaat Problem Solving

Pemecahan masalah memiliki banyak manfaat, terutama dalam konteks kehidupan sehari-hari dan berbagai bidang lainnya. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari kemampuan pemecahan masalah:

1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

Pemecahan masalah melibatkan analisis mendalam, evaluasi, dan pemikiran kritis. Ini membantu seseorang untuk menjadi pemikir yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik.

2. Peningkatan Kreativitas

Dalam upaya mencari solusi, pemecahan masalah mendorong seseorang untuk berpikir secara kreatif. Ini dapat menghasilkan solusi yang inovatif dan tidak konvensional.

3. Meningkatkan Efisiensi

Dengan kemampuan pemecahan masalah yang baik, tugas-tugas sehari-hari dapat diselesaikan dengan lebih efisien. Ini menghemat waktu dan sumber daya.

4. Peningkatan Keterampilan Komunikasi

Proses problem solving sering melibatkan berdiskusi dan kolaborasi dengan orang lain, yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi. Ini dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal.

5. Kepercayaan Diri

Menyelesaikan masalah dengan sukses dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Mampu mengatasi masalah memberikan rasa pencapaian dan kepuasan pribadi.

6. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang dalam membuat keputusan yang lebih baik. Dengan analisis yang baik, keputusan yang diambil lebih mungkin membuahkan hasil yang positif.

Dalam rangkaian kehidupan sehari-hari, manfaat pemecahan masalah ini menjadikan keterampilan ini sangat penting. Mulai dari mengatasi masalah sederhana seperti memperbaiki keran yang bocor, hingga menyelesaikan masalah kompleks dalam dunia bisnis, problem solving adalah keterampilan yang bermanfaat.

Baca Juga: Analytical Thinking: Skill yang Paling Dibutuhkan di Dunia Kerja!

Contoh Problem Solving di Kehidupan Sehari-hari

Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, berikut beberapa contoh problem solving dalam kehidupan sehari-hari:

1. Saat Menumpahkan Air

Saat kamu menghadapi tumpahan air di lantai dapur. Kamu akan mengidentifikasi masalahnya, mengambil kain untuk membersihkannya (solusi), dan masalah terselesaikan.

2. Perencanaan Perjalanan

Saat kamu ingin merencanakan liburan keluarga. Dengan mengumpulkan informasi tentang destinasi, transportasi, dan akomodasi, kamu dapat mengembangkan rencana perjalanan yang optimal.

3. Konflik dengan Rekan Kerja

Saat kamu memiliki konflik dengan rekan kerja. Dengan berbicara dengannya dan mencari solusi bersama, kamu dapat mengatasi konflik tersebut.

4. Memecahkan Masalah Matematika

Seorang siswa dihadapkan pada soal matematika yang sulit. Dengan menganalisis soal dan mencari rumus yang sesuai, siswa dapat menyelesaikan soal tersebut.

Baca Juga: Mengenal Apa itu Leadership dan Sikap yang Harus Dimilikinya

Mau Mengasah Kemampuan Problem Solving?

Nah, sekarang Arkawan sudah pahan kan, tentang apa itu problem solving? Jika Arkawan masih bingung atau bahkan ingin mendalami keterampilan tentang problem solving ini, mungkin pelatihan problem solving dari Arkademi ini bisa membantumu!

Pada dasarnya, dalam dunia kerja kita tidak hanya perlu mengasah skill teknikal saja. Softskill seperti problem solving yang satu ini juga sangat dibutuhkan dalam pekerjaan bidang apapun.

Dengan mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menganalisis, mengembangkan solusi, dan mengimplementasikannya, kita dapat mengatasi berbagai permasalahan dengan efektif di dunia kerja.

  • Simak Perbedaan Finance dan Accounting Staff, Jangan Salah Pilih!
  • Staff Accounting: Pengertian, Skill, Tugas dan Tanggung Jawabnya
  • Apa itu Accounting? Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenisnya

' src=

7 Teknik Analisis Data Kuantitatif dan Langkah-Langkahnya

Teknik analisis data: pengertian, jenis, dan tahapannya, ketahui berapa gaji data analyst dan jenjang kariernya.

serupa.id

seni belajar untuk hidup

Problem Solving (Pemecahan Masalah) : Pengertian, Indikator, Faktor, dsb

apa itu problem solving facilitator

Salah satu keterampilan yang digaungkan untuk menghadapi era pendidikan abad 21 adalah problem solving atau pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan salah satu skill set penting untuk menghadapi tuntutan hidup di zaman yang serba cepat ini. Mengapa? Karena kecepatan dan ketelitian merupakan hal yang amat berbenturan, dan ketika kita ingin mewujudkannya, maka akan timbul banyak permasalahan, yakni kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian keterampilan problem solving amatlah dibutuhkan di masa ini.

Namun demikian tidak usah menyalahkan kebutuhan abad 21, revolusi industri 4.0, atau pengaruh globalisasi juga pada dasarnya setiap orang akan menghadapi masalah. Kita semua akan selalu menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari dan akan selalu berusaha untuk memecahkannya. Tentunya tingkat kesulitannya amatlah beragam, mulai dari yang sudah memiliki langkah untuk menyelesaikannya, hingga masalah baru yang lebih sulit untuk dipecahkan.

Oleh karena itu problem solving serta kemampuan memecahkan masalah merupakan konsep dan keterampilan penting yang harus dipahami dan dikuasai. Berikut adalah berbagai uraian mengenai problem solving atau pemecahan masalah mulai dari pengertian, indikator, hingga faktor-faktor yang memengaruhinya.

Pengertian Problem Solving

Menurut Uno (2014, hlm. 134) problem solving adalah kemampuan untuk menggunakan proses berpikir dalam memecahkan masalah dengan mengumpulkan fakta, menganalisis informasi, penyusunan alternatif solusi, serta memilih solusi masalah yang lebih efektif. Artinya problem solving merupakan pencarian solusi melalui proses berpikir yang sistematis.

Sementara itu menurut Lucenario dkk (dalam Khoiriyah & Husana, 2018, hlm. 151) problem solving adalah aktivitas yang membutuhkan seseorang antuk memilih jalan keluar yang dapat dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya yang berarti melakukan pergerakan antara keadaan sekarang dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini berkaitan dengan definisi masalah yang berarti kenyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan problem solving berusaha untuk memperbaiki kenyataan tersebut menjadi sesuai dengan harapan.

Selanjutnya, menurut Solso (dalam Mawaddah, 2015) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Tentunya solusi spesifik berarti solusi yang sesuai dengan masalah yang terjadi. Selain itu, Gagne dalam (Made, 2016, hlm. 52) mengemukakan bahwa problem solving dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Kombinasi dari sejumlah aturan dapat dipahami sebagai algoritma atau langkah-langkah yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah aktivitas proses berpikir untuk mencari solusi berupa suatu prosedur atau langkah yang spesifik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Jenis Masalah

Terdapat beberapa jenis masalah, yaitu:

  • Masalah yang prosedur pemecahannya sudah ada dan telah diketahui siswa;
  • Masalah yang prosedur pemecahannya belum diketahui oleh siswa;
  • Masalah yang sama sekali belum diketahui prosedur pemecahannya dan atau belum diketahui data yang diperlukan untuk mencari solusinya.

Tentunya dalam pendidikan abad 21, kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan dapat dikuasai adalah penyelesaian masalah terhadap masalah yang belum diketahui prosedur pemecahannya dan atau belum diketahui data yang diperlukan untuk mencari solusinya.

Indikator Problem Solving

Bagaimana caranya kita mengetahui bahwa seseorang atau dalam bidang pendidikan spesifiknya peserta didik telah mampu menggunakan kemampuan problem solvingnya? Terdapat indikator yang dapat mencirikan bahwa seseorang tengah mempraktikan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Johnson & Johnson (Tawil & Liliasari, 2013, hlm. 93) indikator-indikator penyelesaian masalah adalah sebagai berikut.

  • “Mampu mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga peserta didik mengerti masalah apa yang akan dikaji. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu mendefinisikan beberapa masalah mengenai isu-isu hangat yang terjadi di lingkungannya;
  • “Mampu mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah”. Jika hal yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasi masalah, maka selanjutnya peserta didik harus dapat menyelidiki ataupun menemukan sebab atau alasan terjadi suatu permasalahan tersebut sehingga bisa mencari solusi;
  • “Mampu merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas”. Mengatasi suatu permasalahan tentunya bisa melakukan berbagai hal sesuai tingkat permasalahan yang ada. Strategi yang dilakukan pun bisa berbedabeda sehingga perlu adanya alternatif strategi yang lain jika salah satu strategi tidak dapat berhasil mengatasi suatu permasalahan tersebut;
  • “Mampu menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan”. Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam memecahkan suatu masalah karena menentukan strategi yang paling baik dari beberapa alternatif strategi yang ada;
  • “Mampu melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil”. Evaluasi dilakukan agar dapat memperbaiki hal-hal yang salah dari kegiatan proses maupun hasil yang dilakukan ketika memecahkan suatu masalah. Sehingga akan menjadi cerminan untuk selanjutnya agar melakukan strategi yang lebih baik lagi.

Tabel Indikator Problem Solving

Jika disusun dalam tabel indikator seperti layaknya indikator-indikator lainnya dalam bidang pendidikan, maka indikator penyelesaian masalah dapat dijabarkan sebagai berikut.

Sumber: Tawil & Liliasari, (2013, hlm. 93)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Problem Solving

Menurut Kartika,(2017, hlm. 327) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

  • Pengalaman Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal wacana atau soal aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan terhadap biolohi dapat menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
  • Motivasi Dorongan yang kuat dari dalam diri seperti menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya bisa, maupun dorongan dari luar diri (eksternal) seperti diberikan soal-soal yang menarik, menantang dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
  • Kemampuan memahami masalah Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep soal, tugas, atau permasalahan nyata yang berbeda-beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
  • Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreativitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.
  • Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal apapun sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Sikap mandiri dapat membuat seseorang mampu menghadapi masalah yang ada. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki sikap mandiri, dia tidak mampu menghadapi jika ada masalah.
  • Kepercayaan diri Kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai keberhasilan, karena semakin tinggi kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, semakin kuat pula semangat untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Langkah-langkah Problem Solving

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penyelesaian masalah adalah sebagai berikut.

  • Memahami Masalah Langkah ini sangat menekankan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta – fakta menentukan hubungan di antara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang ditulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama. Biasanya siswa harus menyatakan kembali masalah dalam bahasanya sendiri.
  • Membuat Rencana Pemecahan Masalahi Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat dipahami. Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Jika masalah tersebut adalah masalah rutin dengan tugas menulis kalimat matematika terbuka, maka perlu dilakukan penerjemah masalah menjadi bahasa matematika. Jika masalah yang dihadapi adalah masalah nonrutin, maka suatu rencana perlu dibuat, bahkan kadang strategi baru perlu digambarkan.
  • Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalahi Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat dalam langkah harus dilaksanakan dengan hati-hati. Untuk melalui, estimasi solusi yang dibuat sangat perlu. Diagram, tabel, atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. Tabel digunakan jika perlu. Jika solusi memerlukan komputasi, kebanyakan individu akan menggunakan kalkulator untuk menghitung daripada menghitung dengan kertas dan pensil dan mengurangi kekhawatiran yang sering terjadi dalam pemecahan masalah. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
  • Melihat (mengecek) Kembali Selama langkah ini berlangsung, solusi masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek kembali. Melakukan pengecekan dapat melibatkan pemecahan yang menentukan akurasi dari komputasi dengan menghitung ulang. Jika membuat estimasi, maka bandingkan dengan solusi. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Bagian penting dari langkah ini adalah ekstensi. Ini melibatkan pencarian alternatif pemecahan masalah.
  • Handayani, Kartika. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika. SEMNASTIKA 2017, 06 May 2017, Medan.
  • Khoiriyah, A. J., & Husamah, H. (2018). Problem-based learning: creative thinking skills, problem-solving skills, and learning outcome of seventh grade students. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 4(2), 151–160. https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804
  • Made, W. (2016). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT Bumi Aksara.
  • Mawaddah, Siti. (2015). Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran genaratif (generative learning ) di smp. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (2)
  • Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks. Makassar: Badan Penerbit Universitas Makassar.
  • Uno, Hamzah. 2014. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. cetakan ke-10. Jakarta: Bumi Aksara.

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar, batalkan balasan.

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

What is a facilitator and what do they do?

apa itu problem solving facilitator

As a professional facilitator, there are certain questions I find it really hard to answer. Such basic, chit-chat-at-the-dinner-party questions, in fact, that it’s almost embarrassing. Questions like: What is a "facilitator"? Why do people hire you? What is it that you actually do ?

To get to the bottom of these matters I’ll be using my own experience, that of colleagues from my networks and, in particular, data drawn from the State of Facilitation in 2023 report , which is based on over 1100 responses to a global survey.

Design your next session with SessionLab

Join the 150,000+ facilitators 
using SessionLab.

Recommended Articles

A step-by-step guide to planning a workshop, how to create an unforgettable training session in 8 simple steps, 47 useful online tools for workshop planning and meeting facilitation.

If you are considering starting a career as a facilitator, read on to be prepared for all these questions that will soon be coming your way.

If you are here because you might be hiring facilitators yourself, I hope you’ll find some good insights into what to look for. Finally, if you are a colleague, I’d love to hear your feedback on this piece. Do my answers match your experience? What did I miss? 

In this article, we will look at:

What is a facilitator? 

Asking ChatGPT will give you a pretty good answer. “A facilitator is a person who helps to guide and manage group discussions and activities in order to achieve specific goals or outcomes. They act as a neutral party who promotes open communication, fosters collaboration, and ensures that all participants are heard and their contributions are valued. A facilitator typically does not take an active role in the conversation or provide solutions, but instead serves as a guide to help the group members generate their own ideas and come to their own conclusions.” The explanation of this role as given by the IAF, the International Association of Facilitators , is not that different, if perhaps more nuanced, as it stresses impartiality, and balance between the group and the individual. “Facilitators fill an impartial role in helping groups become more effective. They set aside their personal opinions and support a group in making its own choices. Facilitators act as process guides and create a balance between ensuring individual participation and producing meaningful results.” Looking at what these (and other) definitions have in common, here are some key elements to highlight:

  • Facilitators work 1-to-many rather than 1-to-1: although we will talk one-to-one for interviews with participants, or when negotiating with a client, most of our work is with a group of people. This is helpful, for example, to distinguish the role of facilitator from that of leadership coach;
  • The facilitator’s role is to support a group’s process , steering it by, for example, designing activities, opening an important discussion and offering key questions. Content in a facilitation process comes from participants themselves (as opposed to what might happen with public speaking or training);
  • A facilitator’s position is neutral with regards to the content (but not with regards to the process). It is part of the facilitator’s job to make sure different voices are heard in the room, but not to choose among those voices or suggest solutions (as opposed to more “traditional” consultancy roles). Facilitators have opinions, of course, but staying neutral and setting them aside to focus on allowing the group’s opinions to surface is important.

We can summarise the above by saying that a facilitator designs and runs group processes with the aim of making it easy for everyone to contribute and achieve a shared goal. 

Facilitators often also have coaching, mediation or teaching/training skills; these are all different roles, different hats that can be worn by the same person.

As a tutor for students in a summer school program, for example, I am sometimes acting as a coach (in individual conversations with participants), sometimes as a trainer (providing short classes on communication skills), occasionally as a mediator (stepping in to offer support in a conflict) and mostly as a facilitator (designing a learning process and setting up activities to support individual participants to come together as an effective learning group). 

What is the purpose of facilitation?

A facilitator’s attention goes to encouraging rebalancing the three pillars of group work : objectives, relationship, and process.

Objectives answer the question: what is the aim of our work together? What do we want to achieve? This is the realm of KPIs, targets, and concrete outputs. What does a successful future look like for the team? What is the groups’ desired outcome? What values would we like to embody on the way? Process is about how we work together. What are our group processes? Who takes decisions? How do we keep one another accountable? How do we learn (from success as well as failure)? Here, an effective facilitator will help groups take control of their process, and may touch on elements of collaborative task management and collaboration and team problem solving. Taking care of relationships is about raising mutual trust inside the group. Who are we working with? How well do we know one another and communicate? Helping people learn how to participate effectively and with mutual respect is a vital element of effective facilitation.

apa itu problem solving facilitator

Depending on the needs of the specific team and job, a skilled facilitator will design activities that help the group reflect on its current situation and steer towards change in one, two, or all of these dimensions. Let’s see a couple of examples.  In business scenarios, facilitators often encounter teams that have dedicated their time almost exclusively to objectives, to the detriment of process and relationships. Trust might be eroded or there may be a lack of clarity on how to work together effectively. New conditions such as online work make it especially clear when process is badly defined: lots of energy and time can get wasted by duplicating efforts or leaving projects stalled in a bottleneck! In such cases, an effective facilitator will suggest ways of working on the team’s cohesion, encouraging participation and setting agreements as to how to work together, co-creating processes that fit that particular context.

Facilitation is sometimes misconstrued as a tool for “feeling good”, but the actual aim of getting-to-know-you games and playful energizers is to create a good environment in order to get things done ! A few hours dedicated to diagnosing how the team is managing its own internal dynamics and learning new skills, such as in this team Self-Management workshop , can radically improve group effectiveness. In non-profit contexts, such as citizen groups, I’ve sometimes diagnosed the opposite illness: the group is so focused on feeling good and creating internal cohesion that it’s not really advancing towards its objectives, or has never set clear objectives at all!

A facilitated workshop might then be devoted to creating or refreshing a shared vision and mission for the group. An ideation workshop, such as the one detailed in this template , might be just the thing. Taking a look through our template collection will give you more ideas of what a facilitated event or workshop can achieve!

What do facilitators do in practice? 

Facilitators are experts in group process and group management. Malia Josephine, founder of the start-up Facilitation Jobs, has put together a comprehensive list of over 30 job titles that refer to facilitation , from Organizational Development Specialist and training facilitator to Retreat Designer and more. Not to mention the more creative (and still accurate!) descriptions you can find on Linkedin such as “social enzyme” or “conversation bricoleur”. The list makes it clear that, as Voltage Control’s Douglas Ferguson put it in his commentary to the State of Facilitation 2023 report , “Facilitation is Everywhere”. Facilitators are present in private and public sectors, in NGOs and big corporates, facilitating board meetings and outdoor team building. What are all these facilitators up to?

Depending on the context and needs, here are some actions facilitators might typically take.

apa itu problem solving facilitator

Facilitators will work behind the stage to design appropriate processes based on the task at hand. Some of a facilitator’s routine activities in this stage include:

Preparation & design

  • interviewing key stakeholders, having meetings with the client (and other relevant roles such as, for example, someone in HR or in a communications role) aiming to understand current needs, past history and future hopes;
  • designing meetings, events, workshops or retreats around the overall topic and purpose, including preparing lists of intended outcomes and a detailed agenda;
  • reviewing, revising and amending that agenda with the client;
  • suggesting needs for a location (such as how to organize seating spaces, how many tables are needed and so on) or, if the workshop is online, recommending what software to use;
  • drafting information to include in the invitation and/or communicating directly with participants before the event to share expectations, inform them on what types of activities will be run, what technology will be used, considerations around accessibility and so on (for more about how to set up your facilitation events for accessibility, read Marie Dubost’s top tips ) 
  • doing some research on the topic, e.g. by studying project documents, to get a grasp of the technical jargon or specialised knowledge participants will refer to.

Leading activities

An event agenda typically includes sections with speakers: parts of the day where information is presented by, for example the host/client, a department manager, the team presenting a challenge. Other points of the agenda will be participatory activities: here is where facilitators take the stage to introduce, give instructions, lead debrief sessions, clarify any questions. In such moments, facilitators will:

  • Welcome participants, introduce the process;
  • Propose activities that help co-create psychological safety , build a healthy group dynamic and set up a good environment for the day. These could be, for example, ice-breakers, energizers, creating ground rules, exploring personal motivations, and so on;
  • Lead activities to encourage ideation, new ideas, creativity, brainstorming (divergence);
  • Guide activities designed to reach a conclusion, such as consensus building, defining action plans, next steps, and finalizing outputs (convergence).

Moderating conversations

During conversations and discussions, facilitators use their moderation and meeting management skills to:

  • Direct the traffic of conversation , for example using rounds, talking pieces, active listening, activities in pairs and small groups, setting time limits for people to speak, and so on. Facilitation does not necessarily mean “everyone will have exactly the same amount of time to speak in” (though sometimes it might) but it should mean everyone gets the opportunity to express their opinion, whether it’s in written form with sticky notes, in turns, or in a myriad other ways. Facilitators will encourage everyone’s participation (but should not enforce it! Some people prefer to be quiet and that is also ok);
  • Step in to suggest ways of working through conflict. Not all facilitators have mediation skills, but expert professionals will have an understanding of how to handle conflict creatively and constructively ;
  • Summarise the conversation, ask clarifying questions, or suggest topics that push the group to go further in its thinking;
  • Time management and taking meeting notes , or setting in place mechanisms to do that collaboratively (here is an example of how to do that ).

Following up & debriefing

A facilitator’s work does not end when the meeting or event ends. Some typical tasks get done in follow-up, such as:

  • Drafting reports. Often clients will request reports of how the project went. Make sure you have an agreement about what to highlight! I’ve had clients reveal to me only after an event was over that they needed specific data collected on participants, or surveys filled in. It would clearly have been much easier to collect such data points if we had had an agreement before! 
  • Sharing resources and materials. After a workshop it’s typical to send participants materials, resources, pictures, or reminders of any follow-up work to be done;
  • Take part in debrief meetings and help collect learnings. A facilitator might in fact be the one insisting that the team meet again after the event or series of workshops to discuss learnings: what went well? What would we change next time? This is part of how we build a lasting, productive relationship with clients.

What do facilitators not do? 

Here are 5 things facilitators typically should not be expected to do. Scouting locations, registering participants, setting up audio and video equipment are things facilitators might be able to do (I have found myself doing these myself upon occasion) but are not normally part of our role. If you are organizing an event or workshop, making sure you have a dedicated person to take care of logistics, enrollment and equipment will save you awkward misunderstandings. Most importantly, someone specialized in such tasks will surely do a better job of it! The other two points on this list (providing content and offering solutions) are what really separates the facilitator’s role from the trainer, teacher, lecturer, or “traditional” business consultant. Bea Briggs from the International Institute for Facilitation and Change (IIFAC) has put together a handy table to distinguish the roles of facilitator, trainer, and speaker.

  • A facilitator will not scout and book the location for you. Generally, the client takes care of finding the right location as well as of logistics such as catering or accommodation. That said, the setting of the room is a key element that influences the design of activities, as we shall see in more detail in the “What should I keep in mind when hiring a facilitator?” section below. Often facilitators will know places they might recommend and/or have specific requests the client should keep into consideration. If the workshop is online, on the other hand, it is more likely that facilitators will suggest the software(s) they are most familiar with .
  • A facilitator’s job is not to enlist participants. I have occasionally been mistaken for a communication or a graphic design expert, which I’m certainly not! While some people might have skills in such areas, particularly those facilitators who organize their own workshops, preparing flyers and invites falls outside of a facilitator’s expertise. Giving facilitators a say on what is written in the invite can certainly help set expectations, but the hosting team is more likely to do the actual work of creating visual assets and finalizing a participants’ list.
  • Facilitators should not be expected to set up the tech. While it is extremely common for facilitators to walk into the workshop space early in the morning and start rearranging tables and chairs, they should not be expected to set up audio-video equipment, microphones, cameras, and the like. In online environments, facilitators are likely to be working with a dedicated “producer” or “tech host” to take care of all the backstage technical details. To learn more about the different roles that support facilitation, read our blog post on co-facilitation.
  • A facilitator is not a content expert. Hiring a facilitator who has expert knowledge of a certain topic may be a benefit, because it lowers the communication barrier if, for example, jargon and specialized terms are used. On the other hand, our “naive” questions can sometimes be a hidden gift, by creating a safe opportunity for participants to reveal that they do not fully understand something either. Lately, this happened to me when facilitating a workshop on micromobility: during a pre-event briefing, I asked a question about what exactly the different categories of vehicles being discussed were. This led to discovering there were various interpretations of those categories and no clear consensus (yet). Result: my “stupid question” ended up becoming the first activity of a multi-stakeholder event, which in turn informed the first section of the resulting position paper (and possibly, a step toward clear consensus).
  • Lastly, of course, facilitators will not provide ready-made recipes to solve a team’s problems! One of the core tenets of facilitation is that the resources needed to create change and make steps forward lie within the team itself. If more resources are needed (such as, for example, an executive decision, more time, more funding) it’s still up to the team to find ways of moving towards its objectives. Facilitation can offer a safe space to design those pathways , and helpful tools to focus attention, but ultimately, results are determined by the participants!

Here is an article by Valerie Patrick listing other common misconceptions about facilitation , such as that it’s “just a gimmick” or “touchy-feely” or that it’s “a sign of weakness to let someone facilitate your meeting” (spoiler: it’s not).

What does a facilitation career look like?

Based on results of the State of Facilitation 2023 survey , 54.9% of facilitators are freelancers, working with multiple clients at a time , on many different projects. This is part of what I love about freelancing as a facilitator: as a perpetually curious person, this enables me to observe and partake in the efforts of many different teams on different fronts. Not all facilitators work in this way though: another possibility is to be part of a team of facilitators in what effectively amounts to being small consultancy businesses . That’s the case of my friends Melania Bigi and Ilaria Magagna over at Tara facilitation : they’ve put together a group of facilitators, all with slightly different expertise (such as graphic facilitation, small-team leadership and development, decision-making, communication) with a focus on supporting small and medium enterprises. Last but not least, there is the case of in-house facilitators. The rise of agile, design thinking, and design sprints has created a need for specialized roles available to offer facilitation services continuously and combine this with a deep understanding of the context. In-house facilitators mostly work in large companies, corporates, and foundations. They might be tasked, for example, with creating inter-departmental sessions for strategic planning, involving stakeholders in consultation processes , and designing customized trainings for staff. 

Young woman writing on sticky notes arranged on a window

Whatever the position, facilitators’ daily life is likely to be divided into two main groups of tasks:

  • Designing interventions. Whether it’s events, workshops, one-off or long-term, much of our time is spent at the desk and in preparatory meetings to define the objectives of our work, negotiate agreements with clients, interview stakeholders, design a learning process and set up agendas. I am going to include follow-up work here, despite the fact that it happens later, as it has a similar character of being backstage desk work. SessionLab’s Planner is a helpful tool at this stage, saving you time in designing, keeping all your sessions and methods neatly organized, and enabling you to share professional agendas with clients. To follow all the steps of how designing workshops works, here is an in-depth guide .
  • Hosting/leading events, workshops, meetings. This is the most visible part of our work, when we are actually delivering to participants whatever design we’ve agreed on. This is when we step up, moderate conversations, interact, steer the flow of activities and so on.

The International Association of Facilitators, IAF, describes professional facilitators’ core competencies in this document . The list shows a balance between design and delivery: three Competency areas— Creating Collaborative Client Relationships, Plan Appropriate Group Processes , and Build and Maintain Professional Knowledge —revolve around preparation. 

The other three are more focused on delivery: Create and Sustain a Participatory Environment , Guide Group to Appropriate and Useful Outcomes and Model Positive Professional Attitude . Reading through the details and the Code of Ethics will give you a very clear idea of what is important to know about professional facilitation. 

When do you need a facilitator? 

This is another version of the question “What do facilitators do”, this time slanted towards results and achievements. What impact does a facilitator’s work have? Where is the value? Having a facilitator involved in a group process will improve the effectiveness of your work, saving you time, energy and, ultimately, money. The prime example of this is probably meetings: if your meetings leave everyone tired, confused and frustrated, a facilitator can help give them direction, organize the agenda, ensure the group stays on track to reach desired outcomes. I have often had the opportunity of facilitating one or two-day kick-offs for large, multi-stakeholder projects: participants gathering from different Countries, using different jargons and working in different areas of expertise. By the end of the event, they should have clarity about their project, each individual team and person’s role in it, next steps, how communication will flow, timelines, and feel motivated about doing the project at all! A facilitator (or more likely in this case, a facilitation team) can help with all that. 

Business people at a round table

If nobody is in charge of the process, there will be a lot of confusion, resulting in many more meetings and emails to be exchanged later. If the event is an unimaginative series of lecture-style presentations (I am quoting from a real-life situation here) people will say things like “ the speeches took too long, and breaks were the only time when we could actually talk to one another and figure out how we will work together .” Facilitation helps set up effective collaboration and maintains it in time. It also supports engagement and buy-in by ensuring everyone’s voice is heard early in the process. This can mitigate a lot of risks! A colleague of mine recently facilitated public participation dialogues between a train company wanting to run a new line close to a mid-sized town and the local citizens. At the very first meeting, a group of citizens proposed a slight variation to the proposed track which would mitigate their concerns about car traffic changes: this was quickly accepted by the company. One of the locals told the facilitator “If they had started building based on the original proposal we would have picketed the site for months! Thanks for saving us a lot of time and effort .” I also imagine it was a great return on investment for the train company, which had paid a few thousand Euros for the facilitation process.

Other facilitated activities such as using case studies or simulations help save time and money in the long run by “acting out” possibilities in safe environments, hearing out many different opinions, and different ways of thinking, before a decision is taken. For more on how facilitation helps decision-making , this article covers how to improve group decision-making and what common decision-making rules you might want to use. Some of the most common reasons (and there are many more) I’ve witnessed for hiring a facilitator’s services include:

  • the need to work with diverse stakeholders , such as the train company with local citizens;
  • helping to align partners for a common aim , such as with EU-project kick-offs;
  • supporting a new group to draft its vision, mission, aims, value statements and group agreements, as I do with new students in summer schools;
  • boosting creativity and ideation , for example through design thinking workshops. 

When should you hire a facilitator? 

As we’ve seen so far, facilitation can help a group use its resources more effectively (and that includes time, money, and personal energy), by:

  • making meetings more effective;
  • improving interpersonal dynamics;
  • mitigating risks;
  • increasing buy-in and participation;
  • managing conflict constructively. 

It’s safe to say that ordinary, day-to-day meetings can be facilitated internally by the team itself (using tips and structures such as the ones you can find in this post on facilitating meetings ). 

Three colleagues working at a computer

External facilitators should be called in if some of these conditions are met:

  • a large or very large meeting, with over 20 participants (up to hundreds! Huge meetings are not an obstacle, as long as you have enough space, resources and people to cover different facilitation roles);
  • diverse participants, in terms of origin, language, culture, background, expertise;
  • the potential for conflict;
  • situations of ambiguity and complexity where there is no “one given simple solution” to be found.

A great resource to answer the question of whether you need a facilitator or not is this checklist drawn from the 2013 book “Diverging Conversations Through Facilitation ”. 

What to keep in mind when hiring a facilitator

Once you have decided you do want to hire an external facilitator, here are four things you should keep in mind.

(1) Facilitators are specialists in process design. Draw them in early, before your agenda is set: that is how we can be most useful. I was recently hired for a one-day event in which the agenda had already been set to the minute, with lots of presentations and speeches, yet the hosts were “putting our faith in you to make it participatory.” I did my best, but interactions when you have to carve out five minutes here and there are inevitably limited! 

(2) A good facilitator will help you define your requirements and desired outcomes, but the clearer your needs are from the beginning, the easier everyone’s job will be . Expect facilitators to ask you: when is the event (freelancers have crazy schedules), where is it (including online, in-person, or hybrid), who will attend, and what outcomes are you looking for?

apa itu problem solving facilitator

If a facilitator recommends co-facilitating or investing in another role such as a graphic recorder to capture conversations, or a tech host online, don’t discount the suggestion offhandedly . Yes, it could cost you more, but there could also be real benefits to it. For more on co-facilitation and why it works, read here .

Facilitators have opinions regarding locations and those opinions have reasons! We are flexible and will work with anything (we have shared some fun stories in this community thread, including facilitating in a church and in a parking lot) but settings are important and have an influence on a workshop’s success. The way lecture halls are typically built in Western Universities, for example, tell a story about where the power lies, who has the right to speak, and what is the best attitude for learning (seated, quietly taking notes). Workshop rooms designed to be flexible , with tables you can move about, space to hang up posters, chairs that can be arranged in many different ways tell a different story, about collaboration and creativity. 

Lecture space with seats made of wood that can be moved about

A facilitator might also have ideas around how to arrange a room in a way that is unexpected, and novel to participants. This is in itself a strong statement and sets the mood for the day: expect something unusual! With that in mind, it should come as no surprise if facilitators ask you to access rooms an hour (or more) before an event starts, if only to quickly rearrange the chairs!

How much does facilitation cost? 

Given the variety of facilitation services out there, there is really no definitive way of answering this question. To get a general sense, you can check out the State of Facilitation report section on pricing for your geographical location and/or sector. A more detailed look at the topic, from a couple of years ago, comes from the NeverDoneBefore community’s pricing survey. In both cases, the median price for a full-day workshop was given at about €3000. This is a good indication to start with, but as many respondents pointed out, there are many variables involved. Is the request to accompany a group in time, or a one-off event? How much preparation is required, how many meetings with staff? How large is the event? Are travel and accommodation covered? If you are a facilitator working on how to price your services, I highly recommend this podcast episode on How to Price your Facilitation and Coaching services , hosted by Myriam Hadnes on Workshops Work, in which pricing expert Jenny Millar offers her reflections and top tips. After listening to it, I began to offer three-tier pricing options to potential clients, which is one of the tools recommended in the podcast. I have found experimenting with this approach very helpful also because it forces me to articulate clearly what services I can offer extra (such as 1:1 interviews, or follow-up questionnaires), and should be paid extra for, versus what the bare minimum would cost. Negotiations on pricing, especially when a client is new and not familiar with facilitation yet, are also an opportunity to go deeper into explaining a facilitator’s role and value. Expect some back-and-forth negotiation!

Where are facilitation skills useful besides professional facilitation? 

Requests for professional facilitation and facilitation skills are definitely on the rise. Changes in the workplace accelerated by the Covid-19 pandemic, in particular, made it painfully clear when meetings and workplace habits were functional or dysfunctional to making progress. In between the lines of commentary to the State of Facilitation 2023 report two parallel trends emerge:

  • more requests for professional facilitators (and a need for more training and certification in general facilitation skills) and, at the same time
  • a more diffuse appreciation of basic facilitation skills , such as meeting management. To quote IAF Vice-chair Gerardo De Luzenberger , “facilitation [is] becoming widespread as a transversal competence among leaders as well as in the general workforce. “

As facilitation skills become widespread, in fact, so does the ability to detect when a situation can be facilitated internally and when some extra help is needed. A more facilitative approach is also diffused in certain education environments, as teamwork abilities and communication skills are more and more recognized as a crucial part of pedagogy. This is detailed, for example, in numerous publications on the future of education such as this policy paper on Skills for a Modern Europe . 

Learning facilitation skills and applying them in your workplace or volunteering organization is also a common place to start what may become a facilitation career . For an overview of general facilitation skills, you can read this article . And if you feel ready to try out facilitating daily meetings , you can use SessionLab’s template library , particularly templates marked as #essential, to begin! 

In this piece, we’ve gone through an overview of what facilitators are, what they do on a daily basis, what a facilitation career looks like and what to keep in mind when hiring one. We’ve seen what actions facilitators take to design and lead processes that make it easier for groups to get together and achieve lasting results. I leave you now with a question: how would you explain facilitation to a 5-year old? I might say something along the lines of “Facilitators help adults play and learn together”. Facilitator and trainer Mirna Smidt added this contribution: “It’s like your kindergarten lady, who creates order when you all want the same toys, just with adults at their work.” Others have likened the facilitator’s position to a tour guide, an architect, or a pilot.

What would you say? And what more would you like to know about the world of facilitation? Join the conversation in our community!

' src=

Wonderful reading. I like it and as a facilitator forthe last 10 years, a position take after over three decades of working in research and development I can attest to the schools of thought on facilitation presented.

' src=

This was certainly an amazing and engaging article. I enjoyed it!

' src=

Thank You! Great Information

Leave a Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

cycle of workshop planning steps

Going from a mere idea to a workshop that delivers results for your clients can feel like a daunting task. In this piece, we will shine a light on all the work behind the scenes and help you learn how to plan a workshop from start to finish. On a good day, facilitation can feel like effortless magic, but that is mostly the result of backstage work, foresight, and a lot of careful planning. Read on to learn a step-by-step approach to breaking the process of planning a workshop into small, manageable chunks.  The flow starts with the first meeting with a client to define the purposes of a workshop.…

apa itu problem solving facilitator

How does learning work? A clever 9-year-old once told me: “I know I am learning something new when I am surprised.” The science of adult learning tells us that, in order to learn new skills (which, unsurprisingly, is harder for adults to do than kids) grown-ups need to first get into a specific headspace.  In a business, this approach is often employed in a training session where employees learn new skills or work on professional development. But how do you ensure your training is effective? In this guide, we'll explore how to create an effective training session plan and run engaging training sessions. As team leader, project manager, or consultant,…

apa itu problem solving facilitator

Effective online tools are a necessity for smooth and engaging virtual workshops and meetings. But how do you choose the right ones? Do you sometimes feel that the good old pen and paper or MS Office toolkit and email leaves you struggling to stay on top of managing and delivering your workshop? Fortunately, there are plenty of online tools to make your life easier when you need to facilitate a meeting and lead workshops. In this post, we’ll share our favorite online tools you can use to make your job as a facilitator easier. In fact, there are plenty of free online workshop tools and meeting facilitation software you can…

Design your next workshop with SessionLab

Join the 150,000 facilitators using SessionLab

Sign up for free

04 Mar 2022

Apa itu problem solving manfaat dan penerapannya.

Artikel - FAS,

Artikel - FET,

Artikel - FOB,

Artikel - FOE,

 alt=

Masalah dapat didefinisikan sebagai situasi atau tantangan yang memerlukan tindakan atau pemecahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, masalah dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang melibatkan identifikasi, pemahaman, dan penyelesaian suatu masalah.

Proses penyelesaian masalah dimulai dengan pengenalan masalah, kemudian analisis masalah untuk mengetahui penyebabnya dan solusi yang mungkin. Setelah itu, langkah-langkah konkret diambil untuk menerapkan solusi tersebut, dan hasilnya dievaluasi untuk memastikan bahwa masalah telah diselesaikan secara efektif.

Dalam penyelesaian masalah, berbagai keterampilan dapat diperlukan, termasuk kreativitas, pemikiran kritis, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk membangun dan menguji solusi. Ini adalah proses penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Kemampuan untuk mengatasi masalah dengan efektif dapat membantu seseorang mengatasi masalah, mencapai tujuan, dan membuat keputusan yang lebih baik.

Bagaimana Proses Problem Solving Terjadi?

Untuk mengatasi masalah atau situasi tantangan, seringkali seseorang menggunakan proses penyelesaian masalah. Pada tahap pertama, masalah diidentifikasi. Ini berarti masalah dikenali dengan jelas. Setelah itu, analisis masalah dilakukan untuk memahami sumber masalah, serta akibatnya. 

Pada tahap ketiga, ide kreatif digunakan untuk menghasilkan berbagai alternatif solusi. Setelah itu, evaluasi solusi dilakukan untuk menentukan solusi terbaik berdasarkan hasilnya. Tahap berikutnya adalah menerapkan solusi melalui rencana tindakan yang jelas, dan terakhir, evaluasi hasilnya. 

Proses penyelesaian masalah membantu orang mengatasi masalah dengan cara yang terorganisir dan efektif, menghasilkan solusi yang lebih baik, dan membuat keputusan yang lebih baik.

Manfaat Problem Solving

Manfaat Problem Solving

Delapan berikut adalah manfaat utama dari memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang perlu kamu tau:

1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah  

Manfaat utama problem solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan lebih efektif. Seseorang yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah akan dapat menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri, mencari solusi yang lebih baik, dan mengurangi tingkat stres yang dihadapi ketika menghadapi masalah.

2. Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan

Proses analisis dan evaluasi yang dikenal sebagai penyelesaian masalah membantu orang membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi dan profesional, seperti memilih karir, investasi, atau keputusan-keputusan penting lain dalam hidup.

3. Meningkatkan Kreativitas 

Saat menghadapi masalah, seseorang seringkali harus berpikir kreatif untuk menemukan cara baru untuk menyelesaikannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan kreatif dan inovasi.

4. Meningkatkan Komunikasi 

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal, penyelesaian masalah sering melibatkan kerja tim, di mana orang harus berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.

5. Meningkatkan Produktivitas

Dengan memecahkan masalah secara efektif, individu dan kelompok dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, yang berkontribusi pada pencapaian tujuan dan hasil yang diinginkan.

6. Meningkatkan Kepercayaan Diri 

Mengatasi masalah dengan sukses dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Ini karena mereka sadar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan.

7. Pengembangan Karier

Dalam konteks karir, kemampuan pemecahan masalah sangat dihargai. Orang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik memiliki kemungkinan lebih besar untuk mencapai kesuksesan di tempat kerja.

8. Meningkatkan Kualitas Hidup 

Kemampuan menyelesaikan masalah dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Ini karena kemampuan pemecahan masalah memungkinkan orang untuk mengatasi masalah yang mungkin menghalangi mereka dari mencapai tujuan dan kebahagiaan pribadi mereka.

Oleh karena itu, mempelajari kemampuan menyelesaikan masalah adalah langkah yang bagus untuk membangun diri sendiri dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Penerapan Problem Solving di Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah berarti mengatasi berbagai situasi dan masalah. Pertama-tama, penting untuk mengidentifikasi masalah dengan jelas. Ini berarti merumuskan masalah dengan tepat, menemukan sumbernya, dan memahami bagaimana masalah tersebut akan mempengaruhi kehidupan kita. Misalnya, beban kerja yang berlebihan adalah masalah jika seseorang mengalami stres karena terlalu banyak tugas yang harus mereka selesaikan.

Analisis dilakukan setelah masalah ditemukan. Ini mencakup mengumpulkan informasi, memikirkan solusi yang mungkin, dan memahami akibat dari setiap solusi. Orang mungkin perlu mempertimbangkan contoh di atas atau meminta bantuan rekan kerja.

Selanjutnya, langkah ketiga adalah membuat dan menerapkan solusi. Ini mencakup membuat rencana tindakan yang jelas, mengambil tindakan konkrit untuk mengatasi masalah, dan dengan konsisten mengikuti rencana tersebut. Mengatur prioritas tugas, menggunakan alat manajemen waktu, atau berbicara dengan atasan tentang cara memberikan tugas yang lebih seimbang adalah beberapa solusi untuk beban kerja yang berlebihan.

Terakhir, refleksi dan evaluasi adalah langkah penting dalam menyelesaikan masalah. Setelah penerapan solusi, sangat penting untuk menilai apakah masalah telah diselesaikan dengan baik dan apakah solusi itu efektif. Jika hasil yang diinginkan belum dicapai, orang harus siap untuk merevisi rencana dan mencari solusi yang lebih baik atau perbaikan.

Problem solving membantu orang mengatasi masalah dengan lebih baik, mengurangi stres, meningkatkan kualitas hidup, dan membuat keputusan yang lebih baik. Ini juga membantu mereka tumbuh dalam keterampilan penting yang mereka miliki secara pribadi dan profesional. Problem solving dapat menjadi alat yang kuat untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari jika dilakukan dengan cara yang sistematis dan berpikir kritis.

Sampoerna University

Sampoerna University adalah sebuah universitas terakreditasi penuh di Indonesia yang menawarkan pilihan terbaik bagi mereka yang mencari pendidikan internasional unggul. Kami adalah universitas swasta, non-denominasi, nirlaba yang berlisensi dan terakreditasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 

Sampoerna University menawarkan berbagai program sarjana dan magister di bidang-bidang seperti bisnis , teknologi informasi , kreativitas dan desain , serta studi kelas dunia. Universitas ini menempatkan fokus pada pendekatan pembelajaran yang inovatif dan berorientasi pada industri, dengan tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa berhasil dalam karir mereka.

Kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung bagi mahasiswa, dengan dukungan fasilitas modern dan fakultas yang berkualitas. Kami juga memberikan beasiswa dan program bantuan keuangan untuk mendukung aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa berprestasi.

Dalam beberapa tahun sejak didirikan, Sampoerna University telah menjadi pilihan pendidikan tinggi yang menarik bagi calon mahasiswa di Indonesia. Dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif, koneksi industri yang kuat, dan fokus pada pengembangan karir, kami memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja.

Segera daftar untuk ikut proses penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2023-2024 disini . Admission Team kami akan segera menghubungi untuk memberi informasi lebih detail.

Jadwalkan dengan kami kapanpun kamu ingin visit tour kampus on-site atau virtual!

Recent Post

Featured Image

5 Film Animasi Indonesia Yang Mendunia

Featured Image

Internet of Things: Definisi, Contoh & Cara Kerja

Featured Image

3 Profesi Bergengsi Di Dunia Penerbangan Selain Pilot

Share This Article

Recent More

film animasi indonesia

Mei, 08 2024

Industri animasi Indonesia telah mencatatkan perkembangan yang signifikan dan mulai mencuri perhatian di panggung...

Apa itu Internet of things?

Apa Itu IoT (Internet Of Things)? Internet of Things (IoT) adalah konsep yang mengacu...

profesi bergengsi di dunia penerbangan

Industri penerbangan terus berkembang pesat, membuka berbagai peluang menarik bagi kamu yang ingin berkarier...

Problem Solving Adalah Skill Penting, Ini Penjelasan Lengkapnya!

Sudah terjun dalam dunia kerja tapi masih asing dengan istilah problem solving ?

Sangat disayangkan tentunya jika iya. Padahal problem solving adalah soft skill penting yang bermanfaat bagi kemajuan karir seseorang. Mempelajari, memahami, menerapkan, dan mengasahnya akan sangat memudahkanmu menapak jalan sukses.

Mari kita bahas secara tuntas. Baca supaya jelas.

  • Pengertian Problem Solving

1. Dalam menyelesaikan pekerjaan, masalah pasti ada

2. bekerja itu kerja tim, masalah antar anggota itu pasti, 3. mengelola tim itu berat, masalah semakin banyak, 1. skill mendengar dengan baik, 2. analisis, 3. penelitian, 4. kreativitas, 5. komunikasi, 1. mendefinisikan masalah, 2. mengumpulkan data, 3. identifikasi kemungkinan penyebabnya, 4. identifikasi akar masalah, 5. ajukan dan implementasi solusi, 1. berkonflik dengan teman kerja, 2. melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan, 3. memiliki anggota tim yang bekerja kurang optimal, 1. mengubah mindset (cara pandang/berpikir), 2. melatih otak berpikir logis, 3. melatih kepekaan, 4. persering mendengarkan orang lain atau brainstorming, 5. membiasakan tenang dan berpikir positif, 6. meningkatkan kemampuan komunikasi, 7. banyak belajar dari problem solver berpengalaman, p engertian problem solving.

Apa yang dimaksud problem solving ?

Problem solving merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menemukan sumber masalah sekaligus solusi paling efektif untuk menyelesaikannya.

Pada faktanya, pemaknaan terhadap istilah ini juga menjadi lebih teknis dan spesifik. Bergantung pada bidang penggunaannya. Praktiknya keterampilan ini akan berbeda saat diterapkan dalam dunia akademik, teknologi, dan lainnya.

Tapi secara umum, metode problem solving di segala bidang pasti menggunakan pola yang sama. Dimulai dari mencari sumber masalah dan berakhir pada perumusan solusi terbaik untuk memecahkannya.

Mengingat masalah adalah hal yang sangat dekat dan sering dijumpai manusia, maka sebenarnya kemampuan ini sangat relevan dikuasai oleh semua orang.

Pentingnya kemampuan problem solving dalam dunia kerja

Bagi siapa saja yang terjun dalam dunia kerja dan punya minat untuk berkembang hingga level tinggi, menyadari pentingnya problem solving itu wajib. Nggak boleh menganggapnya sebelah mata.

Bahkan dari awal tes kerja, skill ini seringkali sudah mulai diukur kok. Perusahaan pasti senang jika pegawainya adalah seorang problem solver. Berikut ini beberapa poin pentingnya:

Bagi kamu yang berkarir sebagai guru, kamu pasti bakal sering menjumpai masalah dengan anak-anak.

Bagi kamu yang berkarir sebagai buruh, kamu juga mungkin akan berjumpa dengan mesin-mesin rusak.

Bagi kamu yang bekerja sebagai penulis, kamu juga berpotensi menjumpai fase masalah kebuntuan ide dan hilang semangat.

Demikian pula dengan bidang-bidang kerja lainnya. Tak ada pekerjaan yang tidak mengundang masalah.

Bahkan konon jika kamu menganggur juga pasti ketemu dengan masalah. Entah itu diomongin tetangga, diomelin mama papa, atau jadi bau karena jarang mandi. 

Iya nggak? hehe..

Maka dari itu, memiliki skill ini sangat penting. Meski hanya digunakan untuk menyelesaikan persoalan pribadi.

Salah satu urusan paling sulit untuk dijalani adalah ketika menjumpai masalah dengan sesama manusia.

Dalam dunia kerja, aktivitas ini sulit dihindari. Pasalnya kamu harus bekerja secara tim untuk menyukseskan berbagai target perusahaan.

Apakah kamu pernah merasa serba salah ketika punya masalah dengan orang lain? Begini ditanggapi salah, begitu direaksi salah. Retaknya hubungan antar anggota tim sedikit banyak bisa menghambat kemajuan.

Sebenarnya, hal-hal semacam itu bisa diminimalisir atau bahkan dihindari jika kamu memiliki kemampuan problem solving.

Dengan skill ini, kamu akan bisa lebih bijak dalam berinteraksi dengan sesama. Demikian halnya saat punya masalah. 

Untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih besar, umumnya dibutuhkan jabatan lebih tinggi dalam perusahaan.

Konsekuensinya, kamu akan lebih banyak mengelola orang-orang yang berpotensi punya masalah. Sebagai pemimpin, kamu punya tugas membereskan semuanya.

Jadi urusanmu jadi double. Masalah sendiri dan masalah orang lain dalam jumlah bertumpuk.

Tak mungkin kamu bisa jadi pemimpin jika tak menjadi problem solver. Suatu tim dalam perusahaan dijamin kacau balau jika pemimpinnya tak punya skill ini.

Baca juga: Pekerjaan Online dengan Potensi Sukses Tinggi

Maka jika kamu berminat berkembang dalam level manajemen, problem solving menjadi skill yang mutlak dikuasai

Kemampuan pendukung skill problem solving

Situs dunia kerja Indeed.com menjelaskan , ada beberapa keterampilan turunan yang bisa menunjang kemampuan problem solving. Apabila berbagai kemampuan ini terakumulasi dalam diri seseorang, maka ia menjadi problem solver yang mumpuni.

Semua orang bisa mendengar, namun tak semuanya bisa mendengar dengan baik. Maksudnya, mendengar sambil berusaha menangkap dengan baik apa yang disampaikan sehingga mampu menangkap utuh arahnya. Baik yang disampaikan secara tersurat maupun secara tersirat.

Analisis adalah kemampuan memahami persoalan. Menyusun berbagai detail dan puzzle masalah sebagai bahan dasar dalam menentukan solusi. Tidak gegabah dan benar-benar memperhatikan berbagai aspek secara menyeluruh.

Penelitian ini merupakan kemampuan dalam upaya mencari kebenaran berdasarkan fakta-fakta yang didapat. Seseorang dengan kemampuan ini akan memilah mana fakta dan mana opini dalam proses menyelesaikan masalah. 

Kreativitas adalah kemampuan menemukan hal-hal baru dan mungkin tak pernah dipikirkan sebelumnya. Masalah-masalah baru akan sangat bagus jika diselesaikan dengan metode dan cara-cara yang juga baru.

Seorang problem solver mungkin perlu berinteraksi dengan banyak pihak untuk menggali masalah dan mencari ide untuk menemukan solusi. Maka dari itu, kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi hal penting.

Beberapa kemampuan lain bisa jadi dibutuhkan untuk menjadi problem solver yang baik. Kelima hal yang saya sampaikan hanya contoh saja.

Langkah-langkah problem solving

Untuk mulai mencoba mempraktekkan problem solving dalam menuntaskan masalah yang kamu hadapi, kamu perlu tahu dulu langkah-langkahnya. 

Dunia sudah mengenal beberapa tools untuk merealisasikan langkah-langkah problem solving dengan benar. Salah satunya yang bernama RCA atau Root Cause Analysis.

Fungsinya membantu dan memandu problem solver agar mampu merumuskan solusi dengan baik hingga ke akarnya. Dengan demikian, masalah bisa tuntas.

Berikut 5 langkah problem solving berdasarkan tools RCA:

Pada tahap ini, problem solver perlu mendefinisikan dengan baik, masalah apa sih yang akan diselesaikannya?

Selain itu ia juga perlu menguraikan secara detail berbagai gejala atau penampakan yang menunjukan masalah itu memang ada. 

Jangan-jangan itu cuma gosip atau halusinasi doang. Ya kan?

Selanjutnya, kamu perlu kumpulkan data-data untuk membuktikan bahwa apa yang dianggap masalah itu terbukti ada secara faktual.

Jika sudah meyakinkan dan pasti memang masalahnya ada, kamu bisa analisis berapa lama masalahnya sudah adda? Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari masalah tersebut?

Perhatikan dampaknya secara menyeluruh. Mulai dampak terhadap dirimu, karyawan lain, pelanggan, atau siapapun yang kira-kira terdampak masalah tersebut.

Untuk bisa mencapai solusi terbaik, kamu perlu tahu penyebab utamanya. 

Namun sebelumnya, kamu bisa lakukan identifikasi dengan mengumpulkan berbagai kemungkinan sebab yang bisa saja benar. 

Coba urutkan apa saja dan pada kondisi macam apa saja itu terjadi. Karena kita perlu menemukan akar masalah (bukan gejala/masalah cabang), maka ini perlu dilakukan dulu sebelum menyimpulkan.

Dari sekian banyak sebab masalah, kamu bisa gali penyebab utamanya. Gunakan cara berpikir sebab akibat (kausalitas) agar bisa mendapatkan jawaban yang paling mendasar.

Ketika kamu salah mendeteksi akar penyebab, kamu pasti akan gagal memberi solusi. 

Persis seorang dokter yang melakukan diagnosa. Dokter tak bisa memberikan obat berdasarkan gejala (symptoms), ia perlu tahu hakikat penyakit yang menyebabkan gejala-gejala itu muncul.

Setelah jelas akar masalahnya, barulah kamu bisa memikirkan solusinya. 

Coba pikirkan baik-baik apa yang bisa dilakukan agar masalahnya tak muncul lagi? Pikirkan juga apakah ada dampak beresiko dari keputusan yang dipilih?

Semua faktor perlu diperhitungkan agar solusinya bukan hanya bisa menghilangkan masalah, namun juga tidak menghasilkan masalah baru.

Jangan sampai kamu menerapkan solusi ‘keluar dari lubang buaya masuk ke kandang singa’. Carilah solusi ‘keluar dari lubang buaya masuk ke kedai kopi’.

Setuju nggak nih?

Contoh problem solving di dunia kerja

Untuk memahami problem solving dengan lebih baik, mungkin kamu perlu mendapatkan gambaran mengenai contoh problem solving dan penyelesaiannya.

Saya coba memberikan gambaran berdasarkan studi kasus masalah yang mungkin kamu temukan saat bekerja.

Dalam dunia kerja, kemungkinan adanya konflik dengan rekan kerja sangatlah tinggi. Kamu sangat mungkin juga mengalaminya. Bahkan jangan-jangan, kamu pernah juga mengalaminya?

Misalnya kamu jumpai teman kerja yang ketika bertemu selalu tampak ketus, saat ditanya jawab seadanya, dan kamu dapati juga ia suka nyinyir.

Bagaimana cara problem solving-nya ?

Pertama-tama, kamu harus cari tahu alasannya melakukan hal-hal tersebut. 

Coba menahan diri dari keputusan langsung aktif bereaksi dengan mengedepankan ego. Masalah bisa semakin panjang itu yang dijadikan pilihan.

Kamu perlu kumpulkan fakta-fakta yang melatari sikapnya secara memadai. 

Bisa dengan melakukan refleksi diri dengan melemparkan berbagai pertanyaan: apa pernah aku berkata sesuatu yang menyakitinya sebelumnya? apa pernah ada tindakanku yang keliru dan merugikannya? 

Coba jawab dengan kepala dingin dan penuh pengakuan. Agar lebih bisa semakin akurat jawabannya, kamu bisa cari jawaban pembanding dengan rekan kerja lain yang kamu percayai. 

Jika misalnya kamu menemukan penyebabnya ada pada kelakukan atau perkataanmu dulu, maka minta maaflah. Komunikasikan bahwa waktu itu kamu memang salah dan berjanji untuk bersikap lebih baik.

Lain halnya bila ternyata setelah kamu melakukan refleksi diri dengan cara sendiri dan bantuan orang lain nyatanya tak ditemukan salah. Jika sudah dipastikan demikian, kamu bisa simpulkan bahwa masalahnya memang karena rekan kerjamu yang karakternya begitu.

Kamu mungkin saja bisa melakukan opsi menasehati dengan baik jika kira-kira ia orang yang bisa menerima masukan. Namun jika tidak, lebih baik lurus saja dan ingat ulang tujuanmu bekerja untuk ibadah dan cari nafkah. 

Bangun pikiran positif dan hindari kemungkinan-kemungkinan yang membuat rekan kerjamu mengganggu pekerjaanmu.

Namanya juga manusia, kesalahan bisa saja terjadi dan kamu lakukan. Bahkan bukan tak mungkin kesalahan itu fatal. Merugikan perusahaan dalam kadar relatif besar.

Bagaimana problem solving dalam masalah ini?

Langkah awal, coba tarik kesimpulan dengan baik, ini murni kesalahanmu atau karena ada faktor-faktor diluar kuasamu?

Jika kamu sudah menyimpulkan bahwa ini mutlak salahmu dan tak ada alasan untuk mengelak, kamu segera lapor ke atasanmu. Menyembunyikan kesalahan bukan hal yang bijak.

Coba pikirkan matang-matang, lebih baik bosmu tau kesalahan itu dari mulutmu sendiri? dari orang lain? atau dari hasil temuannya sendiri?

Kamu bisa petakan sendiri akibatnya satu persatu. Berdasarkan hasil pemetaan saya, jika bos tau kamu pelaku kesalahan dari orang lain atau temuannya sendiri, itu lebih fatal. 

Kamu bakal disimpulkan orang pengecut dan tak bertanggung jawab. Bahkan mungkin saja kamu disanksi atau dipecat sebagai konsekuensinya.

Alangkah lebih baik jika kamu bersikap gentle dengan menyampaikan kesalahanmu langsung dan segera. Tentu dengan dimulai dari penyampaian kata maaf, dilakukan dengan nada sopan, serta penuh penyesalan.

Akui kesalahanmu lalu jelaskan apa hal yang kira-kira bisa kamu lakukan untuk membantu perusahaan meminimalisir dampak kesalahanmu. Bila kamu bingung mau melakukan apa, coba tanyakan langsung kepada bosmu hal apa yang harus dilakukan?

Setelah itu, jangan lupa berjanji untuk berusaha menjadi lebih baik, lebih teliti, serta sejauh mungkin menghindar dari kesalahan sama.

Mungkin saat melakukannya berat, tapi percayalah keputusan semacam ini membuatmu akan lebih dihargai.

Ada juga barangkali sebagian dari kamu sudah diberi tugas untuk mengisi posisi membawahi sebuah tim. 

Meskipun cuma hitungan jari, mengelola tim bukan urusan sederhana. Persoalan yang kerap muncul adalah adanya anggota-anggota tim dengan performa minimal. Kurang mantap kinerjanya.

Bagaimana problem solving dilakukan?

Sebaiknya kamu tak buru-buru judge dan menyuruh mereka kerja dengan cara sama berulang kali. Sebagai pimpinan, kamu perlu cari tahu dulu penyebabnya. 

Masalah manusia itu unik-unik dan privat. Kamu tak bisa memberi solusi hanya berdasarkan pengalaman pribadimu. Maka coba ajak dia bicara dan mengeluarkan masalahnya.

Benarkah anggapanmu bahwa masalah dia itu karena sekedar pemalas doang?

Coba gali. Mungkin dia punya masalah keluarga, mungkin dia punya orang tua sakit yang ketika malam harus dijaga sepanjang malam, dan lain sebagainya. Bukalah ruang untuk tidak langsung berpikir negatif kepada orang lain.

Ketika kamu berhasil menggali dan menemukan masalahnya, tunjukan empati sebagai pimpinan. Minimal dengan mendengar dan menasehatinya agar bersabar atau tetap semangat.

Namun karena kamu juga punya tugas untuk mengoptimalkan tim dari bos, kamu tak bisa juga membenarkan pilihannya untuk jadi kurang optimal. Kamu perlu tetap memotivasinya dan menjelaskan hal-hal yang bisa membangkitkan kinerjanya.

Misalnya dengan memberi kisah atau pengalaman relevan dari masa lalumu, menunjukan keteladanan, atau menjelaskan hal-hal yang membuatnya berpikir untuk bangkit. 

Bagaimana? Apakah contoh kasus problem solving di atas cukup membantu? 

Kamu tentu bisa menganalogikan pola penyelesaiannya sesuai dengan kasus yang kamu jumpai langsung.

Jika persoalannya lebih rumit, kamu perlu melibatkan lebih banyak orang untuk melakukan brainstorming. Setinggi apapun jabatan dan prestise yang kamu raih, tak semua masalah bisa kamu selesaikan sendiri. Jangan malu meminta bantuan selama niatmu baik.

Cara meningkatkan skill problem solving

Secara teori, tampaknya mudah ya mempraktekkan problem solving ?

Tapi faktanya tak sederhana. 

Masalah yang dihadapi kadang-kadang baru dan lebih rumit ketimbang contoh-contoh sebagaimana dijelaskan di atas. Bahkan seringkali masalah menuntut kita menyelesaikannya dengan cepat tanpa ruang untuk membaca step-step yang sudah dijelaskan.

Tapi apabila level skills pada dirimu sudah tinggi, percayalah semua problem bisa diselesaikan dengan keputusan-keputusan yang tepat. Kamu juga bahkan bisa menuntaskannya dengan cara yang cepat.

Maka dari itu, kamu perlu mengetahui beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk upgrade problem solving skills- mu. Jangan bosan untuk belajar dan meningkatkan kualitas.

Berikut ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan:

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah mindset yang melekat di kepalamu. Terutama, mengenai cara pandang yang kamu miliki terhadap masalah.

Bagaimana kamu memandang masalah? Apakah itu beban? Apakah itu hantu yang mengharuskan kamu lari?

Jika pandangan-pandangan semacam itu masih tertancap di kepalamu, pasti setiap muncul masalah kamu akan stres. Meskipun itu sebenarnya masalah kecil, kamu juga akan menganggapnya masalah paling besar sejagad raya.

Maka coba ubah cara pandangmu terhadap masalah. Pandanglah masalah dalam perspektif lain yang lebih positif.

Misalnya dengan menganggap masalah sebagai tantangan yang jika dilalui akan membuatmu semakin bertumbuh. 

Dengan mindset berbeda, pasti bangunan proses penyelesaian masalahmu jadi lebih baik. Coba saja sendiri. 

Seorang problem solver perlu merumuskan keputusan logis dengan menimbang-nimbang berbagai data yang dimiliki lalu menganalisisnya.

Agar terbiasa dan cepat dalam berpikir logis, latihlah kemampuan ini.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Cara paling sederhana mungkin bisa dengan mempersering bermain game dengan bergenre teka-teki.

Meskipun terkesan sederhana, namun main game semacam ini memang benar-benar bisa meningkatkan kemampuan berpikir logis. Kontennya biasanya menuntut kamu menemukan jawaban dari petunjuk-petunjuk terpisah.

Tulis saja ‘game teka-teki’ atau ‘game asah otak’ di Play Store, pasti banyak bermunculan pilihan untuk di download.

Kemampuan mengidentifikasi masalah bisa diwujudkan dengan latihan kepekaan terhadap orang lain. Kebiasaan berempati dan mencoba memandang sesuatu dari perspektif di luar dirimu akan sangat membantu. 

Kamu bisa asah ini dengan melakukan berbagai hal.

Misalnya dengan rajin-rajin mendengarkan curhat orang lain. Baik itu istrimu, kakakmu, adikmu, bapakmu, ibumu, atau pak lurah.

Pengalamanmu dalam menjumpai aneka ragam masalah bisa membuatmu lebih peka ketika menemukan masalah. 

Jika hatimu keras seperti batu, kaku, dan tidak punya sikap peduli terhadap orang lain, solusimu bisa-bisa selalu jauh dari kesan manusiawi.

Kegagalan dalam identifikasi masalah seringkali disebabkan karena keengganan mendengarkan omongan orang lain. Kamu hanya mau memegang pendapat sendiri dan menganggap hanya pendapatmu saja yang benar.

Padahal, bisa jadi dalam satu masalah pendapat orang lain lebih tepat. Entah itu saat menyimpulkan masalah atau saat memberikan solusi. 

Meski posisimu dipekerjaaan lebih tinggi, bukan berarti kamu maha benar. Kamu bukan Tuhan, hanya makhluk hina rendahan yang waktu kecil makannya disuapin mama.

Untuk itu, biasakanlah mendengar pendapat orang lain. Persering lakukan diskusi dan tukar pikirkan. Lakukan brainstorming agar terbiasa memahami cara berpikir orang di luar dirimu.

Hal ini akan membantumu menjadi problem solver dengan kapasitas brilian.

Terburu-buru dan terlalu reaktif seringkali menimbulkan keputusan yang buruk. Alih-alih masalah selesai, justru semakin bertambah dan menumpuk.

Maka dari itu latih lah diri untuk bersikap tenang dan memandang berbagai hal yang terjadi secara positif. Jangan biarkan kecemasan, ketakutan, kebingungan, membuatmu gagal berpikir jernih dalam menemukan solusi.

Agama juga memerintahkan hal ini. Kamu diminta untuk ber- husnudzon, terutama terhadap kejadian-kejadian yang ada di luar kendalimu selaku manusia.

Persoalan ini memang masalah mindset. Hanya kamu sendiri yang bisa mengubah dan membiasakannya. 

Dengan terbiasa tenang dan berpikir positif, kamu bisa memberikan jeda untuk melakukan problem solving dengan akurasi solusi tingkat tinggi.

Gagasan penyelesaian yang brilian bisa jadi tak berarti jika kamu mengkomunikasikan berbagai proses problem solving dengan cara salah.

Alih-alih selesai masalah, ia malah bertambah.

Maka asah terus skillmu dalam menyampaikan pesan. Mengikuti kursus komunikasi dan rajin berinteraksi dengan orang lain bisa jadi langkah bagus.

Kamu juga perlu belajar untuk berkomunikasi dengan memperhatikan situasi. Bagaimana saat memimpin forum, bagaimana saat man to man, kepada siapa kamu sedang berbicara, dan lainnya.

Dengan demikian, berbagai upaya problem solving bisa dieksekusi tanpa dicederai buruknya komunikasi.

Ungkapan experience is the best teacher memang selalu relevan diterapkan di manapun. Termasuk dalam pengembangan materi problem solving praktis untuk diterapkan dalam banyak kasus.

Maka dari itu, tak ada salahnya kamu banyak belajar kepada orang lain. Mantan atasan, mentor, orangtua, dan berbagai pihak yang lebih kaya pengalaman mengenai permasalahan ini adalah sumber inspirasi.

Kamu tak perlu malu. Mereka mungkin akan memberikan masukan baru dan tak pernah sebelumnya kamu menduganya. Bahkan biasanya, mereka senang jika ditanyai dan dihargai pengalamannya.

Jika kamu kekurangan orang, kamu bisa mencari strategi orang lain yang tak kamu kenal. Misalnya dari sumber-sumber internet atau buku-buku pengembangan diri. Perkaya pengetahuanmu dengan itu.

Semua penjelasan ini pasti menambah wawasanmu. Namun, sekedar bertambahnya wawasan mungkin tak berpengaruh besar untuk kehidupanmu. 

Kamu perlu mencoba mengaplikasikan langsung problem solving dalam berbagai masalah yang saat ini dihadapi. Mengingat problem solving adalah jenis skill, jadi ia akan semakin meningkat kemampuannya jika dipraktekan.

Tinggalkan komentar

Anda harus masuk untuk berkomentar.

Pentingnya Memiliki Skill Problem Solving dan Cara Meningkatkannya

Gulman azkiya.

January 20, 2023 • 11 minutes read

problem-solving-adalah

Artikel ini membahas mengenai kemampuan problem solving dan cara meningkatkannya. —

“Memiliki skill problem solving yang baik”

Jika kamu adalah seorang jobseeker , tentu tak akan asing dengan salah satu requirement atau kualifikasi di atas. Pasalnya, tak jarang hal tersebut menjadi persyaratan pada sebuah lowongan kerja.

Tetapi, apakah problem solving hanya sekedar artian dari penyelesaian masalah? Tentu saja tidak. Pasalnya, ada banyak langkah, metode, serta langkah dasar yang tercakup dalam proses  problem solving .

Dengan membaca artikel ini, kamu akan lebih bisa memahami apa itu kemampuan problem solving,  bagaimana cara menuntaskan masalah yang ada, serta cara meningkatkannya. Simak baik-baik!

Apa itu Problem Solving?

Dilansir dari asq.org, p roblem solving adalah sebuah tindakan penyelesaian masalah dengan melakukan beberapa tahapan mulai dari menentukan penyebab masalah, mengidentifikasi, memilih, dan menerapkan solusi.

Sederhananya, problem solving artinya kemampuan untuk menemukan solusi terbaik dari suatu masalah dengan mengidentifikasi penyebabnya.

Mengapa Kemampuan Problem Solving itu Penting?

Tidak dapat dipungkiri, semua orang pasti sering berhadapan dengan masalah. Permasalahan tersebut dapat muncul dari berbagai sisi seperti, urusan pribadi hingga pekerjaan. Setiap masalah juga memiliki tingkatannya masing-masing, mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

Misalnya dalam aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan, tak jarang apa yang kamu rencanakan pada saat bekerja tidak berjalan sesuai yang diharapkan (masalah).

“Wah, apakah ini termasuk ekspektasi vs realita?” Yap , ini bisa juga disebut sebuah masalah.

Dengan memiliki kemampuan problem solving, kamu dapat mengidentifikasi masalah tersebut, mencari tahu kenapa tidak berjalan sesuai dengan harapan, dan menentukan tindakan (solusi) untuk memperbaikinya. Pada akhirnya, kamu dapat mengontrol kehidupan jadi untuk menjadi lebih baik.

Kemampuan problem solving juga memungkinkan kamu untuk dapat memanfaatkan sebuah masalah menjadi peluang di kehidupan.

Misalnya ketika di tempat kerja, kamu dan anggota tim sedang mengalami sebuah masalah. Kemudian, kamu berinisiatif dengan menawarkan diri untuk mencari solusi terbaik atas masalah tersebut. Nah , ketika kamu dapat menyelesaikannya, maka dirimu bisa dianggap sebagai seorang problem solver.

Problem solver adalah orang yang dianggap sebagai pemecah masalah atau orang yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Sehingga akan berdampak positif bagi kinerja dan karier kamu.

4 Langkah Dasar dalam Problem Solving

Ketika hendak menyelesaikan sebuah masalah, berikut 4 langkah dasar yang harus kamu lakukan:

1. Cari tahu dan pahami masalah

Langkah pertama dalam melakukan problem solving adalah memahami situasi yang terjadi pada sebuah masalah. Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah hal tersebut benar-benar sebuah masalah atau tidak. Tak jarang pada sebuah masalah, kamu lebih terpaku dengan gejalanya daripada masalah yang sebenarnya.

Misalnya, kamu dan tim tidak pernah bersemangat dalam bekerja sehingga target harian tidak tercapai, hal ini adalah gejala. Semangat rendah tidak terjadi dengan sendirinya. Masalah yang mendasarinya mungkin berupa lembur yang berat, kebosanan, atau manajemen tim yang buruk. Masalah inilah yang seharusnya diselesaikan.

2. Menentukan akar masalah

Selanjutnya yaitu memastikan bahwa masalah yang ingin kamu selesaikan adalah masalah yang tepat. Pada tahap ini, kamu akan melihat lebih dalam dan mencoba menemukan akar masalah.

Dalam mencari akar sebuah masalah, kamu dapat mencoba menggunakan konsep 5 why . 5 why adalah proses menganalisa masalah dengan teknik tanya-jawab sederhana sebanyak 5 kali untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat yang menjadi akar dari suatu permasalahan . Berikut contohnya:

konsep-5-why-analisis

Pada contoh di atas, kamu mencoba mencari akar permasalahan dengan mempertanyakan kenapa “pekerjaan saya sering tidak selesai tepat waktu”? Ternyata penyebabnya adalah karena tidak bersemangat. Kemudian kamu mempertanyakan lagi kenapa tidak bersemangat dan penyebabnya adalah sering mengantuk.

Setiap jawaban yang muncul akan kamu pertanyakan hingga menemukan penyebab yang tidak bisa dipertanyakan lagi atau bisa disebut akar masalah. Akar permasalahan pada contoh ini yaitu manajemen waktu yang buruk.

3. Mencari dan memilih solusi

Terkadang solusi muncul dari hal-hal yang tak terduga. Salah satunya dengan melakukan diskusi dengan anggota tim atau rekan kerjamu. Setelah menemukan akar masalah, cobalah menggali beberapa ide yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Dengan saling berbagi pendapat terkait masalah yang dihadapi dapat menghasilkan beberapa solusi yang dibutuhkan. Selain itu, cari informasi sebanyak-banyaknya. Seperti bertanya kepada orang yang berpengalaman atau yang pernah memiliki masalah yang serupa.

Nantinya setelah menemukan beberapa solusi, selanjutnya adalah memilih solusi yang tepat. Karena tidak semua solusi yang ditemukan bisa diterapkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, mulai dari biaya, sumber daya manusia, dan dampak dari solusi itu sendiri (jangka panjang atau pendek).

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Hard Skill dan Soft Skill (Beserta Contoh-contohnya)

4. Menerapkan solusi dan evaluasi

Setelah menentukan solusi yang akan digunakan, tahap selanjutnya adalah menerapkan solusi tersebut ke dalam masalah.

Misalnya, ketika motor kamu rusak akan ada 2 pilihan solusi dari masalah tersebut, melakukan service biasa (jangka pendek) atau mengganti spare part yang rusak (jangka panjang). Dengan berbagai pertimbangan, kamu akhirnya memutuskan untuk mengganti bagian yang rusak. Hal tersebut merupakan salah satu contoh sederhana dari penerapan solusi.

Selanjutnya, yaitu melakukan evaluasi dari solusi yang kamu terapkan. Dengan melakukan evaluasi, kamu bisa melihat seberapa efektif solusi tersebut, apakah bisa diterapkan pada semua masalah atau tidak.

Selain itu, dengan melakukan evaluasi kamu akan bisa mengatur strategi problem solving selanjutnya untuk permasalahan yang serupa.

[IDN] CTA Blog - Kelas Problem Solving - Skill Academy

11 Metode Problem Solving untuk Menyelesaikan Masalah

Sebetulnya ada beragam metode  problem solving yang bisa kamu gunakan. Ada 11 metode problem solving yang paling efektif, yaitu:

1. Ajukan pertanyaan terlebih dahulu

Ini merupakan tahap pra-pemecahan masalah. Jadi, sebelum mencari solusi, kamu bisa bertanya pada diri sendiri untuk mencari berbagai skenario dalam pencarian keputusan. 

Contoh beberapa pertanyaannya adalah, “Bagaimana jika…”, “Mengapa tidak…..”, “Bisakah kita…..”, dan lain sebagainya.

2. Temukan  poin of view dari orang lain

Apakah kamu termasuk orang yang terlalu fokus dengan pemikiran dan sudut pandang diri sendiri? Jika iya, maka proses  problem solving biasanya akan lebih sulit.

Pasalnya, jika terlalu fokus pada diri sendiri, kamu tidak akan mendapat gambaran lain yang lebih luas. Misal, kamu berjualan sebuah produk makanan. Segala strategi marketing sudah kamu jalankan, tetapi penjualan terus menurun dari bulan ke bulan.

Dalam kasus tersebut, kmau bisa saja berpikir bahwa produkmu kurang enak. Namun, bagaimana jika ternyata alasannya bukan hanya itu? So , carilah sudut pandang yang lain.

Kamu bisa coba mengadakan survey dan bertanya pada target pasar, apa hal-hal yang harus diperbaiki dari produk tersebut.

3. Lakukan brainstorming

brainsotrming adalah sesei mencurahkan pendapat untuk mencari ide-ide segar dalam proses pemecahan masalah.

Agar berjalan dengan lancar, sesi ini harus dilakukan dalam lingkungan yang ramah dan tidak menghakimi. 

Jika semua orang dalam forum sudah menuangkan ide mereka, maka carilah satu ide paling baik dan juga rasional untuk membantu proses  problem solving .

4. Brainstorming dengan teknik “The Round-Robin”

Brainstorming pada poin sebelumnya disebut juga dengan sesi brainstorming tradisional. Jika metode tersebut tidak berhasil, kamu dapat mencoba the round-robin brainstorming .

Secara sederhana, teknik ini akan menuntut setiap peserta untuk terlibat aktif dalam sesi brainstorming. Teknisnya:

– Peserta bergiliran menyumbangkan ide, jika belum ada ide, maka harus menyebut “pass (lewati dulu)”.

– Sesi brainstorming selesai setelah semua orang lulus.

5. Teknik “silent” brainstorming

Salah satu maslaah yang paling banyak dihadapi dalam sesi brainstorming adalah, kemungkinan besar forum akan lebih mendengarkan peserta yang “aktif” dan dianggap keren. Padahal, bisa jadi anggota kelompok lain memiliki ide yang bagus, tetapi mereka enggan untuk mengungkapkannya.

Dengan metode “silent” brainstorming, setiap individu akan diajak untuk menyumbangkan ide mereka, dengan catatan setiap ide akan dianggap memiliki “bobot” yang sama. Teknik ini akan lebih baik jika dilakukan dalam metode  online .

6. Six-thinking hats

Metode ini mengajak setiap anggota kelompok untuk berpikir menggunakan enam “topi” yang berbeda (white, red, black, yellow, green, blue) untuk mengevaluasi masalah dari berbagai sudut pandang.

Teknik ini diciptakan oleh Edward de Bono, rinciannya adalah:

1. Topi putih dianggap netral untuk mengungkapkan fakta dan angka 2. Topi merah untuk menunjukkan emosi dan intuisi, sehingga peserta dapat menyampaikan ide-ide secara naluriah 3. Topi hitam untuk memperlihatkan kehati-hatian terhadap sudut pandang kritis 4. Topi kuning sebagai penyeimbang untuk topi hitam. Ini digunakan ketika peserta ingin mengidentifikasi hal yang positif dari setiap ide yang ada. 5. Topi hijau untuk mengeksplorasi kreativitas, kemungkinan, alternatif, dan ide segar 6. Topi biru untuk mengatur semua hal yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

7. Konsep 5 Whys

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, metode ini mengajak setiap peserta untuk mengidentifikasi akar masalah dengan mengajukan pertanyaan “kenapa” sebanyak lima kali.

8. Failure mode and effect analysis (FMEA)

Ingin mengevaluasi potensi kegagalan dari suatu sistem atau proses dan mencari solusi untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif dari kegagalan tersebut? Maka gunakanlah teknik FMEA,  guys .

9. Teknik wanderer problem solving

Ketika menghadapi sebuah masalah, ada baiknya jika kamu menjauh sejenak dari masalah tersebut. Hal ini memungkinkan kamu untuk berada dalam kondisi otak yang lebih rileks.

Artinya, ketika kembali pada masalah yang akan dipecahkan, mungkin kamu akan “melihat” masalah tersebut dengan sudut pandang yang baru sehingga  problem solving akan semakin mudah.

10. Sisakan ruang untuk imajinasi

Alih-alih menyelesaikan masalah dengan fakta, bukan hal yang tak mungkin ketika seseorang ingin melakukan problem solving dengan ruang iamjinasi dan kreativitas.

Dalam hal ini, kamu bisa mencari suatu hal yang dianggap dapat mengganggu kreativitasmu saat mencari ide,  guys .

11. Wrapping up

Melalui teknik ini, kamu dapat melihat bahwa masalah terjadi setiap saat dan akan terus terjadi di masa-masa selanjutnya. 

Pikirkanlan bahwa setiap masalah akan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus kita perbaiki. Selain itu, masalah yang datang akan membawa kita lebih terbuka terhadap konflik sehingga kita akan lebih terbiasa dalam proses  problem solving .

Cara Meningkatkan Kemampuan Problem Solving

Sama halnya dengan soft skill lainya, kemampuan problem solving muncul dari pengalaman dan juga latihan. Kamu masih bisa melatihnya dan mengembangkan kemampuan tersebut.

Bagi kamu yang merasa kurang dalam ability yang satu ini, jangan berkecil hati. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kamu terapkan untuk meningkatkan atau melatih kemampuan problem solving :

1. Ubah pola pikir

Tidak ada satupun orang ingin menghadapi sesuatu yang membuat frustasi, melelahkan, atau tampaknya tidak mungkin? Ya, kamu mungkin juga tidak mau.

Tetapi, daripada mencoba menghindarinya, kamu dapat melihat masalah tersebut secara positif dengan menganggapnya sebagai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan.

Oleh sebab itu, mengubah pola pikir dapat membuat kamu merasa tidak terbebani, sehingga dapat menganalisis masalah dengan baik.

2. Membiasakan diri menggunakan mind mapping

Dikutip dari mindmeister.com, bahwa dengan memvisualisasikan tujuan, masalah, ide, dan poin tindakan dalam mind mapping dapat membantu seseorang untuk melihat gambaran yang lebih besar hingga menemukan ide-ide yang mungkin terlewatkan.

Mind mapping juga dapat mengasah pola pikir untuk menyusun konsep kreatif untuk membantumu menemukan solusi dengan lebih mudah.

3. Lakukan secara bertahap

Ketika menghadapi sebuah masalah, jangan langsung fokus untuk mencari solusi akhir. Coba untuk melakukannya secara bertahap.

Dimulai dengan mengidentifikasi masalah, mencari penyebab, dan menemukan solusi yang tepat. Dengan melakukan secara bertahap akan melatih kemampuan berpikir strategis dan dapat mengambil keputusan yang sesuai.

4. Jangan sungkan meminta bantuan

Selalu beranikan diri kamu untuk meminta bantuan pada orang terdekat. Ketika kamu sudah tidak dapat lagi mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi, bertanya kepada teman atau rekan kerja mungkin bisa menjadi solusi.

Berdiskusi dengan orang lain dapat membawa ide-ide segar dan sudut pandang yang tidak akan pernah kamu kembangkan sendiri.

Namun, kamu perlu mengetahui orang yang tepat untuk meminta bantuan/berdiskusi. Jangan lupa untuk menyesuaikan konteks masalahnya dengan orang tersebut.

Jika kamu memiliki masalah mengenai pekerjaan di bidang pemasaran, rekan dari tim marketing mungkin dapat menjadi orang yang tepat untuk dimintai pendapatnya.

5. Nikmati setiap proses

Terkadang karena terlalu fokus pada upaya penyelesaian masalah, membuat kita tidak menyadari apa saja yang telah dilakukan selama proses tersebut. Coba untuk menikmati setiap tahapan yang kamu lakukan dan rasakan dampak baiknya untuk pribadi atau lingkungan sekitar.

Ketika kamu dapat menikmatinya, kamu akan lebih dapat menghargai kemampuan yang ada pada dirimu. Jadi, ketika sedang menghadapi masalah, kamu sudah mengetahui seberapa besar kemampuanmu untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Bagaimana guys? Pastinya kamu sudah lebih paham dong, mengenai skill problem solving . Selain dapat meningkatkan performa di tempat kerja, dengan memiliki kemampuan tersebut, kamu juga dapat berpikir secara strategis pada setiap masalah yang dihadapi. Itulah sedikit penjelasan mengenai apa itu problem solving .

Bagi kamu yang ingin mengetahui lebih dalam, langsung saja menuju Skill Academy . Karena di Skill Academy tersedia berbagai kelas pelatihan mulai dari hard skill hingga soft skill seperti problem solving . Yuk , terus kembangkan kemampuanmu!

ASQ.org (2021). What Is Problem Solving?.https://asq.org/quality-resources/problem-solving#Process [Daring]. (Diakses, 3 Mei 2021)

Hall, John (2019). 6 Techniques to Better Your Problem-Solving Skills. https://www.inc.com/john-hall/6-techniques-to-better-your-problem-solving-skills.html [Daring]. (Diakses, 4 Mei 2021)

Stottler, Wayne (2017). What is problem solving and why is it important. https://www.kepner-tregoe.com/blog/what-is-problem-solving-and-why-is-it-important/ [Daring]. (Diakses, 3 Mei 2021)

Smart, James (2020). How to improve your problem solving skills and build effective problem solving strategies. https://www.sessionlab.com/blog/problem-solving-skills-and-strategies/ [Daring]. (Diakses, 4 Mei 2021)

Živkovic, Mile (2020). 11 Brilliant Problem Solving Techniques Nobody Taught You. https://www.chanty.com/blog/problem-solving-techniques/ [Daring]. (Diakses, 20 Januari 2023)

Artikel ini telah diperbarui oleh Intan Aulia Husnunnisa pada tanggal 20 Januari 2023.

apa itu problem solving facilitator

Bagikan artikel ini:

Logo Whatsapp

Artikel Lainnya

apa itu problem solving facilitator

Membangun RESTful API dengan Golang dan Node.js, Panduan untuk Full Stack Developer

apa itu problem solving facilitator

Gampang, Ini Cara Download Video TikTok Tanpa Watermark!

apa itu problem solving facilitator

Rekomendasi Bimbel CPNS Jakarta Pusat Terbaik dan Alamatnya

apa itu problem solving facilitator

apa itu problem solving facilitator

Problem Solving Adalah: Manfaat, Proses, Contoh, dan Tips Meningkatkannya

Little professor solving math problem on blackboard

Problem Solving Adalah

Manfaat problem solving, proses problem solving dan contohnya, tips meningkatkan kemampuan problem solving.

Secara bahasa, problem solving adalah penyelesaian masalah. Kenali lebih dalam apa maksud dari problem solving, apa saja manfaatnya dan bagaimana prosesnya. Kita akan ulas pula tips meningkatkan kemampuan problem solving beserta contohnya.

Problem solving adalah kemampuan menyelesaikan masalah dengan pengambilan keputusan yang tepat. Berdasarkan buku Konsep Adversity & Problem Solving Skill yang disusun Risma Anita Puriani dan Ratna Sari Dewi, problem solving merupakan salah satu soft skill yang harus dimiliki seseorang.

Untuk mampu memecahkan masalah, orang harus bisa berpikir positif, logis dan sistematis. Kemampuan ini juga berkaitan dengan soft skill lainnya, seperti kemampuan analisis, inovasi, kerja sama tim, komunikasi dan pengambilan keputusan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari jurnal penelitian di Universitas Kristen Satya Wacana, problem solving adalah keterampilan intelektual yang diperoleh dari hasil belajar. Pentingnya kemampuan ini antara lain bisa dilihat dari banyaknya perhatian berbagai aliran psikologi terhadap problem solving skill.

Kegiatan keilmuan atau pendidikan tentang pemecahan masalah sebenarnya sudah lama berkembang di berbagai negara, yakni mulai tahun 1927. Selama ini pun sudah berkembang berbagai teori, model, desain, strategi, teknik, dan evaluasi pembelajaran tentang problem solving.

Kemampuan problem solving ini memiliki banyak manfaat. Berikut ini beberapa manfaat yang dilansir dari realprojects.org dan penelitian UIN Sunan Gunung Djati.

1. Memperbaiki yang Rusak

Dalam hidup, kita pasti selalu menemui masalah, baik di rumah, sekolah, atau tempat kerja. Masalah bisa saja membuat sesuatu menjadi rusak bahkan hancur. Misalnya masalah di perusahaan yang mungkin bisa membuat bangkrut, atau masalah dengan teman yang membuat hubungan rusak. Seseorang dengan kemampuan problem solving dapat memperbaiki sesuatu yang rusak menjadi baik.

2. Kemampuan Manajemen Risiko

Menyelesaikan masalah biasanya diikuti dengan pertimbangan manajemen risiko. Sering kali masalah memiliki banyak risiko yang harus dihitung agar dampak positif bisa lebih besar daripada dampak negatifnya.

3. Stabilitas Emosi

Semakin sering orang menghadapi masalah dan berhasil menyelesaikannya, maka akan mendapatkan kecerdasan emosional yang tinggi sehingga memperoleh stabilitas emosi.

4. Semakin Kreatif dan Kritis

Semakin beragam masalah yang kita tuntaskan, kita akan semakin kreatif. Sebab dalam proses pemecahan masalah, kita dituntut mencari jalan dengan pemikiran kritis. Di situlah proses kreatif akan tercipta.

5. Terampil Mengambil Keputusan

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Mungkin kita tak selalu mengambil keputusan secara tepat. Seiring banyaknya masalah yang dihadapi, kita akan semakin terampil mengambil keputusan.

6. Memperluas Pengetahuan

Masalah akan menuntun kita pada pengetahuan-pengetahuan baru yang mungkin belum pernah kita temui. Jika kita mau belajar dari masalah, tentu pengetahuan kita akan semakin luas. Pengetahuan akan suatu masalah yang sudah kita kuasai pun dapat kita bagi kepada orang lain sehingga menjadi lebih bermanfaat.

Pemecahan masalah dilakukan melalui beberapa tahap atau proses. Berikut ini sejumlah proses problem solving dan contohnya, seperti dirangkum dari buku Ruslia Isnawati berjudul Pentingnya Problem Solving Bagi Seorang Remaja dan Universitas Sampoerna.

1. Definisi Masalah

Tahap paling pertama adalah mendefinisikan masalah. Anda harus mencari tahu, apa sebenarnya inti dari masalah itu dan dari mana sumbernya. Misalnya ketika menghadapi masalah kinerja karyawan yang menurun, Anda harus tahu apa penyebabnya. Untuk menelusuri ini mungkin tidak mudah, tetapi harus dilakukan mendalam.

2. Identifikasi Masalah

Setelah mengetahui akar masalahnya, maka identifikasi dan petakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah itu, seperti dampak langsung dan tidak langsung, siapa saja yang terlibat. Misal pada masalah di atas, ternyata diketahui penyebabnya ada beberapa hal, yaitu komunikasi yang kurang efektif dan adanya konflik beberapa orang. Pada tahap ini, mungkin Anda harus memanggil beberapa orang untuk dimintai keterangan.

3. Cari Alternatif Solusi

Dari hasil identifikasi, kita akan menemukan beberapa alternatif solusi. Beberapa solusi pada kasus di atas misalnya melakukan rotasi pegawai, mengeluarkan pegawai yang menjadi sumber masalah, melakukan kegiatan santai bersama, atau mungkin membuat peraturan baru.

4. Pilih Solusi Terbaik

Dari alternatif solusi yang muncul, Anda bisa memilih solusi terbaik. Pada tahap ini, Anda dituntut bisa melakukan manajemen risiko dan mengambil keputusan yang tepat. Dalam kasus tadi, jika masalahnya masih ringan mungkin bisa ditangani dengan melakukan kegiatan santai agar pikiran seluruh pegawai kembali segar, baru kemudian diberi pemahaman agar konflik mereda dan kembali bekerja seperti seharusnya.

5. Terapkan dan Evaluasi

Setelah memilih solusi yang dianggap terbaik, terapkan sesuai rencana. Setelah berjalan, lakukan evaluasi apakah sudah efektif. Lakukan perbaikan-perbaikan lagi jika diperlukan.

Kemampuan problem solving sebetulnya akan meningkat dengan sendirinya seiring banyaknya pengalaman menghadapi masalah. Berikut ini ada beberapa tips meningkatkan kemampuan problem solving yang dirangkum dari buku Berdamai dengan Quarter Life Crisis yang disusun Jewellius Kistom M dan situs hayz.net.nz.

1. Tambah Pengetahuan

Untuk bisa memecahkan masalah dalam pekerjaan misalnya, diperlukan pengetahuan yang banyak karena hal itu merupakan salah satu cara meningkatkan kemampuan problem solving. Memperbanyak pengetahuan teknis dalam bidang pekerjaan yang digeluti tentu membuat lebih mudah mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

2. Ikut Terlibat dalam Pemecahan Masalah

Jika terjadi masalah di lingkaran Anda, cobalah ikut terlibat dalam memecahkan masalah. Anda mungkin bisa ikut mengidentifikasi masalah dan memberikan saran solusi kepada pengambil keputusan.

3. Sering Berdiskusi

Sering-seringlah berdiskusi dengan siapa pun. Diskusi tidak selalu formal, tetapi bisa juga mengobrol dengan teman untuk membahas suatu masalah. Dengan berdiskusi, Anda akan mendapatkan pandangan baru yang mungkin tidak Anda pikirkan. Hal ini mungkin bermanfaat suatu hari nanti.

4. Lakukan Aktivitas Kreatif

Banyak aktivitas kreatif yang bisa kita lakukan, misalnya menulis cerita, membuat lagu, membaca buku, mendaur ulang barang, bermain musik, olahraga, dan bermain game dengan level bertingkat.

Mungkin aktivitas ini tidak berkaitan langsung dengan pemecahan masalah di dunia nyata, namun otak kita akan mampu berpikir kreatif sehingga dapat menemukan solusi-solusi yang tak terpikirkan.

Nah itulah tadi penjelasan lengkap mengenai problem solving yang merupakan kemampuan penting bagi setiap orang, beserta manfaat, proses, contoh dan tips meningkatkannya. Semoga bermanfaat.

45+ Contoh Parikan dengan Berbagai Tema

Harga emas hari ini di jogja 11 mei 2024: meroket naik hingga rp 24.000, deretan mal legendaris di medan, dulu berjaya kini terbengkalai, niat puasa daud: ini manfaat, keutamaan dan tata cara mengerjakannya, modifikasi wuling air ev ini bikin gemas, mengunjungi the black dog, pub yang jadi referensi lagu baru taylor swift.

Kecelakaan Maut Bus Terulang Terus: Tidak Ada Sabuk Keselamatan, Bodi Keropos

Kompas.com

  • Mode Terang
  • Gabung Kompas.com+
  • Konten yang disimpan
  • Konten yang disukai
  • Berikan Masukanmu

www.kompas.com

  • Megapolitan
  • Surat Pembaca
  • Kilas Daerah
  • Kilas Korporasi
  • Kilas Kementerian
  • Sorot Politik
  • Kilas Badan Negara
  • Kelana Indonesia
  • Kalbe Health Corner
  • Kilas Parlemen
  • Konsultasi Hukum
  • Infrastructure
  • Apps & OS
  • Tech Innovation
  • Kilas Internet
  • Elektrifikasi
  • Timnas Indonesia
  • Liga Indonesia
  • Liga Italia
  • Liga Champions
  • Liga Inggris
  • Liga Spanyol
  • Internasional
  • Sadar Stunting
  • Spend Smart
  • Smartpreneur
  • Kilas Badan
  • Kilas Transportasi
  • Kilas Fintech
  • Kilas Perbankan
  • Tanya Pajak
  • Kilas Investasi
  • Sorot Properti
  • Tips Kuliner
  • Tempat Makan
  • Panduan Kuliner Yogyakarta
  • Beranda UMKM
  • Jagoan Lokal
  • Perguruan Tinggi
  • Pendidikan Khusus
  • Kilas Pendidikan
  • Jalan Jalan
  • Travel Tips
  • Hotel Story
  • Travel Update
  • Nawa Cahaya
  • Ohayo Jepang
  • Kehidupan sehat dan sejahtera
  • Air bersih dan sanitasi layak
  • Pendidikan Berkualitas
  • Energi Bersih dan Terjangkau
  • Penanganan Perubahan Iklim
  • Ekosistem Lautan
  • Ekosistem Daratan
  • Tanpa Kemiskinan
  • Tanpa Kelaparan
  • Kesetaraan Gender
  • Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
  • Industri, Inovasi & Infrastruktur
  • Berkurangnya Kesenjangan
  • Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
  • Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab

Cantikpreneurship

Pengertian Problem Solving: Aspek, Ciri, dan Langkah-langkahnya 

apa itu problem solving facilitator

Kompas.com Skola

Program pintar, pengertian problem solving: aspek, ciri, dan langkah-langkahnya , serafica gischa.

Ilustrasi Problem Solving: Pengertian, Karakteristik,  Aspek, dan Faktornya

Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

KOMPAS.com - Problem solving termasuk soft skill yang harus dimiliki setiap individu, karena memiliki manfaat ketika sudah bekerja di perusahaan. 

Dilansir dari buku Handbook of Cognitive-Behavioral Therapies (3rd Edition) (2010) oleh D'Zurilla dan Nezu, social problem solving adalah suatu proses di mana individu berusaha menangani stres dalam diri, yang juga dapat berfungsi sebagai mediator dalam menangani stres dan tekanan emosional. 

Adapun jenis permasalahan yang digunakan dalam social problem solving , seperti depresi, kecemasan, perilaku bunuh diri, penyakit mental yang berat, putus asa, pesimis, rawan kemarahan, penyalahgunaan zat, kriminal, harga diri yang rendah, stres kerja, dan pelecehan seksual.

Baca juga: Pengertian Problem Solving Menurut Ahli

Aspek kemampuan problem solving  

Menurut Polya dalam bukunya How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method (Second ed) (1973), terdapat empat aspek  kemampuan problem solving , sebagai berikut:

  • Memahami masalah

Pemahaman masalah sangat menentukan kesuksesan dalam menemukan solusi masalah. Pada aspek ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan di antara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. 

Setiap permasalahan harus dipahami berulang kali dan dipelajari dengan saksama.

  • Membuat rencana pemecahan masalah

Rencana solusi masalah dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Pada proses pemecahan masalah siswa dikondisikan memiliki pengalaman dalam menentukan strategi pemecahan masalah.

  • Melaksanakan rencana pemecahan masalah

Pada saat mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hati-hati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara saksama sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. 

Jika muncul ketidak konsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.

  • Melihat (mengecek) kembali

Selama melakukan pengecekan, solusi masalah tetap di pertimbangkan. Harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.

Baca juga: Mengenal Individu dengan Karakteristik Self Control

Ciri-ciri problem solving  

Metode problem solving memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: 

  • Menyiapkan masalah yang jelas untuk diselesaikan

Masalah ini harus tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya, juga sesuai dengan materi yang disampaikannya. Serta ada dalam kehidupan nyata peserta didik.

  • Merumuskan penyelesaian masalah dengan berbagai pendekatan

Mencari data atau keterangan yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan membaca buku, meneliti, bertanya, atau pengalaman peserta didik sendiri.

  • Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Melakukan pembuktian atau pengecekan dari tiap tahap rencana penyelesaian masalah yang telah dirumuskan. Kemudian menjelaskan tahap-tahap penyelesaian dengan benar.

  • Memeriksa jawaban yang telah dilakukan dalam penyelesaian masalah

Setelah memeriksa jawaban yang dilakukan dalam penyelesaian masalah, kemudian memberikan penekanan dan menarik kesimpulan atas penyelesaian masalah.

Baca juga: Kegunaan dan Manfaat Self Control dalam kehidupan Sehari-hari

Langkah-langkah kemampuan problem solving  

Disadur dari buku Kurikulum dan Pembelajaran (2013) oleh Oemar Hamalik, ada tujuh langkah kemampuan problem solving secara umum , yaitu: 

  • Menghadapi masalah, artinya individu menyadari ada suatu masalah yang dihadapi
  • Merumuskan masalah, menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik atau rinci
  • Merumuskan hipotesis, merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya
  • Mengumpulkan dan mengolah data/informasi dengan teknik dan prosedur tertentu
  • Menguji hipotesis berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah
  • Menarik kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis
  • Menerapkan hasil pemecahan masalah situasi baru.

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Tag materi IPS kelas 9 pengertian problem solving adalah social problem solving adalah aspek-aspek problem solving ciri-ciri problem solving langkah kemampuan problem solving secara umum

#

Apa itu Self Efficacy?

apa itu problem solving facilitator

Self Regulated Learning: Indikator, Faktor-Faktor, dan Cara Meningkatkan

apa itu problem solving facilitator

Contoh Dialog Self-Introduction

apa itu problem solving facilitator

Apa yang Dimaksud dengan Power-on Self Test (POST)

apa itu problem solving facilitator

Pengertian Self Regulated Learning (Pembelajaran Mandiri) Menurut Ahli

apa itu problem solving facilitator

TTS Eps 137: Yuk Lebaran

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

2 Cara Membuat Tanda Tangan Digital di Microsoft Word

Terkini Lainnya

Jawaban dari Soal 'Anton Punya Uang Rp 5.000,00'

Jawaban dari Soal "Anton Punya Uang Rp 5.000,00"

5 Contoh Soal Operasi Hitung Campuran beserta Jawabannya

5 Contoh Soal Operasi Hitung Campuran beserta Jawabannya

Jawaban dari Soal 'Fahri Membeli Sandal Seharga Rp 16.000'

Jawaban dari Soal "Fahri Membeli Sandal Seharga Rp 16.000"

Jawaban dari Soal 'Haryati Membeli 7 1/4 Kg Jeruk'

Jawaban dari Soal "Haryati Membeli 7 1/4 Kg Jeruk"

Pengertian dan 5 Contoh Soal Materi Akar Perpangkatan

Pengertian dan 5 Contoh Soal Materi Akar Perpangkatan

Pengertian Komunikasi dan Contohnya

Pengertian Komunikasi dan Contohnya

Bagaimana Masyarakat dapat Terbentuk?

Bagaimana Masyarakat dapat Terbentuk?

Mengapa Peta menjadi Hal Penting Menurut Claudius Ptolomeus?

Mengapa Peta menjadi Hal Penting Menurut Claudius Ptolomeus?

5 Kekurangan Perseroan Terbatas (PT)

5 Kekurangan Perseroan Terbatas (PT)

Mengapa Air Termasuk Zat Tunggal?

Mengapa Air Termasuk Zat Tunggal?

Garam Dapur Termasuk Senyawa Organik atau Anorganik?

Garam Dapur Termasuk Senyawa Organik atau Anorganik?

Fungsi Batang pada Tumbuhan

Fungsi Batang pada Tumbuhan

Apa Fungsi Air Ketuban pada Kehamilan?

Apa Fungsi Air Ketuban pada Kehamilan?

Pengertian, Sifat, dan Contoh dari Bilangan Berpangkat

Pengertian, Sifat, dan Contoh dari Bilangan Berpangkat

Apa Nama Benda Langit yang Berkelip Pada Malam Hari?

Apa Nama Benda Langit yang Berkelip Pada Malam Hari?

Menhub budi karya diminta jangan cuma bicara soal sekolah kedinasan tanggalkan atribut militer, video viral kasp mesin mobil terbuka saat sedang berjalan, gereja ayam bukit rhema di borobudur, pesona sunrise dikelilingi 5 gunung, 10 cara mengatasi whatsapp pending dengan mudah, jangan panik, infrastruktur energi ikn, katalis strategi hidrogen nasional, now trending.

Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Mungkin Anda melewatkan ini

Apakah Difusi Terjadi Lebih Cepat dalam Cairan atau Gas?

Apakah Difusi Terjadi Lebih Cepat dalam Cairan atau Gas?

Pengertian, Fungsi, dan Gambar Pola Lantai Horizontal

Pengertian, Fungsi, dan Gambar Pola Lantai Horizontal

Perkembangbiakan Generatif Spirogyra

Perkembangbiakan Generatif Spirogyra

30 Contoh Perilaku Manusia terhadap Hewan dan Tumbuhan yang Sesuai dengan Pancasila Sila Kedua

30 Contoh Perilaku Manusia terhadap Hewan dan Tumbuhan yang Sesuai dengan Pancasila Sila Kedua

Mengapa Benda Bergerak Menempuh Jarak dan Perpindahan? Ini Jawabannya ....

Mengapa Benda Bergerak Menempuh Jarak dan Perpindahan? Ini Jawabannya ....

www.kompas.com

  • Entertainment
  • Pesona Indonesia
  • Artikel Terpopuler
  • Artikel Terkini
  • Topik Pilihan
  • Artikel Headline
  • Harian KOMPAS
  • Kompasiana.com
  • Pasangiklan.com
  • Gramedia.com
  • Gramedia Digital
  • Gridoto.com
  • Bolasport.com
  • Kontan.co.id
  • Kabar Palmerah
  • Ketentuan Penggunaan
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Home | Vocasia

apa itu problem solving facilitator

  • Video dan Fotografi
  • Akuntansi dan Keuangan
  • Produktivitas Kantor
  • Hobi dan Gaya Hidup
  • Personal Development
  • Free Webinar IPO
  • Free Webinar Python

apa itu problem solving facilitator

Peran Praktisi Public Relation dalam Perusahaan

' src=

Posisi PR (public relation) dalam organisasi mencakup aspek fungsi dan peran. Sesuai fungsinya, PR tidak boleh lalai dalam menangani kepentingan publik. Kelalaian akan berakibat fatal dan menjadi bumerang bagi upaya menggalang dan membangun citra organisasi. Berkaitan dengan peran praktisi PR diposisikan sebagai seorang ahli dan penasihat bagi pemimpin organisasi.

Baca Juga | Apa itu Massa, Publik, dan Bagaimana Kepentingan Publik dibentuk?

Di dalam organisasi, praktisi PR sendiri mempunyai peran spesifik yang cukup beragam. Empat peran tersebut, antara lain. Expert Prescriber Communication, Problem Solving Process Facilitator, Communicator Facilitator dan Technician Communicator . Keempat peran tersebut berhubungan dengan menjaga hubungan harmonis antara suatu organisasi dengan publik.

Berdasarkan sumber buku Public Relations (2016). Berikut adalah penjelasan mengenai keempat peran praktisi Public Relations. Simak dibawah ini, ya!

Baca Juga : Definisi, Bentuk dan Manfaat CSR (Corporate Social Responsibility)

Peran Praktisi Public Relations

Peranan praktik PR (public relations officer) menurut Dozier and Broom dibedakan menjadi dua, yakni. Peranan manajerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication technician role) . Dalam peranan manajerial dapat diuraikan menjadi tiga bagian, yakni expert preciber fasilitator, problem solving process facilitator dan communication facilitator.

1. Expert Prescriber Communication

Praktisi PR diposisikan sebagai ahli dan menjadi penasihat bagi pimpinan organisasi. Dalam perannya sebagai penasihat meliputi memberikan masukan dan pertimbangan terkait proses pembuatan keputusan. Untuk menjalankan peran ini secara maksimal, praktik PR harus “dekat” dengan top manajemen. Tujuannya, supaya segala masukan dapat disampaikan secara langsung.

Baca Juga | Pengertian Komunikasi Massa Menurut Para Ahli

2. Problem Solving Process Facilitator

Praktisi PR menjadi fasilitator ketika menyelesaikan suatu masalah. Apabila memungkinkan, praktisi PR dapat menjadi leader dalam penanganan krisis. Untuk menjalankan peran ini, maka praktisi PR dituntut memiliki kualitas profesional. Baik secara teoritis maupun teknis lapangan.

Baca Juga : Fungsi Manajemen Public Relation, Beserta Penjelasannya

3. Communicator Facilitator

Di dalam hal ini, praktisi PR berperan sebagai fasilitator atau jembatan komunikasi antara organisasi dengan publik. Baik internal maupun eksternal. Juga termasuk di dalamnya, praktisi PR harus mampu menjadi penengah bila terjadi kesalahan persepsi. Disini praktisi PR harus netral sehingga semua pihak sama-sama merasa diuntungkan.

Baca Juga | FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

4. Technician Communicator

Sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di bidang teknis. Seorang praktisi PR dituntut memahami dan menguasai berbagai alat komunikasi. Selain itu, praktisi PR juga harus mengikuti perkembangan zaman terkait alat komunikasi. Apabila tidak mengikuti perkembangan zaman. Alhasil komunikasi antara organisasi dengan publik akan terhambat.

Baca Juga | Pentingnya Content Planning untuk bisnis dan Tips Cara Membuatnya

Nah, itu tadi penjelasan mengenai peran praktisi public relation dalam perusahaan. Bagi kamu yang berminat untuk menjadi seorang profesional PR, kini Vocasia menghadirkan kursus online Public Relation Masterclass , lho. Kursus ini memberikan kamu akses full seumur hidup. Yuk, tunggu apalagi, buruan gabung kursus di Vocasia.

Info selengkapnya klik disini ya!

banner Kursus Online Bisnis Growth Hacking di Vocasia

Related Articles

ide konten tiktok

27 Ide Konten Tiktok Yang Menarik Agar FYP

' src=

Brand Guideline: Pengertian, Manfaat, Contoh dan Cara Membuatnya

' src=

Trade Marketing: Pengertian, Pentingnya dan Contohnya

apa itu problem solving facilitator

Brand Personality: Pengertian, Fungsi Dan Cara Menentukannya

Leave a reply cancel reply.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Postingan Terbaru

apa itu problem solving facilitator

Guest Relation Officer (GRO): Tugas, Skill, Kualifikasi dan Gajinya

apa itu problem solving facilitator

Sales Associate: Tugas, Skill, Kualifikasi Hingga Gajinya

apa itu problem solving facilitator

Admin Clerk: Tugas, Skill, Kualifikasi dan Gajinya

Apa itu bahasa pemrograman c++ ini penjelasan lengkapnya, 5 komponen agility untuk menangkan persaingan bagi karyawan dan perusahaan.

Localstartupfest.id

Apa Itu Fasilitator? Pengertian, Tugas, dan Kompetensi yang Harus Dimiliki

Apa Itu Fasilitator? Pengertian, Tugas, dan Kompetensi yang Harus Dimiliki 1

Apa itu fasilitator? Mungkin istilah ini masih terdengar asing di telinga sebagian besar orang. Namun, sebenarnya profesi ini cukup penting dan banyak dibutuhkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, pelatihan, atau bahkan dalam industri kreatif. Seorang fasilitator memiliki tugas untuk memfasilitasi atau memudahkan proses pencapaian tujuan bersama dalam sebuah grup atau tim.

Seorang fasilitator biasanya tidak mengambil peran sebagai pengambil keputusan atau memimpin sebuah tim. Ia lebih bertindak sebagai mediator atau penyambung lidah antara anggota tim. Sehingga, setiap anggota tim dapat bekerja secara sinergis dan mencapai tujuan terbaik bersama. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang kuat sangat dibutuhkan oleh seorang fasilitator.

Bagi sebagian orang, menjadi fasilitator mungkin terdengar mudah. Namun, sebenarnya tugas ini tidak semudah yang dibayangkan. Seorang fasilitator harus mampu membawa suasana yang kondusif dalam rapat atau diskusi yang diadakan. Selain itu, ia juga harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah yang timbul dalam sebuah diskusi dan menyediakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, menjadi seorang fasilitator bukanlah hanya sekedar profesi, namun juga sebuah tanggung jawab besar yang harus diemban dengan tekun dan penuh komitmen. Pengertian Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang bertanggung jawab membantu perjalanan sebuah proses, diskusi, atau kegiatan dalam satu tim atau kelompok. Fasilitator tidak hanya bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah tugas, tetapi juga mempersiapkan sebuah lingkungan yang aman dan nyaman bagi setiap individu dalam kelompok tersebut.

  • Fasilitator juga bertugas untuk mengatur semua kegiatan dalam kelompok agar proses berjalan sesuai rencana dan tujuan
  • Seorang fasilitator harus menguasai perannya dengan baik dan mempertahankan sikap netral serta tidak memihak dalam sebuah diskusi atau kegiatan
  • Fasilitator harus memperhatikan setiap individu dalam kelompok agar setiap ide atau pendapat dapat terdengar dan diterima dengan baik oleh seluruh anggota kelompok tersebut

Seorang fasilitator harus memahami pembahasan dan topik yang akan di diskusikan dalam kelompok agar dapat membantu proses diskusi berjalan lancar dan dengan hasil yang memuaskan bagi seluruh anggota kelompok tersebut. Oleh karena itu, fasilitator biasanya memiliki pengetahuan atau pengalaman yang luas terhadap topik atau bidang yang akan dibahas dalam kelompok tersebut.

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan peran dan tanggung jawab seorang fasilitator:

Seorang fasilitator yang profesional dan efektif dapat membantu kelompok mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, fasilitator perlu mempersiapkan diri dengan matang dan memenuhi tanggung jawabnya dengan baik dan tepat waktu.

Tugas dan Tanggung Jawab Fasilitator

Fasilitator merupakan sebuah peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Fasilitator bertanggung jawab dalam mengatur dan mengarahkan jalannya sebuah acara atau kegiatan tertentu agar bisa terlaksana dengan baik. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab dari seorang fasilitator:

  • Membuat dan merancang agenda kegiatan yang akan dilaksanakan
  • Menguasai teknik-teknik kreatifitas, pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian dan evaluasi
  • Mampu memimpin dan membimbing setiap anggota tim untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

Seorang fasilitator biasanya memegang peran yang sangat sentral dalam menciptakan atmosfer yang produktif dan positif selama acara atau kegiatan dijalankan. Dalam hal ini, beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang fasilitator adalah:

Fasilitator bertanggung jawab dalam memastikan bahwa para peserta yang mengikuti sebuah kegiatan atau acara tetap fokus dan terlibat aktif selama berlangsungnya acara. Tugas ini dilakukan dengan cara memimpin dan membimbing diskusi, mengarahkan perhatian serta memotivasi para peserta. Fasilitator juga harus mampu menangkap ide-ide kreatif yang muncul dari diskusi dan mengembangkannya agar dapat diwujudkan dengan baik.

Secara keseluruhan, Seorang fasilitator harus mampu menjadi leader yang baik serta mampu mengendalikan suasana agar tetap produktif dan positif selama kegiatan atau acara berlangsung.

Ketrampilan yang Dibutuhkan sebagai Fasilitator

Sebagai seorang fasilitator, Anda harus memahami bahwa keterampilan interpersonal dan teknis yang efektif sangatlah penting. Berikut adalah beberapa ketrampilan yang Anda butuhkan sebagai fasilitator:

  • Keterampilan mendengarkan: Seorang fasilitator harus dapat mendengarkan dengan baik dan memahami masalah yang dihadapi para peserta diskusi. Dengan cara ini, fasilitator dapat membantu peserta dalam memecahkan masalah dan menemukan solusi yang efektif.
  • Keterampilan fasilitasi: Fasilitator harus dapat mengelola proses diskusi dengan baik. Ini termasuk memimpin diskusi, menetapkan aturan, dan memastikan para peserta terlibat aktif dalam diskusi.
  • Keterampilan penyelesaian masalah: Fasilitator harus dapat mengembangkan proses penyelesaian masalah yang efektif untuk membantu peserta menyusun solusi terbaik untuk masalah yang dihadapi.

Berikan poin penjelasan masing-masing keterampilan di atas

Keterampilan mendengarkan adalah kunci dari keterampilan komunikasi yang efektif. Dalam diskusi kelompok, ada banyak ide dan sudut pandang yang diberikan oleh para peserta. Oleh karena itu, seorang fasilitator harus dapat memahami dan mengevaluasi masalah yang dihadapi oleh para peserta diskusi dan mencari solusi yang paling efektif.

Keterampilan fasilitasi juga sangat penting. Seorang fasilitator harus mengelola semua aspek diskusi, termasuk waktu dan urutan penyajian informasi. Fasilitator harus dapat mengarahkan diskusi dan menciptakan lingkungan yang aman dan produktif untuk para peserta diskusi.

Keterampilan penyelesaian masalah berkaitan dengan cara fasilitator mendorong para peserta diskusi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Fasilitator harus mampu menunjukkan teknik penyelesaian masalah yang efektif dan membantu para peserta diskusi memecahkan masalah tersebut. Hal ini juga termasuk membantu dalam mengembangkan solusi yang disepakati oleh semua peserta.

Sebagai seorang fasilitator, Anda harus menunjukkan keterampilan mendengarkan, kefasihan dalam fasilitasi, dan kemampuan untuk membantu orang lain dalam mengembangkan solusi untuk masalah yang kompleks. Ini akan membantu Anda menjadi seorang fasilitator yang efektif dan sukses.

Secara keseluruhan, keterampilan ini sangatlah penting untuk menjadi seorang fasilitator yang sukses. Setiap keterampilan dalam daftar ini harus dilatih secara teratur dan diperbaiki untuk meningkatkan kinerja sebagai seorang fasilitator.

Teknik Membangun Kolaborasi dalam Fasilitasi

Fasilitator adalah orang yang berperan sebagai penggerak dalam sebuah proses kolaborasi. Fasilitator bertanggung jawab untuk memimpin diskusi, memastikan setiap peserta mendapatkan kesempatan berbicara, dan tentu saja, membangun kolaborasi yang baik. Tapi, bagaimana cara membangun kolaborasi yang baik dalam proses fasilitasi? Berikut adalah teknik yang bisa digunakan:

  • Berkomunikasi dengan jelas
  • Mendengarkan dengan baik
  • Mempromosikan inklusi

Semua teknik di atas penting untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya kolaborasi yang baik. Selain itu, ada teknik lain yang bisa digunakan oleh fasilitator yaitu:

  • Berkomunikasi dengan lembut namun tegas, sehingga peserta merasa didengar namun tetap diarahkan pada agenda utama.
  • Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta untuk berbicara agar tidak ada peserta yang merasa diabaikan atau tidak dihargai.
  • Mendorong tim untuk mengambil keputusan bersama dan memberikan dukungan kepada keputusan tersebut.

Hal lain yang bisa dilakukan oleh fasilitator adalah membuat mekanisme agar peserta merasa terlibat secara aktif. Salah satu mekanisme tersebut adalah membuat kelompok kerja kecil. Dalam kelompok kerja kecil, peserta bisa lebih mudah berkoordinasi dan bekerja sama. Selain itu, kelompok kerja kecil juga bisa membantu setiap peserta untuk lebih aktif dalam mendiskusikan masalah-masalah yang ada.

Memiliki teknik-teknik di atas sangat penting bagi seorang fasilitator. Dengan menguasai teknik-teknik tersebut, seorang fasilitator akan lebih mudah dalam membangun kolaborasi yang kondusif. Teknik-teknik ini juga sangat membantu dalam menghindari konflik dan mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses fasilitasi.

Fungsi Fasilitator dalam Proses Pembelajaran

Fasilitator dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Berikut adalah beberapa fungsi dari fasilitator dalam proses pembelajaran:

  • Membuat suasana belajar yang kondusif: Fasilitator bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan suasana yang kondusif, peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh fasilitator.
  • Menyediakan materi pembelajaran: Fasilitator juga harus menyediakan materi pembelajaran yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Materi pembelajaran harus disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik.
  • Mendorong partisipasi peserta didik: Fasilitator harus mendorong partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi, bertanya, dan berbagi pengalaman. Dengan partisipasi aktif dari peserta didik, proses pembelajaran dapat menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
  • Memberikan umpan balik yang konstruktif: Fasilitator harus memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik untuk membantu meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi yang disampaikan. Umpan balik yang diberikan harus bersifat positif dan membangun, sehingga peserta didik merasa termotivasi untuk terus belajar.
  • Menilai kemajuan peserta didik: Fasilitator juga harus menilai kemajuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Penilaian ini dapat dilakukan melalui tugas, ujian, atau pengamatan langsung terhadap peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.

Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan sebelumnya, fasilitator juga memiliki peran penting dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembelajaran. Berikut adalah beberapa peran fasilitator dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran:

  • Merancang dan menyusun kegiatan pembelajaran: Fasilitator harus merancang dan menyusun kegiatan pembelajaran yang bersifat interaktif, kreatif, dan menarik bagi peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
  • Menyusun materi ajar: Fasilitator juga harus menyusun materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Materi ajar harus bersifat jelas, sistematis, dan mudah dipahami oleh peserta didik.
  • Memberikan bimbingan dan arahan: Fasilitator harus memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk membantu mereka memahami materi pembelajaran dengan lebih baik.

Selain fungsi-fungsi dan peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, fasilitator juga memiliki tugas untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa tugas evaluasi yang harus dilakukan oleh fasilitator:

  • Evaluasi diri sendiri: Fasilitator harus melakukan evaluasi diri sendiri terhadap kinerjanya sebagai fasilitator. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan diri, serta mencari cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
  • Evaluasi peserta didik: Fasilitator juga harus melakukan evaluasi terhadap kemajuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui tugas dan ujian yang diberikan, atau dengan melakukan pengamatan langsung terhadap peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.

Cara Menjadi Fasilitator yang Efektif

Seorang fasilitator merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu diskusi atau pertemuan, dan memastikan bahwa tujuan dari diskusi atau pertemuan tersebut tercapai. Agar menjadi fasilitator yang efektif, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Perhatikan tujuan dari diskusi atau pertemuan. Sebagai fasilitator, Anda harus memahami apa yang ingin dicapai oleh peserta diskusi atau pertemuan. Dengan memahami tujuan tersebut, Anda dapat membantu peserta untuk mencapainya.
  • Kenali peserta diskusi atau pertemuan. Setiap peserta memiliki karakteristik berbeda-beda. Sebagai fasilitator, Anda harus bisa memahami karakteristik peserta tersebut sehingga dapat memberikan pendekatan yang tepat.
  • Siapkan materi dan fasilitas yang diperlukan. Pastikan materi untuk diskusi atau pertemuan telah disiapkan dengan baik, termasuk fasilitas seperti ruangan yang nyaman dan alat bantu presentasi.

Menjadi fasilitator yang efektif juga membutuhkan beberapa keterampilan, di antaranya:

  • Keterampilan komunikasi. Sebagai fasilitator, Anda harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Anda harus bisa mendengarkan dengan baik, merespons peserta dengan tepat, dan mampu menyampaikan informasi dengan jelas.
  • Keterampilan manajemen waktu. Anda harus memastikan bahwa diskusi atau pertemuan berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
  • Keterampilan pemecahan masalah. Sebagai fasilitator, Anda harus bisa membantu peserta dalam memecahkan masalah atau menemukan solusi yang tepat.

Untuk memudahkan pelaksanaan diskusi atau pertemuan, fasilitator juga dapat menggunakan beberapa teknik, seperti:

  • Brainstorming. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan banyak ide dari peserta.
  • Ice breaker. Teknik ini digunakan untuk memecahkan kebekuan dan mencairkan suasana di awal pertemuan.

Dalam memimpin diskusi atau pertemuan, fasilitator tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses diskusi atau pertemuan yang terjadi. Dengan menjaga proses yang baik, hasil diskusi atau pertemuan dapat lebih maksimal.

Peran Fasilitator dalam Meningkatkan Kinerja Tim

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan pencapaian hasil yang optimal dari suatu tim semakin dirasakan. Oleh karena itu, peran fasilitator dalam meningkatkan kinerja tim sangatlah penting. Fasilitator memiliki peran krusial dalam membantu tim untuk mencapai tujuannya, dengan cara menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mengatasi potensi masalah yang muncul di tim.

  • Membantu mengembangkan keterampilan dalam tim Fasilitator membantu tim dalam mengembangkan keterampilan seperti kerja sama, komunikasi, dan manajemen konflik. Hal ini membantu meningkatkan efektivitas kerja tim, sehingga tim dapat bekerja lebih produktif.
  • Meningkatkan kolaborasi dalam tim Dalam suatu tim, kolaborasi yang efektif dapat meningkatkan kinerja dan mempercepat pencapaian tujuan tim. Fasilitator dapat membantu memfasilitasi proses kolaborasi, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi terbaik untuk memecahkannya.
  • Memastikan setiap anggota tim terlibat Semua anggota tim memiliki peran yang sama pentingnya dalam pencapaian tujuan tim. Fasilitator dapat membantu memastikan bahwa setiap anggota tim terlibat dan memiliki kontribusi yang baik dalam kegiatan tim.

Fasilitator juga dapat memfasilitasi sesi evaluasi tim dan membantu tim dalam mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan. Hal ini membantu tim mempelajari dari kegagalan dan memperbaharui strategi mereka untuk mencapai tujuan mereka.

Di bawah ini adalah tabel yang merepresentasikan hal-hal yang dapat dilakukan oleh fasilitator untuk meningkatkan kinerja tim:

Sebagai kesimpulan, peran fasilitator dalam meningkatkan kinerja tim sangat penting. Fasilitator membantu dalam membangun keterampilan dan kolaborasi di dalam tim, memastikan keterlibatan setiap anggota tim dan memfasilitasi evaluasi tim. Maka dari itu, memiliki fasilitator dengan keterampilan yang baik akan membawa dampak positif dalam kinerja tim yang lebih baik juga.

Sampai jumpa!

Itulah sedikit penjelasan mengenai apa itu fasilitator. Semoga informasi tersebut bisa bermanfaat bagi kamu. Jangan sungkan untuk berkunjung lagi ke situs ini untuk mendapatkan informasi menarik selanjutnya. Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa!

Perbedaan Workshop dan Pelatihan: Apa yang Harus Kamu Ketahui Apa Itu Pemimpin dan Kepemimpinan? Panduan Lengkap untuk Memahami Konsep dan Peran Seorang Pemimpin Apa Itu Dinamika Kelompok dan Bagaimana Pengaruhnya dalam Kerja Tim? Perbedaan RPP K13 dan Merdeka Belajar: Apa yang Harus Diketahui Guru?

  • Bibliography
  • More Referencing guides Blog Automated transliteration Relevant bibliographies by topics
  • Automated transliteration
  • Relevant bibliographies by topics
  • Referencing guides

Journal articles on the topic 'Problem-solving process facilitator'

Create a spot-on reference in apa, mla, chicago, harvard, and other styles.

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Problem-solving process facilitator.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

Koehler, Adrie A., Peggy A. Ertmer, and Timothy J. Newby. "Developing Preservice Teachers’ Instructional Design Skills Through Case-Based Instruction: Examining the Impact of Discussion Format." Journal of Teacher Education 70, no. 4 (February 2, 2018): 319–34. http://dx.doi.org/10.1177/0022487118755701.

Siswanto, Belinda Devi Larasati. "Peran Expert Prescriber dan Problem Solving Process Facilitator Humas Pemprov Kalsel dalam Melayani Informasi Publik." Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan 19, no. 3 (February 21, 2016): 149–66. http://dx.doi.org/10.46426/jp2kp.v19i3.34.

Proctor, Tony. "Creative problem-solving techniques, paradigm shift and team performance." Team Performance Management: An International Journal 26, no. 7/8 (September 17, 2020): 451–66. http://dx.doi.org/10.1108/tpm-06-2020-0049.

Koshechko, Nataliia. "FACILITATION AS AN INNOVATIONAL TECHNOLOGY OF PEDAGOGICAL CONFLICT MANAGEMENT IN HIGHER EDUCATION." Visnyk Taras Shevchenko National University of Kyiv. Pedagogy , no. 2 (8) (2018): 24–29. http://dx.doi.org/10.17721/2415-3699.2018.8.06.

Yulianti, Deviana. "Problem Based Learning Learning Model improve Critical Thinking Ability." Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series 3, no. 4 (July 17, 2021): 46. http://dx.doi.org/10.20961/shes.v3i4.53250.

Beason-Manes, Ashley D. "Community Activism as Curriculum: How to Meet Gifted Students’ Needs While Creating Change." Gifted Child Today 41, no. 1 (November 20, 2017): 19–27. http://dx.doi.org/10.1177/1076217517735353.

Haeril, Haeril, Mas'ud Mas'ud, and Taufik Irfadat. "Peran Humas DPRD Dalam Menjaga Kinerja Dan Citra DPRD (Studi Pada Dprd Kabupaten Bima)." Journal of Government and Politics (JGOP) 2, no. 2 (December 22, 2020): 153. http://dx.doi.org/10.31764/jgop.v2i2.3138.

Widodo, Slamet, and Achmad Anang Darmawan. "Enhancing the Social Problem Solving Skill by Implementing the Social Inquiry Learning Model in Primary School." International Journal of Emerging Issues in Early Childhood Education 1, no. 2 (January 21, 2020): 95–114. http://dx.doi.org/10.31098/ijeiece.v1i2.54.

Widodo, Slamet, and Achmad Anang Darmawan. "Enhancing the Social Problem Solving Skill by Implementing the Social Inquiry Learning Model in Primary School." International Journal of Theory and Application in Elementary and Secondary School Education 1, no. 2 (October 30, 2019): 95–114. http://dx.doi.org/10.31098/ijtaese.v1i2.36.

Widodo, Slamet, and Achmad Anang Darmawan. "Enhancing the Social Problem Solving Skill by Implementing the Social Inquiry Learning Model in Primary School." International Journal of Theory and Application in Elementary and Secondary School Education 1, no. 2 (October 27, 2019): 95–114. http://dx.doi.org/10.31098/ijtaese.v1i2.42.

Bumi, Gentara Alam, Maitri Apsari Widyakirana, and Shania Safira Haroen. "The Role of Indonesian’s Sport Ambassador 2017 in “AYO OLAHRAGA” Digital Champaign." Research, Society and Development 8, no. 11 (August 24, 2019): e368111485. http://dx.doi.org/10.33448/rsd-v8i11.1485.

Wicaksono, Freddy, and Orin Satriani Baswara. "Design and Implementation of Web-Based Helpdesk Information Systems Using Extreme Programming Methods." ITEJ (Information Technology Engineering Journals) 5, no. 2 (December 31, 2020): 88–96. http://dx.doi.org/10.24235/itej.v5i2.44.

Hutagaol, Kartini, Louise Saija, and Maru M. J. Panjaitan. "THE ING NGARSA SUNG TULADHA COOPERATIVE LEARNING MODEL AND STUDENTS' PROBLEM SOLVING ABILITIES." JOHME: Journal of Holistic Mathematics Education 3, no. 2 (May 7, 2020): 118. http://dx.doi.org/10.19166/johme.v3i2.2005.

Chen, Chen. "Using Scaffolding Materials to Facilitate Autonomous Online Chinese as a Foreign Language Learning: A Study During the COVID-19 Pandemic." SAGE Open 11, no. 3 (July 2021): 215824402110401. http://dx.doi.org/10.1177/21582440211040131.

Widya, Widya, Ena Suma Indrawati, Desy Eka Muliani, and Mila Ridhatullah. "Design of Integrated Science Learning Materials Based on Creative Problem Solving Model Integrated with Anti-Corruption Characters." Kasuari: Physics Education Journal (KPEJ) 2, no. 2 (December 17, 2019): 62–69. http://dx.doi.org/10.37891/kpej.v2i2.103.

Murdianto, Antonius Iwan. "Implementation Babinkamtibmas Completion Of Problems In Regency." Jurnal Daulat Hukum 1, no. 2 (June 15, 2018): 427. http://dx.doi.org/10.30659/jdh.v1i2.3284.

Marta, Revi. "PERAN MEDIA SOSIAL DALAM MEMPROMOSIKAN PARIWISATA SUMATERA BARAT." Jurnal Ranah Komunikasi (JRK) 3, no. 2 (January 5, 2020): 102. http://dx.doi.org/10.25077/rk.3.2.102-112.2019.

Syaripudin, Tatang. "Multiliteration and Higher Order Thinking Skills Implications to Education." International Journal of Science and Applied Science: Conference Series 3, no. 1 (December 11, 2019): 131. http://dx.doi.org/10.20961/ijsascs.v3i1.32534.

Paul, Simone, Peter K. Smith, and Herbert H. Blumberg. "Addressing Cyberbullying in School Using the Quality Circle Approach." Australian Journal of Guidance and Counselling 20, no. 2 (December 1, 2010): 157–68. http://dx.doi.org/10.1375/ajgc.20.2.157.

Radiansyah, Yosril, Antory Royan Adyan, and Hamzah Hatrik. "THE ROLES OF BHAYANGKARA OF TRUSTEES OF SECURITY AND PUBLIC ORDER (BHABINKAMTIBMAS) OF THE POLICE OF REPUBLIC OF INDONESIA (POLRI) IN IMPLEMENTATION OF RESTORATIVE JUSTICE AGAINST CRIMINAL OF PRESECUTION IN THE LAW OF THE NORTH BENGKULU POLICE." Bengkoelen Justice : Jurnal Ilmu Hukum 10, no. 2 (December 10, 2020): 199–210. http://dx.doi.org/10.33369/j_bengkoelenjust.v10i2.13805.

Kartika, I. Made, Putu Ronny Angga Mahendra, and Viane Awa. "Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn." Jurnal Locus Delicti 1, no. 1 (March 3, 2020): 1–10. http://dx.doi.org/10.23887/jld.v1i1.359.

Gajic-Stevanovic, Milena, Nevenka Teodorovic, Ana Vuksa, and Slavoljub Zivkovic. "The role and characteristics of a manager in the strategic transformation of the health care system." Serbian Dental Journal 55, no. 4 (2008): 247–53. http://dx.doi.org/10.2298/sgs0804247g.

Parker, Ann M., Louay Aldabain, Narges Akhlaghi, Mary Glover, Stephanie Yost, Michael Velaetis, Annette Lavezza, Earl Mantheiy, Kelsey Albert, and Dale M. Needham. "Cognitive Stimulation in an Intensive Care Unit: A Qualitative Evaluation of Barriers to and Facilitators of Implementation." Critical Care Nurse 41, no. 2 (April 1, 2021): 51–60. http://dx.doi.org/10.4037/ccn2021551.

Gubareva, Olga. "THEORETICAL AND PRACTICAL ISSUES ON COMMUNICATIVE COMPETENCE DEVELOPMENT." Naukovì zapiski Nacìonalʹnogo unìversitetu «Ostrozʹka akademìâ». Serìâ «Fìlologìâ» 1, no. 10(78) (February 27, 2020): 188–90. http://dx.doi.org/10.25264/2519-2558-2020-10(78)-188-190.

Akulwar, Isha S. "What’s up! WhatsApp: An Additional Teaching-Learning Tool in Physiotherapy Education." Communication, Society and Media 2, no. 4 (September 11, 2019): p136. http://dx.doi.org/10.22158/csm.v2n4p136.

Sari, Wina Puspita, and Asep Soegiarto. "FUNGSI DAN PERAN HUMAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN." Communicology: Jurnal Ilmu Komunikasi 7, no. 1 (July 29, 2019): 47–64. http://dx.doi.org/10.21009/communicology.14.03.

Svantesson, Mia, Marit Silén, and Inger James. "It’s not all about moral reasoning: Understanding the content of Moral Case Deliberation." Nursing Ethics 25, no. 2 (April 19, 2017): 212–29. http://dx.doi.org/10.1177/0969733017700235.

Srithika, T. M., and Sanghamitra Bhattacharyya. "Facilitating Organizational Unlearning using Appreciative Inquiry as an Intervention." Vikalpa: The Journal for Decision Makers 34, no. 4 (October 2009): 67–78. http://dx.doi.org/10.1177/0256090920090406.

Ali, Ismat, Lusako Mwaikasu, Doug McMillan, Khalid Aziz, Jennifer Brenner, Dismas Matovelo, and Nalini Singhal. "TEN EPIQ STEPS TO IMPROVING CARE AND OUTCOMES IN RURAL TANZANIA." Paediatrics & Child Health 23, suppl_1 (May 18, 2018): e46-e47. http://dx.doi.org/10.1093/pch/pxy054.119.

Ditzel, Liz Mary, Karole Hogarth, and Raewyn Lesa. "Immersive learning in nursing education: Results of a study." Journal of Nursing Education and Practice 7, no. 5 (January 10, 2017): 120. http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v7n5p120.

Folker, Anna Paldam, and Sigurd Lauridsen. "Using action learning to reduce health inequity in Danish municipalities." Leadership in Health Services 30, no. 2 (May 2, 2017): 194–207. http://dx.doi.org/10.1108/lhs-11-2016-0060.

Chandler, Terrell N., and Christine Chaillé. "Process Highlighters in a Computer Simulation: Facilitation of Theory-Oriented Problem Solving." Journal of Educational Computing Research 9, no. 2 (May 1993): 237–63. http://dx.doi.org/10.2190/3ggg-k9cc-19xc-9g0w.

Thilmany, Jean. "Probabilistic Problem Solving." Mechanical Engineering 124, no. 01 (January 1, 2002): 53–55. http://dx.doi.org/10.1115/1.2002-jan-4.

Cho, Mi Kyung, and Min Kyeong Kim. "Investigating Elementary Students’ Problem Solving and Teacher Scaffolding in Solving an Ill-Structured Problem." International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology 8, no. 4 (September 14, 2020): 274. http://dx.doi.org/10.46328/ijemst.v8i4.1148.

Ziemiańska, Agnieszka. "Motivation and ability to learn in relation to behavioural reactivity in horses." Journal of Animal Science, Biology and Bioeconomy 37, no. 4 (February 17, 2020): 17–26. http://dx.doi.org/10.24326/jasbb.2019.4.2.

Tharpe, Anne Marie, and Gautam Biswas. "Characterization of Problem Solving in Audiology." American Journal of Audiology 6, no. 1 (March 1997): 31–42. http://dx.doi.org/10.1044/1059-0889.0601.31.

Ameis, Jerry A. "Stories Invite Children to Solve Mathematical Problems." Teaching Children Mathematics 8, no. 5 (January 2002): 260–64. http://dx.doi.org/10.5951/tcm.8.5.0260.

Bhalinge, Sunil Dattatray, Prashant P. Tamboli, and Devangini R. Broker. "Case-based learning method to enable rational decision-making in posology in the 1st year MD (Hom) students: A pilot study." Journal of Integrated Standardized Homoeopathy 3 (May 16, 2020): 3–7. http://dx.doi.org/10.25259/jish_2_2020.

Mensch, Sabine Liana, and Milene Gonçalves. "Tackling Reframing: The Development and Evaluation of a Problem Reframing Canvas." Proceedings of the Design Society: International Conference on Engineering Design 1, no. 1 (July 2019): 379–88. http://dx.doi.org/10.1017/dsi.2019.41.

Sormin, Elferida, Marina Silalahi, Bambang Widodo, and Susilo Suwarno. "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DI DESA TEMPURSARI KECAMATAN TEMPURSARI, KABUPATEN LUMAJANG, JAWA TIMUR." JURNAL Comunità Servizio : Jurnal Terkait Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, terkhusus bidang Teknologi, Kewirausahaan dan Sosial Kemasyarakatan 1, no. 1 (March 20, 2019): 11–18. http://dx.doi.org/10.33541/cs.v1i1.949.

Ari Kusumawati, Niluh, and Kadek Aria Prima Dewi PF. "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ABAD 21." Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar 4, no. 2 (October 21, 2019): 168. http://dx.doi.org/10.25078/aw.v4i2.1120.

Mueller, Tracy Gershwin, and Anna Moriarity Vick. "An Investigation of Facilitated Individualized Education Program Meeting Practice: Promising Procedures That Foster Family–Professional Collaboration." Teacher Education and Special Education: The Journal of the Teacher Education Division of the Council for Exceptional Children 42, no. 1 (November 8, 2017): 67–81. http://dx.doi.org/10.1177/0888406417739677.

Anwar, Rahmad Bustanul, and Dwi Rahmawati. "Symbolic and Verbal Representation Process of Student in Solving Mathematics Problem Based Polya’s Stages." International Education Studies 10, no. 10 (September 28, 2017): 20. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v10n10p20.

Et. al., Abirami Swaminathan,. "Role Of Intuition And Mindfulness On Problem - Solving:– A Review." Turkish Journal of Computer and Mathematics Education (TURCOMAT) 12, no. 4 (April 11, 2021): 194–200. http://dx.doi.org/10.17762/turcomat.v12i4.491.

Seong, Guiboke. "A Study on a Project with the Design Thinking Process to Facilitate Pre-service Teachers’ Problem-solving Competences." Korean Association For Learner-Centered Curriculum And Instruction 18, no. 6 (February 28, 2018): 781–806. http://dx.doi.org/10.22251/jlcci.2018.18.6.781.

C., Rosell, and F. Llimona. "Human–wildlife interactions." Animal Biodiversity and Conservation 35, no. 2 (December 2012): 219–20. http://dx.doi.org/10.32800/abc.2012.35.0219.

Ningsih, Yunika Lestaria, and Rohana Rohana. "PROSPECTIVE TEACHERS’ ABILITY IN MATHEMATICAL PROBLEM-SOLVING THROUGH REFLECTIVE LEARNING." Infinity Journal 5, no. 2 (October 1, 2016): 75. http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v5i2.214.

Ningsih, Yunika Lestaria, and Rohana Rohana. "PROSPECTIVE TEACHERS’ ABILITY IN MATHEMATICAL PROBLEM-SOLVING THROUGH REFLECTIVE LEARNING." Infinity Journal 5, no. 2 (September 30, 2016): 75. http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v5i2.p75-82.

Inayah, Sarah. "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM." KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika 3, no. 1 (April 2, 2018): 1–16. http://dx.doi.org/10.22236/kalamatika.vol3no1.2018pp1-16.

Peel, Henry A., and Bradford L. Walker. "Collaboration: Getting All Hands on Deck Facilitates School Change." Journal of School Leadership 3, no. 1 (January 1993): 30–39. http://dx.doi.org/10.1177/105268469300300104.

COMMENTS

  1. Problem Solving: Arti, Metode, Contoh, Proses & Tips Pentingnya

    Berikut adalah beberapa contoh kasus yang sering terjadi di dunia kerja di mana kemampuan problem solving sangat dibutuhkan. 1. Menyelesaikan komplain pelanggan. Di kasus ini, jelas sebagai seorang profesional, kamu harus memikirkan bagaimana langkah-langkah menyelesaikan masalahnya.

  2. Problem Solving: Pengertian, Proses, dan Metodenya

    Metode Problem Solving. 1. Brainstorming. Brainstorming merupakan metode problem solving yang paling banyak digunakan oleh orang-orang. Pasalnya, metode ini efektif untuk digunakan sebagai pemecahan masalah melalui solusi kreatif. Prosesnya adalah setiap orang harus menyampaikan ide-ide maupun pendapat yang kemudian dapat diolah menjadi satu ...

  3. Problem Solving: Arti, Manfaat, Proses, dan Contohnya di Dunia Kerja

    Contoh 1: Deadline mepet dan beban kerja banyak. Salah satu contoh problem solving yang akan sering kamu jumpai di dunia profesional adalah tugas yang menumpuk dengan tenggat waktu berdekatan. Jika kamu berada dalam situasi ini, jangan panik dulu. Pertama, tarik napas agar kamu bisa berpikir dengan jernih.

  4. Mengenal Problem Solving Facilitator Perusahaan

    Mengenal Problem Solving Facilitator Perusahaan. 25 March 2017 by Admin. ilustrasi | 123rf.com. Setiap perusahaan pasti kerap mengalami krisis, yang sudah tentu akan berafiliasi terhadap kelanjutan usaha sebuah perusahaan. Bagi perusahaan terbuka, tentu hal ini akan berefek pada kepercayaan stakeholder dan para investor.

  5. Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

    Metode Problem Solving. Identifikasi Masalah: Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas dan spesifik. Analisis Masalah: Selanjutnya, analisislah masalah tersebut dengan mengidentifikasi penyebab, faktor-faktor terkait, dan dampaknya. Pengembangan Solusi: Setelah masalah dipahami dengan baik, kembangkanlah berbagai solusi yang ...

  6. What is Facilitation and How to Do It Well

    A facilitator is a valuable and versatile role that can enhance any group process. To do so, they require a variety of tools, such as an agenda to outline objectives and timings, a flipchart to ...

  7. Facilitator's Guide to Effective Solutions

    Introduction to problem identification. Problem-solving facilitation commences with a meticulous approach to problem identification. Facilitators must guide groups through the critical process of defining the problem at hand, ensuring that the issue is clearly articulated and understood by all participants. This foundational step establishes ...

  8. 6 Problem-Solving Techniques for Facilitation Sessions

    1. Define the problem. Be the first to add your personal experience. 2. Generate ideas. Be the first to add your personal experience. 3. Evaluate ideas. Be the first to add your personal experience.

  9. What Does a Facilitator Do? (With 5 Essential Skills)

    Updated April 18, 2024. A facilitator serves as an essential catalyst within group settings, guiding communication, promoting understanding and ensuring the group achieves its goals effectively. This role is pivotal in various contexts, including business meetings, educational workshops, conflict resolution sessions and community planning.

  10. Mengenal Apa itu Problem Solving, Manfaat dan Contohnya

    Apa Itu Problem Solving? Problem solving adalah proses kognitif yang melibatkan pemecahan masalah atau menemukan solusi untuk situasi atau permasalahan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, kita dapat menyebutnya sebagai "pemecahan masalah.". Ini melibatkan pemikiran kreatif, analitis, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan.

  11. Skill Problem Solving: Bagaimana Menjadi Problem Solver yang Bisa

    1. Pertahankan sikap positif. Seorang problem solver yang bisa diandalkan artinya seseorang perlu mempertahankan sikap positif selama mengatasi masalah. Sikap positif akan membantu menjaga semangat dan fokus pada solusi, bukan pada masalah itu sendiri. 2.

  12. Problem Solving (Pemecahan Masalah)

    Menurut Uno (2014, hlm. 134) problem solving adalah kemampuan untuk menggunakan proses berpikir dalam memecahkan masalah dengan mengumpulkan fakta, menganalisis informasi, penyusunan alternatif solusi, serta memilih solusi masalah yang lebih efektif. Artinya problem solving merupakan pencarian solusi melalui proses berpikir yang sistematis.

  13. What is a facilitator and what do they do?

    Facilitators are experts in group process and group management. Malia Josephine, founder of the start-up Facilitation Jobs, has put together a comprehensive list of over 30 job titles that refer to facilitation, from Organizational Development Specialist and training facilitator to Retreat Designer and more.

  14. Revitalize Your Facilitation with Modern Problem-Solving Skills

    4 Adapt Flexibly. Integrating new problem-solving techniques into your facilitation practice should be done flexibly. This means not rigidly applying methods just because they are new, but ...

  15. Apa itu Problem Solving? Manfaat dan Penerapannya

    Manfaat Problem Solving. Delapan berikut adalah manfaat utama dari memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang perlu kamu tau: 1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah. Manfaat utama problem solving adalah kemampuan untuk mengatasi masalah dengan lebih efektif. Seseorang yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah akan dapat menghadapi ...

  16. Problem Solving Adalah Skill Penting, Ini Penjelasan Lengkapnya!

    Apabila berbagai kemampuan ini terakumulasi dalam diri seseorang, maka ia menjadi problem solver yang mumpuni. 1. Skill mendengar dengan baik. Semua orang bisa mendengar, namun tak semuanya bisa mendengar dengan baik. Maksudnya, mendengar sambil berusaha menangkap dengan baik apa yang disampaikan sehingga mampu menangkap utuh arahnya.

  17. Pentingnya Memiliki Skill Problem Solving dan Cara Meningkatkannya

    11 Metode Problem Solving untuk Menyelesaikan Masalah Sebetulnya ada beragam metode problem solving yang bisa kamu gunakan. Ada 11 metode problem solving yang paling efektif, yaitu: 1. Ajukan pertanyaan terlebih dahulu Ini merupakan tahap pra-pemecahan masalah. Jadi, sebelum mencari solusi, kamu bisa bertanya pada diri sendiri untuk mencari berbagai skenario dalam pencarian keputusan.

  18. Problem Solving Adalah: Manfaat, Proses, Contoh, dan Tips ...

    Kenali lebih dalam apa maksud dari problem solving, apa saja manfaatnya dan bagaimana prosesnya. Kita akan ulas pula tips meningkatkan kemampuan problem solving beserta contohnya. ... Anda harus mencari tahu, apa sebenarnya inti dari masalah itu dan dari mana sumbernya. Misalnya ketika menghadapi masalah kinerja karyawan yang menurun, Anda ...

  19. Toward a model for the facilitation of creative problem solving

    Suggests that the need for people skilled in helping others using creative problem solving is increasing and that the study of leadership has been undertaken through the trait, leadership-style, and situational approaches. 20 general suggestions to shape an atmosphere conducive to creative growth are outlined. A model reflecting the current research about leadership and the facilitation of ...

  20. Pengertian Problem Solving: Aspek, Ciri, dan Langkah-langkahnya

    Langkah-langkah kemampuan problem solving. Disadur dari buku Kurikulum dan Pembelajaran (2013) oleh Oemar Hamalik, ada tujuh langkah kemampuan problem solving secara umum, yaitu: Menghadapi masalah, artinya individu menyadari ada suatu masalah yang dihadapi. Merumuskan masalah, menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik atau rinci.

  21. Fungsi dan Peran PR Dalam Perusahaan

    2. Problem Solving Process Facilitator. Praktisi PR menjadi fasilitator ketika menyelesaikan suatu masalah. Apabila memungkinkan, praktisi PR dapat menjadi leader dalam penanganan krisis. Untuk menjalankan peran ini, maka praktisi PR dituntut memiliki kualitas profesional. Baik secara teoritis maupun teknis lapangan.

  22. Apa Itu Fasilitator? Pengertian, Tugas, dan Kompetensi yang Harus

    Fasilitator adalah seseorang yang bertanggung jawab membantu perjalanan sebuah proses, diskusi, atau kegiatan dalam satu tim atau kelompok. Fasilitator tidak hanya bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah tugas, tetapi juga mempersiapkan sebuah lingkungan yang aman dan nyaman bagi setiap individu dalam kelompok tersebut.

  23. Journal articles: 'Problem-solving process facilitator'

    Journal articles on the topic 'Problem-solving process facilitator' To see the other types of publications on this topic, follow the link: Problem-solving process facilitator. Author: Grafiati. Published: 4 June 2021 Last updated: 1 February 2022 Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles ...